SEKITAR bulan Agustus 2018 yang lalu, saya sempat ikut kegiatan bersama kelompok Perkasih Surabaya, yang melibatkan anak-anak dengan kemampuan berbeda (disabilitas).
Di sana saya tercengang-cengang menyaksikan mereka yang bisu dan tuli sedang bercengkerama dengan gerakan tangan, dan mereka bisa tertawa terpingkal-pingkal ketika mereka merasa lucu.
Injil hari ini, Markus 7:31-37 tentang Yesus menyembuhkan orang yang bisu dan tuli membuat kisah perjumpaan dengan mereka yang diabilitas terbayang kembali. Menurut para pendamping, anak-anak yang bisu adalah mereka yang sejak lahir sudah tuli.
Perhatian dan cinta Yesus kepada penderita yang bisu dan tuli ini, mengingatkan kita untuk juga memberi perhatian kepada mereka penyandang disabilitas. Bisa juga kita yang normal ini juga sedang menderita bisu dan tuli. Kita sering tidak mendengar firman Tuhan, mengabaikan nasihat orangtua, teguran sesama dan keluh kesah mereka yang menderita.
Kita bisa juga bisu, seolah kelu lidah untuk menyampaikan kebenaran dan kedamaian, menegur yang salah. Hari ini kita membutuhkan sentuhan kasih Tuhan Yesus, dan firman-Nya yang menyembuhkan: Efata, terbukalah. Yang terbuka bukan hanya telinga dan mulut kita, tapi juga telinga hati kita.
Doaku: Ya Tuhan Yesus, bukalah telinga hatiku untuk selalu mendengarkan firman-Mu dan mampukan saya untuk mewartakan cinta dan kebenaran-Mu kepada sesama. Amen.