BICARA tentang pendidikan bina karakter tentu saja akan membutuhkan waktu panjang untuk membahasnya sampai mendetil dan komprehensif – bisa dipahami oleh target audiens.
Namun, di SMAK Don Bosco Tarakan asuhan para Frater CMM (Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Matris Misericodiae – Kongregasi Frater St. Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih) di Kalimantan Utara (Kaltara), Sr. Kristina Fransiska CP dari Malang mampu “meringkasnya” dalam tempo yang sesingkat-singkatnya: 1,5 jam saja.
Suster biarawati dari Tarekat Religius Kongregasi Passionis (CP) ini terlihat canthas dan sangat micara (terampil bicara di hadapan publik) ketika membawa materi tentang pendidikan bina karakter ini.
Mantan dosen ilmu hukum dan Purek 2 Unika Widya Karya di Malang ini bicara tentang pentingnya membangun attitude yang baik sebagai sikap hidup remaja level murid SMA.
“Utamanya di masa-masa pubertas seperti yang sedang kalian alami,” ungkap suster biarawati berdarah campuran Dayak-Tionghoa asal Kabupaten Bengkayang, Kalbar.
Sr. Kristina Fransika CP datang ke Tarakan, Keuskupan Tanjung Selor di Provinsi Kaltara ini dalam rangka memberi paparan selama 2,5 hari bertema pendidikan bina seksualitas untuk para seminaris di Seminari Menengah St. Yosep di Tarakan.
Program pengembangan pribadi untuk para seminaris ini dibesut dalam bingkai kerjasama antara Komisi Seminari KWI bersama mitranya PGU (Paguyuban Gembala Utama) –jaringan kerjasama segenap alumni Seminari Mertoyudan, Seminari Garum, Seminari Bogor, dan lainnya.
Pendidikan bina karakter
Beberapa jam sebelum sesi presentasi di Seminari Menengah St. Yosep Tarakan di petang hari itulah, Sr. Kristina Fransiska CP datang menyempatkan diri mengunjungi SMAK Don Bosco asuhan para frater CMM di Kota Tarakan.
Kedatangan Sr. Fransiska Kristina CP dan penulis disambut hangat oleh Fr. Yos Bille CMM, Kepala Sekolah SMAK Don Bosco yang berasal dari Kei, Tanimbar, Maluku Tenggara.
Kali ini, tema sesi ceramah singkat di SMAK Don Bosco Tarakan adalah tentang bina pendidikan karakter.
Selain tentang pentingnya adab sopan-santun dan nilai-nilai moralitas umum, Sr. Kristina Fransiska CP juga bicara tentang perlunya anak-anak remaja usia SMA ini selalu menjaga dan memelihara “kebersihan” tubuh mereka secara baik, rutin, serius, dan bertanggungjawab.
Itu berarti, kata Sr. Kristina Fransiska CP, kaum remaja usia pubertas ini harus menjaga agar tubuh mereka tidak terkena kontaminasi pengaruh negatif seperti narkoba dan hubungan seks pra nikah.
Berdasarkan pengalamannya sebagai dosen dan pendidik, Sr. Fransiska Kristina CP tanpa sungkan lalu bicara juga mengenai kecenderungan psikologis dan fisik remaja putri kalau di dalam rahim mereka sudah “bersarang” janin, buah hubungan seksual pra nikah.
Tentang hal ini, kepada para frater CMM dan segenap guru diimbau selalu “waspada” kalau mendapati murid-murid puteri di SMAK ini mulai berperilaku “tidak biasa” misalnya seperti sering-sering menghirup aroma minyak kayu putih.
Sementara, perilaku murid lelaki yang dianggap mulai “tidak biasa” adalah ketika mereka diam-diam membawa lem dan suka menikmati aroma bau lem tersebut.
Keras dan tegas tapi bermanfaat
Menanggapi konten paparan Sr. Kristina Fransiska CP yang dia katakan dengan semangat straightfoward to the point dalam membahas tema seksualitas dalam konteks bingkai besar tentang pendidikan karakter, sejumlah guru dan murid kelas mengaku tersentak kaget.
Di sini mereka dibuat terkejut dengan pembahasan suster yang dirasakan sangat menguasai bahan materi ajaran disertai contoh-contoh kasus yang dibeberkan agar pemahaman murid tentang bina pendidikan karakter diri semakin terpenuhi.
Perjalanan waktu selama 1,5 jam ceramah tidak terasa telah berjalan dengan sukses.
Hawa sangat panas di Tarakan di awal Februari 2019 lalu itu seakan tak dirasakan oleh Sr. Kristina Fransiska CP selaku pembawa materi, juga oleh segenap guru dan Frater Kepala Sekolah SMAK Don Bosco Tarakan Fr. Yos Bille CMM yang ikut mendengarkan sesi paparannya.
Itu terjadi lantaran semua pihak telah dibuat senang karena mendapatkan “pencerahan” berkat paparan materi pendidikan bina diri yang amat relevan untuk remaja level SMA. (Bersambung)