Tahun C-1. Minggu Biasa VII
Selasa, 5 Maret 2019.
Bacaan: Sir 35:1-12; Mzm 50:5-6.7-8.14.23; Mrk 10:28-31.
Renungan:
KITAB Sirakh memberikan pengajaran tentang makna persembahan yang dipahami lebih luas dari kurban. Bentuk-bentuk persembahan: ketaatan kepada Allah, membalas kebaikan hati orang dan memberikan derma. Persembahan itu supaya berkenan kepada Allah harus diberikan secara jujur dan kerelaan serta murah hati : “berikanlah kepada Yang Mahatinggi sesuai dengan apa yang diberikanNya kepadamu”. Inilah beberapa kriteria yang Sirakh berikan supaya persembahan kita berkenan kepada Allah.
Penting sejak awal menanamkan nilai persembahan ini di dalam keluarga kita. Keluarga dalam membuat satu kotak kecil (celengan) dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan sebagian dari uang saku atau penghasilan untuk dana pendidikan imam, membantu orang yang tidak mampu atau diberikan kepada gereja. Yang dibangun adalah nilai kejujuran, kerelaan dan murah hati.
Para religius dan imam religius menghayati persembahan kaul kemiskinan. Kemiskinan membawa setiap anggota untuk bekerja bagi kepentingan tarekat, memberikan penghasilan sepenuhnya untuk tarekat dan “yang mendapatkan lebih tidak menuntut lebih”. Umat dapat membantu para religius, bukan pertama-tama sebagai pribadi, tetapi sebagai tarekat, agar persembahan hidup mereka berkenan di hadapan Allah.
Kontemplasi
Renungkanlah makna persembahan yang diwartakan oleh Sirakh.
Refleksi:
Apakah aku telah memberikan persembahan hidupku dengan jujur, sukarela dan murah hati?
Doa:
Ya Bapa, kupersembahkan yang terbaik dan terindah sebagai kurban syukurku kepadaMu. Amin.
Perutusan:
Berikanlah persembahan anda di hadapan Tuhan dengan jujur, sukarela dan murah hati.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)