Puncta 17.03.19 Minggu Prapaskah II Luk 9:28b-36: Dancing with Wolves

0
577 views
Ilustrasi film "Dance with Wolves" (Ist)

KAPTEN John Dunbar mendapat tugas di wilayah perbatasan di daerah Dakota. Di daerah itu hidup suku Indian, Sioux.

Pada awalnya tentara kulit putih ini dicurigai. Namun ketika Kapten John Dunbar menolong seorang perempuan dari suku itu yang bernama “Stand with First”, mereka mulai menerima kehadirannya.

Karena kedekatannya, John diterima sebagai anggota suku Sioux. Akhirnya John mengikat kesetiaan dengan pemuda Sioux dengan saling menempelkan darah dari urat nadi mereka.

Itulah tanda perjanjian untuk setia satu sama lain. John Dunbar akhirnya menikah dengan Stand with First.

Di wilayah itu juga hidup Suku Pawnee yang sangat kejam. Mereka sering menyerang suku-suku lain. Ketika suku Sioux diserang suku Pawnee, John membantu dengan pasokan senjata dari unitnya.

Suku Pawnee bisa dikalahkan. John meninggalkan dinas kemiliterannya dan memilih hidup bersama suku Sioux.

Film berjudul Dancing With Wolves (1990) ini menggambarkan perjuangan dan persahabatan sejati seorang tentara Amerika dengan Suku Sioux.

Dalam Bacaan Pertama dari Kitab Kejadian, digambarkan Allah membangun perjanjian dengan Abraham melalui darah binatang. Darah lembu betina, kambing betina, domba jantan, burung tekukur dan seekor burung merpati. Binatang itu dibelahnya dan dijadikan persembahan kepada Allah.

Ilustrasi film “Dance with Wolves” (Ist)

Tandanya Allah menerima persembahan itu yakni munculnya perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara daging binatang itu.

Tuhan menjanjikan keturunan seperti bintang di langit dan memberikan negeri ini menjadi tanah milik mereka, mulai dari Sungai Mesir sampai ke Sungai Eufrat.

Dalam Injil Yesus mengungkapkan pemenuhan janji dan harapan kepada para murid. Yesus menyempurnakan Perjanjian Lama yang diwakili oleh hadirnya Musa dan Elia. Transfigurasi atau penampakan Yesus yang mulia adalah sebuah pengharapan bagi para murid untuk setia mendengarkan Dia, seperti suara Allah dalam awan, “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia!”

Perjanjian antara Allah dengan manusia itu akan digenapi Yesus dengan menumpahkan darahNya di kayu salib. Peristiwa di atas gunung ini harus ditempatkan sesudah Yesus bangkit. Kebangkitan adalah kemuliaan Yesus.

Kemuliaan hanya bisa dialami dengan pengorbanan darah di kayu salib. Barangsiapa setia mendengarkan Yesus dan mengikutinya memanggul salib, ia juga akan memperoleh kemuliaan seperti Yesus. Itulah yang dialami Petrus dan teman-temannya di atas gunung.

Masa Prapaskah ini adalah masa pertobatan kita. Masa ikut memanggul salib bersama Yesus. Jika kita mampu memperbaharui diri, kelak kita boleh ikut merayakan sukacita Paskah yakni kebangkitan Yesus.

Yesus membela kita sampai mati, maka kita pertaruhkan hidup kita untuk mengikutiNya.

Lari mengejar layang-layang lepas. Jatuh ke parit sampai basah kuyub.
Yesus mati agar kita terbebas. Dari dosa yang membelenggu hidup.

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here