Puncta 22.03.19 Matius 21:33-43. 45-46: “Nabok Lor, Kena Kidul”

0
1,490 views
Ilustrasi: Mengritik. (Ist)
KETIKA Lesmana Mandrakumara, anak laki-laki Duryudana tewas dalam perang Baratayuda, masgullah hati Raja Astina itu. Dialah satu-satunya yang diharapkan mewarisi tahta ayahnya.
Dalam situasi duka mendalam, Resi Krepa memberi wawasan. “Di sini ada orang yang mempunyai babat, bibit, bobot, bebet luhur tetapi hanya diam saja menyikapi kematian Lesmana.
Dia sudah diberi pangkat senopati agung, tetapi hanya diam seperti patung tak berbuat apa-apa. Bibitnya atau asal-usulnya dari anak kusir kereta, babatnya atau kerjanya hanya ikut orangtuanya, bebetnya hanyalah orang biasa, sekarang bobotnya diberi jabatan tinggi sebagai senapati agung. Paduka telah menganugerahi wilayah kadipaten yang luas. Dia telah ikut mukti wibawa di Astina, tetapi tak mampu mengatasi perang di Kurusetra.
Sebenarnya di sini dia adalah mata-mata Pandawa. Kita semua tahu, orang ini tunggal darah dengan para Pandawa. Dia lahir dari satu wadah dengan Pandawa”.
Demikianlah Krepa menyindir Adipati Karna yang sejak tadi hanya diam menahan amarah. Hatinya meluap mendengar kata-kata Krepa yang menyindir dirinya.
Seperti kilat menyambar, tangan Krepa ditarik paksa keluar istana, menuju alun-alun dan seketika dihajar oleh Karna. Dengan keris kaladete, kepala Krepa dipenggal seketika itu juga. Sindiran yang sangat tajam bisa melukai hati.
Yesus menyindir imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dengan perumpamaan. Para penggarap yang seharusnya menyerahkan hasil garapan mereka kepada si empunya kebun anggur, malah membunuh anak pemilik kebun anggur itu. Mereka ingin merampok warisannya.
Dengan perumpamaan itu Yesus balik bertanya kepada para imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, “Apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap kebun anggur itu?”
Kata mereka, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu.”
Bangsa Yahudi yang semestinya dipercaya menggarap kebun anggur, malah menolak Anak pemilik kebun anggur itu. Mereka tidak percaya kepada Yesus Sang Anak. Mereka justru menyalibkanNya.
Yesus ingin menyadarkan mereka. Tetapi sindiran Yesus tidak membuat mereka sadar dan bertobat, justru mereka terluka dan sakit hati. Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi itu mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkannya.
Kita pun disindir oleh Yesus. Menganggap sudah jadi pengikut Yesus, kita merasa paling benar dan sempurna. Merasa tidak butuh pertobatan. Kita bisa jadi degil seperti para imam dan ahli-ahli Taurat itu.
Masa Prapaskah ini adalah saat tepat untuk bertobat. Beli sisir di toko obat Obat pusing diminum sehari Jangan disindir baru bertobat.
PS: Istilah Jawa “Nabok Lor, Kena Kidul” secara harafiah berarti “Pukul sebelah utara, yang terkena (malah) yang di selatan”. Makna non harafiahnya adalah mengritik tidak langsung tetapi memakai kata-kata sindiran.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here