Tahun C-1. Kamis Prapaska III
Kamis, 28 Maret 2019.
Bacaan: Yer 7:23-28; Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Luk 11:14-23.
Renungan:
PERKATAAN Tuhan yang disampaikan oleh nabi Yeremia menunjukkan kepada kita bagaimana berkali-kali Tuhan berusaha membawa bangsa Israel setia pada perjanjian namun justru undangan itu ditolak dan meninggalkan Allah : “tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberikan perhatian… mereka memperlihatkan punggung dan bukan mukanya.” Segala undangan dan pengajaran tidak mau diterima. Namun terus Tuhan bekerja bagi pertobatan Israel.
Kekerasan hati orang nampak dalam ketidakmauannya untuk mendengarkan baik pertimbangan ataupun nasihat serta “nekat” walaupun sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Ada yang keras hati karena dosa yang membandal; ada yang keras hati karena merasa sangat tersakiti; ada yang keras hati karena harga diri.
Berhadapan dengan sikap seperti ini, dengan mudah kita menyerah dan putus asa untuk memperbaiki relasi kembali walaupun sudah merendahkan diri. Semakin dibaiki, kita semakin disakiti. Jika ada tidak ada pribadi yang kita perjuangankan, mungkin kita sudah mengambil keputusan untuk meninggalkannya. Sikap Allah menjadi pendorong bagi kita. Allah tidak menyerah dengan kekerasan hati; kitapun juga tidak menyerah. Hanya kasih, pengampunan- pengorbanan dan kesetiaan yang membuat kita mampu untuk membawa keluarga kita kembali berdamai. Jika kita menyerah, ia akan semakin jauh dan pendamaian hidup menjadi semakin tidak mungkin.
Masa prapaska menjadi kesempatan bagi kita untuk mengundang seluruh anggota keluarga untuk bertobat dan membangun hidup iman kita kembali. Undangan yang kerap kali diremehkan dan dihindari; tetapi tetap harus kita undangkan dengan setia. Dua kali ditolak, tiga kali kita mengundang. Jangan lelah mewartakan pertobatan.
Kontemplasi:
Gambarkanlah bagaimana kesetiaan Tuhan untuk terus mewartakan pertobatan melalui nabi Yeremia, walaupun Israel menolak untuk mendengarkannya.
Refleksi:
Bagaimana sikapku berhadapan dengan anggota keluargaku yang menolak kebaikan dan mengeraskan hati untuk hidup dalam kehendak hatinya? Dan sikap itu membuat relasi keluarga menjadi semakin parah?
Doa:
Ya Bapa, semoga aku giat mewartakan pertobatan iman di masa prapaska ini. Amin.
Perutusan:
Janganlah lelah mewartakan pertobatan. Lakukanlah dengan kasih pengampunan-pengorbanan dan kesetiaan.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)