Natal adalah peristiwa hadirnya Sang Putera Allah ke dunia. Hal itu bisa dibuktikan dalam sejarah, terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu di Bethlehem.
Artinya, kehadiran Allah dalam wujud manusia dalam diri Yesus sungguh-sungguh terjadi dalam ruang dan waktu, bukan dongeng atau rekaan semata.
Apa yang dirayakan pada hari Natal dan bagaimana merayakannya supaya kita terjauh dari sikap formalisme yang membawa kita pada kejenuhan belaka seperti: pergi ke gereja dengan baju baru, sepatu baru, tas Hermes keluaran terbaru, dengan keluarga dan teman teman, makan-makan, tuker kado, salaman, pulang lalu selesai……
Kalau demikian kiranya, Natal tak ubahnya seperti kaset yang diputar berulang-ulang, dan lama lama kita jenuh dan tidak bisa menikmatinya lagi.
Dalam peristiwa Natal, Allah hadir kembali di hati kita, saat ini dan di sini.
Hati adalah simbol pusat pikiran, perasaan dan rohani manusia, maka bisa dikatakan hati adalah pusat hidup dan tindakan manusia.
Hati yang baik akan menghasilkan tindakan yang baik, hati yang jahat akan menghasilkan tindakan yang jahat pula.
Di dalam hati, segala perasaan dan pikiran manusia tersimpan, dimana berkat dan dosa bertempur.
Di hati itu pulalah manusia mampu merasakan kebahagiaan yang tak bisa tersentuh oleh materi maupun penderitaan yang berasal dari luar dirinya. Tetapi di hati pulalah manusia merasakan sakit yang teramat menyayat yang tidak dapat tersembuhkan oleh seorang dokter kelas dunia sekalipun.
Dan yang paling menarik, di hati pulalah manusia bisa bertemu dan berbicara dengan Tuhannya.
Hidup manusia tidak pernah sama dari hari ke hari. Hidup manusia selalu bergerak seiring dengan dinamika kehidupan manusia itu sendiri. Selama manusia bergerak, selalu ada yang baru dan berubah.
Dalam arti inilah Natal memperoleh makna kebaharuan yang sesungguhnya. Allah yang hadir secara baru terus menerus dalam setiap keadaan kita yang berubah-ubah setiap saat.
Misalnya, mungkin Natal tahun lalu, kita rayakan masih dengan papa atau mama, tapi di Natal tahun ini tidak lagi, bahkan tidak pernah lagi. Mungkin di Natal tahun lalu, kita belum ada anak, tetapi di Natal tahun ini, sudah ada kehadiran si buah hati. Mungkin Natal tahun lalu, kita masih belum punya pekerjaan, di Natal tahun ini sudah punya pekerjaan. Mungkin Natal tahun lalu, kita masih berbaring lemah karena sakit, tetapi Natal tahun ini kita lebih sehat. Mungkin Natal tahun lalu kita masih bersama dengan orang yang kita sayangi, tapi Natal tahun ini kita sendiri……
Kita masih bisa menambahkan daftar kata mungkin di atas, sesuai dengan keadaan kita masing-masing, baik itu suka maupun duka.
Yang kita mau rayakan dan syukuri dalam perayaan Natal adalah Allah yang selalu hadir dan menyertai hidup kita, baik dalam peristiwa suka maupun duka, dalam tawa maupun air mata. Dan apapun peristiwa itu, Allah selalu menawarkan keselamatan bagi kita, karena Ia menyayangi kita manusia, apapun keadaannya. Tidak ada manusia yang tidak dikasihi Tuhan, bahkan seorang pendosapun dikasihi olehNya. Sebab Ia lahir untuk membawa keselamatan dan suka cita bagi semua orang.
Itu letak keistimewaan NATAL dan sungguh luar biasa kalau kita bisa hayati sungguh-sungguh.
Masa advent adalah kesempatan luar biasa di mana kita diajak untuk merefleksikan, mengingat kembali, merenungkan kembali, keadaan diri kita saat ini, kehadiran Tuhan dalam setiap langkah hidup kita selama setahun ini dan bagaimana hadirNya menguatkan dan menyelamatkan kita senantiasa. Jadi letak keistimewaan Natal bukan di dalam tas Hermes baru yang kita bisa tenteng ke Gereja di hari Natal, tetapi hati yang menjadi baru karena Tuhan yang hadir di dalamnya, di dalam keluarga, sahabat dan masyarakat kita.
Nah hasil refleksi itulah yang akan kita bawa dan syukuri di gereja pada tanggal 25 Desember nanti sebagai hadiah untuk bayi Yesus di dalam palungan.