Memaknai Aksi “Pati Obong’

0
5,757 views

DALAM kisah epos Ramayana, Dewi Sinta nekad melalukan pati obong dengan cara meloncat dan menjatuhkan dirinya ke bara api yang menyala-nyala. Tindakan ini dia lakukan sebagai bentuk ungkapan membela harga diri sekaligus membuktikan dirinya masih suci, meski berbulan-bulan sebelumnya telah menjadi tawanan cinta Rahwana.

Aksi Dewi Sinta melakukan pati obong jelas dimotivasi oleh sebuah “kesaksian” bahwa dia tidak akan lenyap dimakan bara api lantaran dirinya betul-betul masih suci alias perawan. Tindakan nekad ini sekaligus untuk menepis keraguan Rama yang semula meragukan istrinya masih suci.

Putus asa

Data kita menunjukkan, pati obong juga pernah dilakukan oleh Warsini, ibu dua anak warga Kaliwungu Selatan, Kendal, Jawa Tengah. Perempuan malang berumur 52 tahun itu nekad membakar dirinya lantaran putus asa dibebat oleh hutang. Ia menyiram dirinya dengan satu jerigen minyak tanah dan dalam sekejap wuzzz…api ganas pun menyambar dirinya.

Jazadnya ditemukan Murjito, suaminya, ketika ia pulang ke rumah usai kerja dan kakinya tersandung pada kaki istrinya yang sudah gosong tergeletak di pintu kamar mandi. Dia tak menyangka istrinya tega berbuat nekad seperti itu dan tak sepatah kata pun dia bisa berkata-kata.

Tanda tanya

Aksi pati obong Sondang Hutagalung, mahasiswa Univeritas Bung Karno (UBK) dan aktivis KontraS, yang akhirnya meninggal dunia hingga kini masih menyisakan seribu tanda tanya. Satu pihak tegas mengatakan, aksi itu merupakan simbol pemberontakan alharhum terhadap kondisi sosial yang tak kunjung membaik.

Dengan aksinya yang kelewat berani namun fatal, Sondang berhasil membetot perhatian publik dan tak terkecuali Presiden SBY hanya karena venue aksi pati obong itu terjadi di depan Istana Negara—simbol politik kekuasaan.

Atas argumen itu, rekan-rekan almarhum di UBK serentak memproklamirkan Sondang sebagai “pahlawan”  (dari kalangan mahasiswa) yang getol menyuarakan gerakan antikorupsi. Sondang layak diibaratkan seperti almarhum Mohamed Bouazizi di Tunisia yang juga nekad melakukan pati obong sebagai tanda protes terhadap rezim korup di Tunisia.

“Pati obong”, simbol protes berat

Pati obong di Tunisia akhirnya membawa negeri di Afrika Utara itu lalu “berbenah diri”. Gelombang demo menghadang pemerintahan korup pimpinan Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang akhirnya didepak mundur dari kursi empuknya.

Dewi Sinta melakukan pati obong demi sebuah “kesaksian” dan keberanian membuktikan kesuciannya. Warsini rela mati ngenes karena telanjur desperate akibat lilitan hutang. Pedagang kaki lima bernama Mohamed Bouazizi nekad ber-pati obong karena protes atas perlakuan aparat Tunisia yang sewenang-wenang menggusur dia dari lokasi jualan.

Nah, hingga kini masih belum jelas benar, motivasi apa yang mendorong Sondang Hutagalung –mahasiswa cerdas berumur 22 tahun dan aktivis gerakan antikorupsi ini– sampai nekad melakukan pati obong.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here