LAPORAN global pada hari Senin, 24 Juni 2019 menyebutkan bahwa setidaknya 400 juta orang di seluruh dunia, tidak memiliki akses ke layanan kesehatan dasar yang paling penting.
Selain itu, pada tahun 2035 kelak, diperkirakan akan ada kekurangan hampir 13 juta dokter dan petugas kesehatan, sehingga sekitar 1 dari 5 populasi dunia akan hidup dalam lingkungan yang mengalami krisis kemanusiaan dan layanan kesehatan.
Pada saat yang sama, parasat diagnostik baru, perangkat medis, obat dan inovasi digital akan mengubah cara orang berinteraksi dengan dokter dan petugas layanan di sektor kesehatan. Apa yang perlu dicermati?
Menanggapi tantangan ini, WHO meluncurkan pedoman pertamanya tentang intervensi perawatan diri untuk kesehatan (self-care interventions for health). Fokus pedoman intervensi dalam volume pertama ini tentang kesehatan secara umum, termasuk tentang anak sakit, hak seksual dan kesehatan reproduksi.
Beberapa intervensi termasuk pengambilan sampel sekret vagina sendiri untuk kecurigaan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan Infeksi Menular Seksual (IMS), kontrasepsi suntik mandiri, alat prediksi siklus ovulasi, tes mandiri infeksi HIV dan pengelolaan medis sendiri untuk aborsi lengkap.
Perawatan diri pada pedoman ini adalah “kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan derajad kesehatan, mencegah penyakit, menjaga status kesehatan, dan mengatasi penyakit atau kecacatan, dengan atau tanpa dukungan dari dokter dan petugas layanan kesehatan lainnya”.
Pedoman ini disusun berdasarkan bukti ilmiah, terkait manfaat intervensi kesehatan tertentu yang dapat dilakukan secara mandiri, di luar areal fasilitas layanan kesehatan konvensional. Namun demikian, untuk beberapa hal kadang-kadang masih diperlukan dukungan dokter dan petugas layanan kesehatan lainnya.
Hal penting pada pedoman ini adalah bahwa perawatan diri ini tidak menggantikan layanan kesehatan yang berkualitas tinggi, juga bukan jalan pintas untuk mencapai cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC).
Intervensi kesehatan dalam perawatan diri diharapkan mampu mewujudkan kemanjuran diri (self-efficacy) yang baru, otonomi pasien, dan keterlibatan setiap orang dalam perbaikan derajad kesehatan individu. Dalam meluncurkan pedoman ini, WHO mengakui bahwa intervensi perawatan diri ini dapat memperluas akses ke layanan kesehatan, termasuk untuk populasi yang rentan.
Dengan demikian, banyak orang akan semakin berperan aktif dalam perawatan kesehatan mereka sendiri. Selain itu, masyarakat juga memiliki hak untuk pilihan intervensi medis yang lebih luas, yang dapat memenuhi kebutuhan sepanjang hidup, dalam aspek kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Intervensi perawatan diri adalah pendekatan pelengkap untuk perawatan kesehatan secara umum, yang membentuk bagian penting dari sistem kesehatan.
Perawatan diri juga merupakan cara bagi sekelompok orang yang mengalami kendala terkait gender, pilihan politik, aspek budaya dan dinamika pergantian kekuasaan. Hal ini termasuk mereka yang dipindahkan secara paksa, misalnya para pengungsi, untuk memiliki akses ke layanan kesehatan umum.
Pada prioritas pertama ini, juga dalam layanan bidang seksual ataupun reproduksi, karena banyak orang tidak dapat membuat keputusan mandiri, seputar aspek seksualitas dan reproduksi.
Intervensi perawatan diri juga mencakup perbaikan lingkungan pendukung yang aman, agar masyarakat dapat mengakses dan menggunakan intervensi kesehatan di lingkungannya secara tepat.
Selain itu, juga dilakukan untuk meningkatkan otonomi atau pilihan diri, dan membantu meningkatkan derajad kesehatan dan kesejahteraan banyak orang, terutama yang rentan dan terpinggirkan.
Pentingnya intervensi perawatan diri dalam bidang kebijakan kesehatan, pembiayaan, dan sistem kesehatan, sejauh ini telah dinilai rendah. Selain itu, potensinya belum sepenuhnya diakui, meskipun faktanya banyak orang telah mempraktikkan beberapa hal dalam perawatan diri selama ribuan tahun.
Pedoman WHO pertama tentang intervensi perawatan diri untuk kesehatan, dimulai dengan pentingnya kesehatan secara umum dan hak seksual ataupun reproduksi.
Pedoman ini adalah langkah penting dalam menempatkan banyak orang di pusat layanan perawatan kesehatan, terciptanya intervensi medis berkualitas, sambil mempertahankan akuntabilitas sistem kesehatan.
Saat ini, sedang diadakan penilaian peran dokter dan petugas layanan kesehatan lainnya, termasuk kompetensi yang mereka butuhkan, untuk mendukung intervensi perawatan diri untuk tahap selanjutnya. Sampai saat ini, bukti menunjukkan bahwa perawatan diri memungkinkan dokter dan petugas penyedia layanan kesehatan, untuk melayani lebih banyak pasien dengan menggunakan keterampilan para pasiennya masing-masing.
Saat ini, jumlah dokter dan petugas kesehatan global sebanyak 12,9 juta dan kalau tidak ada perubahan besar, diperkirakan akan terjadi kekurangan tenaga kesehatan pada tahun 2035. Saat ini cakupan layanan kesehatan telah melayani 3,6 miliar orang, tetapi setengah dari populasi dunia tidak memiliki akses ke layanan kesehatan esensial.
Selain itu, keterbatasan pendanaan untuk program bidang kesehatan global, terbukti menyebabkan 100 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan, karena biaya perawatan kesehatan yang tidak terjangkau.
Untuk itu, pedoman intervensi perawatan diri untuk masyarakat umum tersebut akan diperluas sampai mencakup pencegahan dan pengobatan penyakit tidak menular.
Selain itu, juga telah dibentuk komunitas global dalam praktik perawatan diri, yang akan melakukan penelitian dan dialog, selama bulan perawatan diri pada 24 Juni sampai 24 Juli 2019.
Sudahkah kita ikut bertindak?