Persaudaraan Lintas Iman: OMK Sambut Para Santri Pesantren Assuruur Kunjungi Gereja Santo Paulus Bandung

0
923 views
Persaudaraan Lintas Iman: OMK Sambut Para Santri Pesantren Assuruur Kunjungi Gereja Santo Paulus Bandung.

FAHAM radikal maupun gerakan anti Pancasila yang ditanamkan sejak dini dapat memecah belah persaudaraan antarumat beragama. Juga bisa menimbulkan sikap intoleran, diskriminatif, radikal, dan memicu kekerasan yang bertentangan dengan terciptanya masyarakat adil dan damai serta prinsip kemanusiaan dan keutuhan ciptaan. Bahkan dapat berindikasi ke arah teror.

Komunitas Bhinneka Bandung yang diprakarsai oleh salah satunya adalah Bapak Hj. Ali Abdullah merupakan komunitas yang anggotanya terdiri dari berbagai penganut agama dengan latar belakang beragam pula. 

Ada haji, pendeta, pastor, biarawati, biksu, dan lain-lain. Semua berusaha menumbuhkembangkan sikap solidaritas dan penghargaan dalam keberagaman, dengan melakukan pendampingan pada anak-anak dan kaum remaja untuk bersilaturahmi ke berbagai tempat sembahyang yang ada di sekitar Bandung.

Wisata Rumah Ibadah (WRI)

Tujuannya adalah menanamkan sikap saling menghargai keberbedaan sejak dini, melalui kegiatan Wisata Rumah Ibadah (WRI).

Kunjungan silahturahmi para santriwan-santriwati ke Gereja St. Paulus di Jl. Moch. Toha, Bandung.

Biasanya dalam kunjungan WRI ke rumah-rumah ibadat, kita mendapatkan informasi langsung yang disampaikan oleh pemuka agama seputar pengetahuan umum agama, sejarah, arsitektur tempat ibadah, alat musik, simbol-simbol yang melekat pada agama/kepercayaan masing-masing, serta relasi yang terjalin di tempat tersebut dengan agama-agama atau masyarakat yang berbeda keyakinan.

Ini misalnya dengan kegiatan memberi pinjaman lahan parkir untuk pelaksanaan ibadah agama lain, memberikan tempat atau aulanya bisa digunakan masyarakat yang berbeda keyakinannya tanpa pamrih, menyediakan tenaga sukarela ketika saudara-saudari yang berkeyakinan lain membutuhkan, bahkan juga bantuan dana sesuai kemampuan, dan sebagainya.

Kegiatan kali ini bukan sekedar kunjungan wisata rumah ibadah, melainkan sebagai kelanjutan silaturahmi keberagaman yang sudah diawali dengan kunjungan 80 Orang Muda katolik (OMK) Santo Paulus yang dipandu oleh Ibu Hanny dan Frater Totok yang baru saja ditahbiskan menjadi imam diosesan. Juga bersama Komunitas Bhinneka dan Peace Generation yang dikoordinir oleh Bang Suka.

Suasana sukacita bisa saling menjalin ikatan persaudaraan antarumat beda agama.

Kunjungan balasan

WRI awal telah berlangsung bulan Agustus tahun 2018 ke Pesantren Assuruur. Maka, kini giliran para santri dan santriwati dari Pesantren Assuruur datang melakukan kunjungan silaturahmi ke Gereja Santo Paulus Jl. Moch Toha 19. 

Sabtu pagi yang cerah tanggal 3 Agustus 2019, pk. 08.00, ada kurang lebih 100-an warga pesantren terdiri dari santriwan-santriwati didampingi Ustad Arif, Ustad Heru dan dua ustadzah sudah tiba di Paroki Santo Paulus Jl. Moch Toha 19 dengan menyewa tujuh buah angkot dan satu unit mobil pribadi. Kedatangan mereka ini terjadi atas undangan OMK Santo Paulus.

Kehadiran para santriwan-santriwati ke Gereja Santo Paulus ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada ultah paroki ke-80 tanggal 28 Juni 2019 lalu, mereka juga diundang mengisi acara kesenian kekhasan pesantren. Mereka menampilkan Tari Saman dan Marawis yang mereka pertontonkan dengan apik dan kompak.

Acara kali ini dipimpin oleh Ray dan Stella, didampingi oleh Ibu Hanny dan para pendamping OMK lainnya. Semuanya penuh semangat mendorong dan mendukung penyelenggaraan acara di mana duduk sebagai penanggungjawab utama adalah Romo Totok Pr.

Vincent dan Vey, dua MC yang cekatan, menyambut kehadiran mereka dan langsung mengantar ke aula lantai 3 dengan ceria dan menyuguhkan lagu-lagu spontanitas dari panitia dan para tamu undangan.

Sejumlah undangan

Beberapa perwakilan yang diundang dan hadir dalam acara Silaturahmi ini antara lain;

  • OMK Santo Paulus sebanyak 60 orang.
  • Perwakilan SMP Yos: 57.
  • Perwakilan dari paroki-paroki di Dekanat Bandung Selatan: Paroki Santo Gabriel – Waringin, Paroki Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Buah Batu.
  • Komisi Kepemudaan dan  Frater-frater Seminari Tinggi Fermentum.
  • Komunitas Bhinneka diwakili oleh Bapak Hj. Ali Abdullah, Kak Deta, dan Sr. Theresina CB.
  • Ibu Wei, perwakilan Komunitas Bhinneka Jakarta sejenak menyempatkan hadir menyemangati komunitas.
  • Tim bekerjasama dengan Peace Generation yang menghadirkan 4 orang  yang dikoordinir oleh Bang Suka.

Acara dikemas melalui permainan/dinamika kelompok yang membuat seluruh peserta cukup berkeringat dengan aneka permainan kelompok yang dilakukan di lapangan basket samping gereja, sebelum seluruh peserta nonton bareng film yang diputar di aula lantai 3.

Lagu Indonesia Raya segera dinyanyikan oleh seluruh peserta dengan berdiri dan penuh khidmat, dilanjutkan dengan doa pembuka oleh Romo Totok dan Ustad Arif secara bergantian.

Ucapan selamat datang disampaikan oleh Romo Totok dilanjutkan dengan kata sambutan yang menekankan aspek sukacita silaturahmi dalam keberagaman yang harus selalu dipupuk dan dikembangkan satu sama lain.

Makan bersama dan saling tukar pikiran antara OMK dan para santri.

Hal ini dikuatkan oleh Ustad Arif dalam sambutan berikutnya, menyusul Bapak Hj. Ali Abdullah sebagai ketua Komunitas Bhinneka. Ia juga menyampaikan pentingnya sering bersilaturahmi dengan yang kelompok berbeda; baik berbeda suku, warna kulit, sosial ekonomi maupun agama.  

Semangat toleran dan silahturahmi

Pembekalan terkait nilai-nilai keberagaman kepada guru, orangtua, mahasiswa, maupun para siswa sejak usia dini, dapat dipupuk melalui kegiatan silaturahmi maupun wisata rumah ibadah (WRI) ke pura, masjid, gereja Katolik, gereja Kristen, maupun klenteng, dan rumah ibadah lainnya, bahkan biara-biara khusus pun terbuka lebar menerima kunjungan dari umat yang berkeyakinan lain yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Pak Ali memberi contoh Biara CB (Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus di Lampung, Bengkulu dan Palembang) yang bersedia menerima (menjamu, memberi penginapan gratis) dengan kasih tanpa pamrih. Ada dua remaja Muslim yang mengembara ke wilayah Sumatera beberapa bulan yang lalu dan kemudian menginap di Susteran CB.

Inilah wujud komunitas yang terbuka terhadap keberagaman, yang pantas kita wujudkan dan kembangkan terus menerus dalam membangun negeri yang masih sering digoncang oleh berbagai macam isu dan dakwah yang menyesatkan dan memecah belah persaudaraan.

Suasana terus mengalir secara dinamis terlebih ketika Peace Generation yang dipandu oleh Bang Suka bersama tim dan Mbak Deta mengajak bermain di lapangan. Seluruh peserta dari OMK maupun pesantren berbaur tanpa pembatas agama, berlarian dan bersikap sportif di lapangan basket yang luas dalam suatu permainan kelompok yang dinamis dan penuh sukacita.

Suasana tenang hening dan haru, sesekali disertai gelak tawa sehat oleh kocaknya para pemain mengiringi seluruh peserta menyimak film yang ditayangkan panitia, mengajak kita untuk merenung dan berefleksi tentang bagaimana sikap hidup kita terhadap sesama yang berbeda keyakinan, status sosial-ekonomi, budaya, suku, warna kulit, pemahaman, bahkan pendapat.  

Kunjungan silahturahmi ke Gereja St. Paulus Bandung.

Tentu kita patut bertanya sejauh mana penghayatan hidup persaudaraan dan perdamaian yang kita tanamkan pada anak-anak maupun kita terapkan menuju kehidupan yang bermartabat dalam keutuhan ciptaan?    

Diskusi dan refleksi film secara spontan diberikan kesempatan kepada beberapa orang untuk mengungkapkan isi hati dan pendapatnya; yang pada umumnya mengatakan bahwa cinta itu tidak dapat dipaksakan.

Keberbedaan jangan sampai menghalangi tulusnya cinta sesama manusia, sehingga harus memaksakan kehendak bahkan keyakinan iman seseorang.

Kembali Bang Suka memandu dinamika kelompok yang terdiri tiga orang dengan aneka keyakinan agama, serta setiap peserta harus dapat mengenali sesamanya dalam satu kelompok tersebut, dan bukan sekedar kenal nama.

Selanjutnya tiap peserta diberi pensil warna dan kertas untuk mengungkapkan siapa sebenarnya diri pribadi masing-masing, dengan memberikan nilai dan penjelasan mengapa menilai demikian. 

Sekilas sejarah Pesantren Assuruur

Dalam kesempatan penulis melakukan wawancara dengan Ustad Heru, dikatakan sebagai berikut.

Pada masa rintisan tahun 2003, jumlah awal santri baru ada 12 orang yang berasal dari Tasik dan Bandung.

Setelah ada peninjauan dari Depdikbud, mereka mendapatkan penilaian baik, dan berkembang hingga saat ini di tahun 2019 jumlah santriwan/wati sekitar 492 orang santri belum termasuk ustad/ustadzah. Ustadzah yang tinggal di pesantren berjumlah empat dan 13 ustad, sedangkan yang dari luar tujuh ustadzah dan enam ustad.

Saat ini kondisi pesantren fase perkembangan, setelah fase pertumbuhan. Harapan selanjutnya adalah menuju fase kemajuan dan keemasan.

Adapun Visi yang dicanangkan oleh yayasan pesantren ini adalah: mencetak lulusan yg berbudi tinggi, unggul dalam prestasi, trampil dalam berkarya dan ramah terhadap lingkungan.

Beberapa perlombaan yang sering diikuti dan mendapatkan penghargaan antara lain, pidato bahasa Arab, Inggris, Indonesia, Sunda dan cerdas cermat, hafalan Qur’an, serta kaligrafi tingkat SLTP dan SLTA.

Menurut Ustad Heru, selain ilmu pengetahuan umum dan keagamaan, di pesantren juga diajarkan tentang berbagai etiket dan etika; pergaulan, makan, menerima tamu, bertamu, menata ruangan, sampai mengatur sandal/sepatu.

Maka tidak heran jika tanpa ada komando, saat mereka melaksanakan sholat Dhuhur di salah satu ruang kelas, masing-masing menaruh sandal/sepatu dengan berjejer sangat rapinya.

Solidaritas bersama

Ada yang unik ketika para Santriwan/wati sedang sholat; peserta OMK dianjurkan supaya makan siang duluan, tetapi mereka menolak dengan alasannya ingin makan bersama, sehingga memilih menunggu selesai sholat.  

Nah, setelah seluruh peserta selesai sholat, para santriwan/wati yang telah selesai mengambil makan pun tidak segera menikmati makan siang mereka, walau waktu sudah menunjukkan pkl. 13.30, alasannya karena mereka masih menunggu teman-teman yang sedang mempersembahkan dua lagu di panggung.

Wow, sungguh luar biasa sikap solidaritas yang mereka hidupi sejak dini mereka walau dalam hal kecil.     

Para santriwati mempersembahkan dua buah agu berjudul Bunda dan Ayah yang dilantunkan dengan sangat merdu dan penuh penghayatan. Sementara santriwan-wati lainnya bersolider menunda makan siangnya karena menunggu teman mereka yang sedang manggung.  

Para pembina/panitia pun tak mau kalah menerapkan prinsip ekologi dengan mengarahkan dan memberikan keteladanan kepedulian terhadap lingkungan dalam hal pemilahan sampah (organik; sisa-sisa makanan/tulang, plastik/kemasan minum, kertas), sehingga seluruh peserta pun dilatih melakukan pembiasaan untuk peduli terhadap lingkungan dalam keutuhan ciptaan.

Acapkali karena suatu hal yang tidak kita pahami terhadap keyakinan lain, maka muncul kecurigaan, stigma, pengaruh negatif yang memojokkan/menjatuhkan agama lain, bahkan tidak jarang menimbulkan intimidasi, kekerasan dan pemaksaan, bahkan pengorbanan nyawa manusia.  

Negara kita Indonesia adalah negara yang menganut Pancasila, ber-Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka pantaslah jika kegiatan yang menumbuhkan toleransi  antarumat beragama ini ditumbuhkembangkan sejak dini, mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.  

Dan salah satunya ya melalui kegiatan Wisata Rumah Ibadah (WRI) yang sudah diprakarsai oleh Komunitas Bhineka sejak tiga tahun yang lalu.    

Sebelum ditutup dengan doa, OMK Koor Kaum Muda juga mempersembahkan sebuah lagu Joyful-joyful yang sangat indah, menyentuh kalbu laksana suara para malaikat bernyanyi.  

Bahkan Ustad Heru sempat bertanya kepada penulis, “Benarkah itu suara asli dari segelintir orang saja sembilan orang saja atau dari rekaman kaset?”.  

Dan nyatanya memang suara asli dan langsung hanya dari sembilan orang perwakilan Koor Kaum Muda Paroki Santo Paulus.

PS: Ini sekedar melawan lupa bahwa kunjungan silahturahmi itu pernah muncul dalam pemberitaan berikut ini.

  • Kunjungan pertama ke pesantren di muat dalam http://www.sesawi.net/omk-paroki-st-paulus-bandung-merajut-jalinan-persaudaraan-berbingkai-keberagaman/
  • Pada perayaan Pesta Ultah Paroki Santo Paulus Bandung tanggal 28 Juni 2019; dengan mengundang Santriwan/wati mengisi acara kesenian Tari Saman dan Marawis.
  • Silaturahmi selanjutnya tanggal 3 Agustus 2019; Silaturahmi Keberagaman bersama OMK dan 100 santriwan/wati dari Pesantren Asuruur di Paroki Santo Paulus, berlangsung pk. 08.00–16.00 WIB di Paroki Santo Paulus Jl. Moch. Toha 19 Bandung.
  • Kegiatan lain Wisata Rumah Ibadah (WRI) kedua komunitas Bhineka Bandung (peserta SD-SMP) 2018 https://www.youtube.com/watch?v=2iyi7guxqQg  dalam Wisata Religi Aneka Tempat Ibadah.
  • Sedangkan WRI pertama terjadi tanggal 25 Mei 2017 dengan peserta usia Sekolah Dasar dengan tema “Bersatu dalam Keberagaman”.
  • Kerjasama UNPAR dengan mendampingi acara pengabdian masyarakat dengan maksud memberi Pendampingan Nilai-nilai Keberagaman kepada Guru, Orangtua, kakak asuh dan Siswa SD Ciumbuleuit Bandung (Mei 2019) dalam Wisata Rumah Ibadah ketiga ke Pura Wira Chandra Dharma Secapa AD (Hindu), Masjid Sabiilul Iman Secapa AD (Islam), Gereja Katolik Katedral (Katolik), Gereja Kristen Indonesia Taman Cibunut (Protestan), Vihara Dharma Ramsi (Buddha Tri Dharma), Klenteng Kong Miao (Kong Hu Chu).

Ditulis oleh Sr. Theresina CB

  • Suster biarawati angggota Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (Suster CB).
  • Anggota Tim KPKC CB Indonesia.
  • Dosen STIKes Santo Borromeus.
  • Anggota Komunitas Bhineka Bandung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here