Pohon Natal dari Limbah Akar Kayu Jati Bernilai Seni Tinggi, Laris di Eropa

0
4,086 views

Pohon Natal yang dibuat dari limbah akar kayu jati di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, tidak hanya diminati konsumen dalam negeri, dan bahkan hingga tembus pasar mancanegara.

Hal ini seperti dialami oleh industri kerajinan kayu jati di Desa Banjarbanggi, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi. Permintaan pohon natal dari limbah akar kayu jati meningkat tajam menjelang perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.

“Pada hari biasa, paling yang laku tidak sampai 10 pohon. Namun, jelang Hari Raya Natal, permintaannya bisa meningkat hingga lebih dari 100 pohon selama sepekan terakhir,” ujar pemilik industri kerajinan kayu jati di Desa Banjarbanggi, Somomidi, seperti dikutip dari Antara, Kamis.

Menurut dia, tingginya permintaan pohon natal dari limbah akar kayu jati ini, dipengaruhi oleh bentuknya yang unik dan memiliki nilai seni yang tinggi.

“Para pembeli telah terbiasa dengan pohon natal yang terbuat dari plastik ataupun dari pohon cemara asli. Saat melihat di galeri ada pohon natal dari kayu jati, ternyata banyak yang suka dan akhirnya membeli,” terang dia.

Untuk harga yang dipatok juga cukup terjangkau dan bervariasi. Mulai dari harga Rp50 ribu hingga Rp2 juta per pohon tergantung dari ukuran.

Sedangkan untuk pemasarannya, selain memenuhi pasar lokal, kerajinan ini telah menembus pasar luar negeri. Untuk pasar lokal akan dikirim ke Jepara, Yogyakarta, dan Bali. Sementara pasar luar negeri, telah di kirim ke sejumlah negara di Eropa, yakni Prancis dan Belanda.

Somomidi menjelaskan, ide kreatif membuat pohon natal tersebut berawal dari banyaknya limbah akar kayu jati di wilayah Pitu, Ngawi yang merupakan tepian hutan. Kayu-kayu tersebut biasanya digunakan untuk kayu bakar hingga akhirnya dimanfaatkannya menjadi berbagai kerajinan termasuk pohon natal dengan nilai jual tinggi.

Bersama 15 orang pekerjanya, bapak satu anak ini terus berkarya dan memproduksi kerajinan dari limbah kayu jati. Tidak hanya berbentuk pohon natal, limbah kayu yang diperolehnya dengan harga murah tersebut juga dibentuk menjadi sejumlah perabot rumah tangga lainnya yang bernilai jual tinggi.

“Untuk pohon natal, pemesannya sebagian besar adalah pengurus gereja dan sejumlah hotel di kota besar. Termasuk juga warga untuk persiapan perayaan natal tahun ini,” kata dia.

Meski usaha ini telah beromzet hingga ratusan juta rupiah, namun pihaknya masih menemui kendala terkait masalah pelegalan bahan baku yang berasal dari hasil hutan.

Sementara, di Kabupaten Ngawi, terdapat beberapa sentra kerajinan kayu yang pengelolaannya di bawah binaan pemerintah daerah setempat dan KPH Ngawi. Di antaranya selain berada di Kecamatan Pitu, juga terdapat di Kecamatan Kedunggalar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here