Peringatan 100 Tahun Tarekat MSC di Sulawesi: Serah Terima Jesuit kepada MSC di Tomohon (6)

0
394 views
Para imam Jesuit di Woloan, Manado. Di antara mereka ada Pastor van Velsen SJ yang di kemudian hari diangkat menjadi Praefektur Apostolik Batavia. (Ist/Bode)

HARI Selasa tanggal 7 September 1920 adalah hari yang bersejarah bagi Gereja Katolik di Tomohon, bahkan untuk seluruh Pulau Sulawesi.

Pada hari itu diserahkan kepada pelayanan tarekat MSC oleh Para Jesuit yang telah merintisnya sejak kedatangan Pastor Jan de Vries SJ ke Minahasa tahun 1868.

Pada hari itu juga diwujudkan pemisahan Prefektur Apostolik Sulawesi yang diserahkan kepada MSC dari Vikariat Apostolik Batavia yang tetap dilayani oleh para Jesuit.

Dua peristiwa penting

Dari kronik yang ditulis oleh Sr. Marie Boniface JMJ, kita mengetahui bahwa pada hari itu dirayakan dua peristiwa penting.

Yang pertama adalah pesta Imamat 25 tahun dari Pastor Antonius van Velsen SJ yang dirayakan secara sederhana dan interen dengan para suster JMJ. Umat dan dunia luar tidak diberitahu.

Pastor van Velsen SJ mensyukuri anugerah tahbisan imamat yang ke-25 tahun. Beliau bekerja di Minahasa, yakni di Woloan, Tomohon dan daerah Tombariri selama 23 tahun yaitu dari tahun 1898 – 1921.

Berarti ketika tiba di Minahasa, Pastor van Velsen SJ baru ditahbiskan selama 2 tahun, pada tahun 1895.

Yang kedua adalah Misa Syukur serah terima pelayanan Gereja Katolik di Pulau Sulawesi dan Pulau-pulau Kecil di sekitarnya dari Serikat Yesus kepada Tarekat MSC yang dirayakan secara meriah dan terbuka untuk umat dan masyarakat Tomohon dan sekitarnya.

Tentang suasana peristiwa bersejarah tanggal 7 September tahun itu, Sr. Marie Boniface Meyer JMJ menulis dalam kronik berikut ini:

“Hari Selasa, tanggal 7 September 1920 dirayakan dua pesta besar yaitu pesta perak imamat P. van Velsen SJ dan serah terima tarekat Jesuit kepada MSC untuk pelayanan di Minahasa. Pesta perak imamat P. van Velsen dirayakan intern. Dunia luar dibiarkan tidak tahu. Pastor (v. Velsen) misa di biara. Beliau sangat terharu. Sesudah Misa ada ucapan selamat dari para suster.”

“Para Pastor datang pada saat ucapan selamat itu (untuk ucapkan selamat kepada Pastor van.Velsen). Mgr. Vesters membawa pastor-pastor besertanya. Dikirim lagi karangan bunga. Sesudah itu berlangsung acara di dalam gereja yang penuh dengan umat. Upacara mulia penyerahan Misi.”

“Mgr. dijemput oleh P. v. Velsen dengan empat pelayan misa. Mgr. pakai toga hitam, syerp ungu dan bonnet masuk bersama tujuh imam. Mgr. memberkati umat dengan air suci. Di depan altar Mgr. mengucapkan Syahadat Para Rasul. Sementara Misa masih ada fomulir yang panjang.”

“Lantas P. Jansen naik mimbar memberikan beberapa keterangan lantas kor menyanyi Ecce Sacerdos Magnus dan satu ayat dari lagu Cor Iesu. Sesudahnya Mgr. menyanyikan berkat. Lantas Mgr. keluar gereja disertai lagu Minta Berkat. Semoga Allah memberkati semua.”

Demikianlah kronik dari tanggal 7 September 1920 di Gereja Tomohon yang ditulis oleh Sr. Marie Boniface dengan kalimat yang pendek–pendek dan tidak mengikuti tata bahasa Indonesia yang baik.

Beliau melukiskan apa yang terjadi pada hari serah terima itu dengan ungkapan bahasa Indonesia yang sederhana, kalau tidak mau dikatakan terlalu miskin dalam perbendaharaan kata.

Namun justeru karena itulah maka kronik itu menunjukkan keaslian data yang dilukiskannya dan kemampuan pembuat kronik sebagai orang asing yang menggunakan Bahasa Indonesia. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here