Mgr. Ignatius Suharyo Jadi Kardinal: Sederhana nan Cerdas, Kata Uskup Kolega Kerja dan Teman Sejak Muda (3)

0
6,064 views
Mgr. Ignatius Suharyo (berdiri, paling kiri) saat masih sangat muda sebagai frater yang tengah menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Seminari Mertoyudan, kira-kira tahun 1972-an. Keterangan foto lengkap ada di bawah teks. (Dokumen Seminari Mertoyudan)

BERIKUT ini beberapa kesan tentang sosok calon Kardinal ke-3 asal Indonesia: Mgr. Ignatius Suharyo.

  • Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF
  • Kolega dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dalam kurun waktu selama beberapa tahun silam, Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF dan Mgr. Ignatius Suharyo duduk “satu meja” di Fakultas Teologi Wedabhakti (FTW) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF mengajar Misiologi dan Sakramentologi dan tinggal di Skolastikat MSF Banteng, Kentungan. Sedangkan, Mgr. Ignatius Suharyo di tahun 1990-an dan tahun-tahun berikutnya sebelum ditunjuk menjadi Uskup KAS mengajar Kitab Suci Perjanjian Baru dan menjadi tenaga formator untuk para frater diosesan di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan.

“Kami berdua sama-sama menjadi tenaga pengampu mata kuliah berbeda di FTW,” demikian Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF, Uskup Keuskupan Palangka Raya di Kalteng, menjawab Sesawi.Net.

“Mgr. Suharyo waktu itu menjabat Dekan atau Ketua Jurusan. Sedangkan saya menjadi Kaprodi. Itu terjadi kurun waktu tahun 1994-1997,” papar Uskup kelahiran Pandes, Wedi di Kabupaten Klaten ini.

Pertemuan rutin antara Mgr. Sutrisnaatmaka MSF dan Mgr. Ignatius Suharyo terjadi setiap pekan dan setiap bulan dan itu terjadi secara rutin.

“Beliau memimpin Rapat Dosen dalam rapat bulanan dan Rapat Dewan Harian setiap pekan,” terang Mgr. Sutrisnaatmaka MSF.

Mgr AM Sutrisnaatmaka MSF dalam sebuah acara pemberkatan gereja di pedalaman Kalteng. (Ist)

Tidak ada jalan buntu

Dalam setiap kali rapat mingguan dan bulanan itu, selalu saja ada terobosan-terobosan baru yang berhasil dilakukan Mgr. Suharyo dalam kapasitasnya sebagai Dekan FTW-USD.

“Praktis rapat-rapat kami waktu itu tak pernah mengalami jalan buntu. Ada-ada saja pertanyaan terobosan atau pemikiran baru yang menyebabkan kami –para peserta rapat itu– bisa melanjutkan diskusi untuk kemudian bisa memecahkan masalah,” terang Mgr. Sutrisnaatmaka MSF.

“Kerap juga dalam rapat itu diselingi dengan pertanyaan bernada humor dan itu mengenai pokok masalahnya sehingga terbukalah wawasan baru,” tambahnya kemudian.

“Rapat-rapat kami bisa menjadi cair dan kerap berimbuh dengan banyak ketawa yang menyegarkan,” tandasnya.

Sebagai dosen Kitab Suci Perjanjian Baru, terangnya lagi, Mgr. Suharyo teramat piawai merangkai bahan kuliah dan kemudian mempresentasikannya kepada para mahasiswanya –baik frater calon imam dan suster— secara sangat jelas, gamblang dan menarik.

“Para mahasiswa amat menyenangi gaya Mgr. Suharyo dalam memberi bahan kuliah,” ungkap Mgr. Sutrisnaatmaka MSF.

Satu hal yang amat “melekat” dalam benak setiap mahasiswa atas bahan ajaran Mgr. Suharyo adalah Teologi Keselamatan dan konsep biblis tentang makna “Kerajaan Allah”.

Kitab Suci itu berisi kisah-kisah refleksi manusia atas Sejarah Keselamatan. Sedangkan hadirnya Kerajaan Allah itu tampak dalam kondisi hidup manusia yang bermartabat, sejahtera, rukun, aman, tenteram, dan damai.

Demikian kesan penulis yang pernah menjadi mahasiswa Mgr. Suharyo di FTW-USD tahun 1990-an.

Mgr Yustinus Harjosusanto MSF
  • Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF
  • Uskup Keuskupan Agung Samarinda, Kaltim

“Semasa di Kentungan, Yogyakarta dulu, saya tidak banyak bergaul dan bertemu beliau. Pertemuan intensif barulah terjadi di Semarang. Saya menjadi Provinsial Kongregasi MSF dan beliau menjadi Uskup Keuskupan Agung Semarang,” papar Wakil Ketua KWI ini.

Pertemuan dan pergaulannya dengan Mgr. Suharyo kian menjadi lebih intens lagi di forum kepemimpinan KWI.

“Saya melihat dan kagum dengan gaya kepemimpinan beliau yang sangat partisipatoris. Beliau ingin agar yang memimpin rapat bisa bergantian. Tidak harus selalu ketua. Karena itu, beliau lebih suka ingin mendengarkan gagasan-gagasan dari para peserta rapat Presidium KWI dan –kalau dirasa perlu saja—beliau lalu ikut nimbrung menambah sana-sini,” terang Mgr. Yustinus Harjosusanto yang kini memimpin Gereja Lokal Keuskupan Agung Samarinda.

Runtut dan jelas cara pikir

“Kerendahan hati Mgr. Ignatius Suharyo itu tampak misalnya dalam gaya bicaranya yang selalu beliau usahakan sesederhana mungkin. Itu beliau omongkan dengan sangat rapi dan runtut sehingga mudah ditangkap. Juga penampilan beliau pun demikian sederhana,” tambahnya.

“Gagasan dan pemikiran beliau itu selalu bisa disampaikan dengan amat runtut dan teratur.Dari kecakapan dan kecerdasannya sering muncul gagasan baru dan sangat orisinil,” demikian kesan Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF.

“Menurut saya, beliau memang layak dan pantas menjadi Kardinal. Kita mesti ikut bersyukur, gembira dan bangga bersana Gereja Katolik di Indonesia,” tandasnya mengakhiri pembicaraan dengan Sesawi.Net.

Ucapan Selamat Paskah dari Uskup Agung KAP Mgr. Agustinus Agus untuk para prajurit TNI di bangku depan dalam Perayaan Ekaristi Paskah Bersama uuntuk segenap anggota TNI-Polri Katolik.
  • Mgr. Agustinus Agus
  • Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Kalbar

Mgr. Suharya itu kakak kelas saya. Beliau satu tahun di atas saya, ketika kami sama-sama kuliah filsafat dan teologi di IFT (Institut Filsafat Teologi) dan tinggal bersama Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta,” ujar Mgr. Agustinus Agus, Uskup KeuskupanAgung Pontianak dan anggota Dewan Moneter KWI.

“Kami sama-sama senang olahraga bulutangkis. Kami berdua pernah berpasangan dalam duet ganda badminton,” tambah Uskup yang jagoan berpantun ria ini.

“Beliau sangat pantas dan layak menjadi Kardinal. Sejak di Seminari Tinggi, beliau orang yang cerdas, bijaksana, dan juga sangat rendah hati,” kenang Mgr. Agus saat sedari muda sudah kenal dengan sosok pribadi calon Kardinal ketiga dari Indonesia.

Pinjam motor

“Saya ingat zaman itu. Frater-frater lain belum punya sepeda motor dan waktu itu beliau sudah punya, tetapi tetap rendah hati dan peduli dengan teman-teman dari keuskupa lain, termasuk kami yang dari Kalimantan, dan luar pulau Jawa,” ungkap Mgr. Agus sedikit bernostalgia.

“Sebagai Uskup pun, kepribadiannya sangat menonjol. Beliau mampu menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dicerna, tapi padat makna,” tambahnya.

“Beliau juga punya sikap tegas dan hal itu bisa disampaikan dengan ragam cara yang sangat lembut. Betul-betul beliau itu mampu melaksanakan motto ‘fortiter in re, suaviter in modo’ yang artinya tegas dalam memegang prinsip, namun lembut dalam cara penyampaiannya,” demikian pendapat Mgr. Agus.

“Inilah kesan singkat saya. Proficiat Mgr. Suharyo atas pengakatannya menjadi Kardinal. Kami mendukung dalam doa,” pungkasnya.

Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang. (Dokpen KWI)
  • Mgr. Petrus Boddeng Timang
  • Uskup Keuskupan Banjarmasin, Kalsel

“Saya beberapa tahun lamanya bersama-sama tinggal dan menjalani studi pada kurun waktu kurang lebih sama di FTW dan Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan. Jadi, kami sama-sama menjadi frater di Kentungan dan kemudian ditugaskann sebagai formator untuk para frater calon imam,” kenang Mgr. Petrus Boddeng Timang.

“Beliau menjadi formator di Seminari Tinggi St. Paulus, alma mater kami; sedangkan saya di Seminari Tinggi Anging Mammiri milik Keuskupan Agung Makassar yang berdiri sejak tahun 1978. Saya menyelesaikan pendidikan di Seminari Tinggi Kentungan bulan Desember tahun 1973 dan ditahbiskan imam tanggal 13 januari 1974,” kenang putera Toraja yang kini memimpin Gereja Lokal Keuskupan Banjarmasin ini.

“Mgr. Ignatius Suharyo sosok imam yang dianugerahi banyak kemampuan intelektual yang  hebat. Beliau mampu menyelesaikan program S2 dan S3 di Roma hanya dalam jangka waktu 3,5 tahun saja,” tutur Mgr. Timang.

“Begitu selesai studi program doktoral di Roma, beliau langsung kembali ke Kentungan mengajar sebagai dosen Kitab Suci yang cerdas dan beliau itu disenangi para mahasiswa karena beliau mampu mengajar materi ajar kuliah dengan sistematis, kontennya jelas, paparan rinci, dan mudah dipahami. Tak mengherankan beliau relatif cepat memperoleh gelar guru besar, sebelum beliau diangkat Uskup KAS,” begitu pendapat Mgr. Timang.

Bernas dan santun

“Buku-buku dan tulisan-tulsa beliau banyak dan isinya sangat bernas dengan konten paparan yang disampaikan jelas sehingga juga mudah ditangkap,”

“Kemampuan olahraganya juga  di atas rata-rata. Beliau bisa dengan apik main sepak bola, volley, dan luar biasa untuk permainan badminton. Olah vokal juga hebat. Bicara beliau lembut jauh dari keras, jangankan pernah kasar. Itu tidak pernah. Sangat rendah hati dan bersahabat. Juga sangat religius dan pendoa,” kata Mgr. Timang.

“Selama 11 tahun menjadi Uskup Keuskupan Banjarmasin, saya aktif bergaul bersama beliau di KWI. Dalam memimpin rapat-rapat di KWI, beliau itu berpenampilan lembut, efisien bicara; namun juga bisa sangat tegas, jelas berprinsip, dan memberi solusi,” kata Mgr. Petrus Boddeng Timang dari Keuskupan Banjarmasin

“Jubah kardinal dari Paus Fransiskus yang dianugerahkan kepada beliau itu sebagai bentuk penghargaan kepada Gereja Katolik Indonesia dan bangsa Indonesia. Sangat pantas. Saya ikut bangga dan bersyukur. Deo gratias,” pungkas Mgr. Timang mengakhiri pembicaraan dengan Sesawi.Net

Romo Zakharias Lintas Pr saat memberi homili di Gereja St. Gemma Galgani Katedral Ketapang dalam rangka Perayaan Ekaristi Syukur atas 70 Tahun Kongregasi Suster Augustinessen (OSA) — Mathias Hariyadi
  • Romo Zakharias Lintas Pr dari Keuskupan Ketapang, Kalbar
  • Imam diosesan dan imam Dayak pertama Keuskupan Ketapang
  • Teman di Seminari Menengah dan seminari Tinggi sejak tahun 1970.

“Yang selalu bisa saya ingat tentang Mgr. Suharyo adalah sosok orang yang sangat cerdas, sekaligus sederhana. Beliau itu tipe murid seminari yang serba bisa dalam berbagai bidang seperti akademis dan musik. Pribadinya selalu siap ingin membantu, punya naluri berpikir tajam, tapi mampu menyederhanakan persoalan,” kenang Romo Lintas saat dihubungi Sesawi.Net.

Membantu Keuskupan Ketapang

Jasa Mgr. Suharyo bagi Keuskupan Ketapang amat besar. Tidak hanya karena sebagai Uskup KAS waktu itu telah menyumbangkan tenaga imam dan frater KAS untuk bisa berkarya di Keuskupan Ketapang.

“Jasa dan sumbangan beliau ke Keuskupan Ketapang lebih dari itu. Adalah Mgr. Suharyo yang telah membantu Keuskupan Ketapang bisa merumuskan visi dan misi Keuskupan Ketapang,” papar Romo Lintas Pr.

“Dengan demikian, saya kira memang amat tepat dan sangat pas bila Paus menghendaki beliau menjadi Kardinal. Sebagai Kardinal, beliau punya tugas –salah satunya—adalah memilih Paus dan bisa juga dipilih menjadi Paus,” ungkap imam Dayak yang masih suka melakukan perjalaan turne ke pedalaman ini.

“Sebagai Kardinal yang salah satu tugasnya menjadi penasihat Paus, maka Mgr. Suharyo itu pasti punya banyak gagasan segar yang bisa beliau sampaikan kepada Paus untuk kepentingan Gereja. Pengangkatan beliau menjadi Kardinal ini juga merupakan penghargaan bagi Greja Katolik Indonesia. Tanti auguri Cardinale, Tuhan selalu menyertai La Sua Exellenza,” pungkas Romo Lintas Pr. (Berlanjut)

PS: Keterangan foto utama sebagai berikut

  • Ki-ka, berdri: Fr. Ignatius Suharyo Pr, Fr. Widhi Harsanto SJ (waktu itu dan kini awam), Romo Th. Helsloot SJ (alm), Br. Harjawardaya SJ yang dikenal dengan sebutan akrab Harja Listrik, Br. G. van Dooren SJ (almarhum pengajar bahasa Perancis), Romo Keith Presley SJ (kini awam) Fr. G. Sabdo Utama SJ (alm).
  • Ki-ka, duduk: Sr Louise CB (guru bahasa Inggris), Romo Suradibrata SJ (alm), Rektor Seminari Romo van der Putten SJ (alm), Romo H. Notosusilo Pr (alm), Br. Wuryaatmaja SJ (alm), dan Romo Horst Wernet SJ (pengajar bahasa Inggris dan kini tinggal di Jerman)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here