Mendidik dengan Cinta yang Benar

0
157 views
Sr. Marga AK bersama guru melakukan edukasi anak untuk mengikis sifat egois di PAUD St. Theresia, Wedi, Klaten.

SEORANG bijaksana berkata, “Barang siapa cinta kepada anaknya menyediakan cambuk baginya, supaya akhirnya ia mendapatkan sukacita karenanya. Barang siapa mendidik anaknya dengan tertib, akan beruntung karenanya.”

Seorang gadis sangat dimanja oleh orangtuanya. Pasalnya, ia adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya di sebuah desa.

Sejak kecil, ia dididik dengan hidup mewah. Orangtuanya tidak pernah memarahinya meski ia melakukan kesalahan-kesalahan besar. Akibatnya, setiap permintaannya selalu dikabulkan oleh orangtuanya.

Namun suatu ketika gadis itu terjerumus ke dalam penggunaan narkotika. Ia menjadi pengguna yang aktif. Uang yang ia peroleh dari orangtuanya digunakan untuk membeli barang haram tersebut.

Dalam waktu yang lama, gadis itu menyembunyikan kegiatannya itu.

Suatu hari, gadis itu ditangkap oleh polisi ketika sedang menggunakan narkotika bersama teman-temannya. Mendengar hal itu, orangtuanya memprotes penangkapan itu.

Orangtuanya memberi alasan bahwa anaknya orang baik-baik saja. Dia tidak mungkin menggunakan barang haram itu.

Mereka membelanya mati-matian. Tetapi pihak polisi mesti menangani gadis itu secara professional.

Bukan kemanjaan

Mencintai seseorang tidak berarti membiarkannya melakukan apa saja yang diinginkannya. Mencintai seseorang berarti memberikan yang dibutuhkan oleh orang itu. Bukan sekedar membuat orang itu merasa bahagia dalam topeng sukacita semu.

Namun lebih dari itu, mencintai berarti juga membantu seseorang untuk bertumbuhkembang dalam hidupnya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk mendidik anak-anak kita dengan cinta yang benar. Cinta yang benar itu bukan memanjakan dengan kemewahan.

Orangtua dalam kisah di atas secara salah memberikan cinta kepada puterinya. Mereka sudah merasa sukses mendidik anak mereka dengan ketersediaan harta kekayaan.

Semestinya yang utama bukan harta yang melimpah dengan hidup mewah. Yang semestinya mereka lakukan adalah mendidik anak mereka menghargai kehidupan.

Semestinya yang diberikan bukan kemanjaan, tetapi cinta yang benar yang disertai oleh disiplin dalam hidup.

Untuk itu, orang mesti membedakan antara cinta yang benar yang memberi kedewasaan dalam hidup dengan kemanjaan yang sering mematikan kreativitas.

Manusia tidak hanya tumbuh berkembang dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik. Manusia juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikologis dan spiritual.

Mari kita menumbuhkembangkan hidup kita secara holistik. Artinya, kita tumbuhkembangkan berbagai aspek yang ada dalam diri kita.

Mengapa? Karena manusia itu makhluk multi dimensi.

Dengan demikian, hidup kita menjadi suatu kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tetap semangat, sahabat-sahabat. Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here