Sakit memang tidak menyenangkan. Namun, lewat sakit kita bisa belajar banyak hal, bahkan pengalaman sakit itu bisa membantu kita makin dekat dengan Yesus. Demikian disampaikan Paus Benediktus XVI dalam pesannya untuk memeringati Hari orang sakit sedunia bulan depan.
“Tuhan, lewat puteraNya, tidak akan meninggalkan saat kita menderita justru mendekati dan membantu kita untuk menanggungnya, serta ingin menyembuhkan di kedalaman hati kita,” kata Paus.
Dia menempatkan penekanan khusus pada tiga Gereja “sakramen penyembuhan,” yakni Sakramen Tobat, Pengurapan Orang Sakit, dan Ekaristi.
Tema Hari Orang Sakit tahun ini yang akan dirayakan pada 11 Februari adalah “berdiri dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan Engkau,” sebuah kutipan yang diambil dari perintah Kristus untuk salah satu dari sepuluh penderita kusta yang disembuhkan dan berterima kasih padanya.
Paus Benediktus berkata bahwa perintah Yesus untuk penderita kusta harus meningkatkan kesadaran akan “pentingnya iman bagi mereka yang terbebani oleh penderitaan dan penyakit agar mendekat pada Tuhan di saat sakit,” sebagaimana “mendapatkan kesehatan merupakan hal yang lebih berharga dari sebuah penyembuhan fisik belaka, karena ini adalah tanda keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita melalui Kristus. “
Keinginan Kristus untuk menyembuhkan jiwa dan tubuh terpenuhi secara sempurna dalam sakramen-sakramen Gereja Katolik, kata Paus seraya menggambarkan bahwa ini merupakan ungkapan fisik dari iman kita yang mencakup seluruh pribadi, tubuh dan jiwa.”
Rentetan penyembuhan fisik dan pembaharuan jiwa ini kata Paus dapat dilihat dalam sakramen-sakramen Gereja Katolik.
Dalam Sakramen Tobat, “obat pengakuan” mencegah kita merosot dalam keputusasaan dan memungkinkan peniten untuk mengalami “Kasih yang mengampuni dan tranformasi hidup,” jelasnya.
Tobat ini terutama diperlukan pada saat kita mengalami penderitaan saat kita mudah tergoda untuk menyerahkan diri ke kekecewaan dan keputusasaan,” tulis Paus. Daripada putus asa, sakramen dapat mentransformasi penderitaan menjadi pengalaman yang penuh rahmat.
Sakramen Pengurapan Orang Sakit memberi penawar sakit bagi mereka yang sakit parah. Paus menjelaskan bahwa sakramen ini meyakinkan kita akan kebaikan-Nya yang menawarkan kekuatan dan penghiburan dan pada saat yang sama memberikan penyembuhan pasti yakni kebangkitan.
Karena itu, sakramen ini tidak boleh dianggap ‘sakramen kecil’ dibandingkan dengan yang lain. Sakramen ini membawa keuntungan rohani untuk imam dan seluruh komunitas Kristen karena membuat semua orang sadar bahwa hal ini sungguh dilakukan untuk Kristus sendiri.
Lalu dengan Sakramen Ekaristi, Paus menyebutnya sebagai “instrumen berharga dan anugerah luar biasa dari Tuhan” bagi orang sakit karena makin memberi kepenuhan atas misteri kematian dan kebangkitan Kristus. Ini artinya, setiap gereja di paroki-paroki harus membantu dan memastikan bahwa mereka yang tidak dapat menghadiri misa harus sering menerima Komuni.
Ekaristi sangat penting dijalani dan dirayakan oleh mereka yang hendak meninggal sebagai “Viaticum” atau obat keabadian dan penawar kematian menurut definisi Santo Ignatius dari Antiokhia.
Paus menyimpulkan pesannya dengan berterima kasih kepada semua orang yang merawat orang sakit karena dengan keahlian dan profesi mereka yang dikerjakan dalam keheningan dan seringkali tanpa menyebutkan Kristus, mereka mewujudkan Kristus secara konkret.
Dia juga mengingatkan pada mereka yang sakit bahwa Maria adalah bunda yang penuh belas kasih pada mereka yang sakit dan kepada dia kita percaya dan menyampaikan doa mohon pertolongan.
“Semoga kasih sayang keibuannya yang dinyatakannya dengan berdiri di samping Putranya saat mati di kayu Salib, mendampingi dan mempertahankan iman dan harapan setiap orang sakit dan menderita dalam perjalanan penyembuhan untuk luka tubuh dan jiwa!”