HR Semua Orang Kudus: Why 7:2-4,9-14; 1Yoh 3:1-3 dan Mat 5:1-12
Hari Raya Semua Orang Kudus dan bacaan-bacaan suci yang kita baca dalam perayaan ini, memberikan kepada kita beberapa poin permenungan.
- Kita semua dipanggil kepada kekudusan. Kita ini adalah mahkluk ciptaan Allah yang secitra dengan Allah. Karena secitra dengan Allah, maka kita juga dipanggil untuk menjadi kudus: “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu kudus.” (Im 19:2).
- Dipanggil menjadi suci. Seruan Apostolik Paus Fransiskus Gaudete et Exultate menegaskan bahwa kita semua dipanggil menjadi kudus. Menjadi suci adalah panggilan Allah kepada kita secara pribadi dan menjadi sebuah kesaksian. Kesaksian itu dimulai dengan membangun relasi dengan Tuhan melalui doa pribadi, merayakan sakramen-sakramen, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan. Tidak berhenti di sini, apa yang dialami dalam relasi dengan Tuhan mesti dihidupi dan dibagikan kepada orang lain. Relasi dengan Tuhan dalam bentuk perhatian kepada sesama akan menjadi daya pikat.
- Jalan menuju kesucian. Ada banyak orang menjadi suci justru bukan karena melakukan hal-hal besar, melainkan hal-hal kecil dan sederhana, misalnya memperhatikan orang sakit dan bersusah. Jalan menjadi suci itu adalah ketika kita mampu bertahan saat Tuhan memurnikan kita, entah lewat permasalahan hidup, penderitaan ataupun pengalaman yang membuat kita berada dalam situasi ambang batas. Allah menyucikan kita dengan cara perlahan, membentuk kita dalam aktivitas sehari-hari dengan kesadaran, kesungguhan dan kepasrahan kepada Tuhan.
- Bagaimana mengahayati kekudusan? Kesucian bukan tentang “fanatisme” dan “radikalisme” tetapi soal mengenal dan melayani Tuhan dalam diri orang yang lapar, orang asing, telanjang, miskin dan sakit. Kesucian nampak pada kesetiaan menebarkan kasih dan kebaikan lewat perhatian kepada sesama. Doa di tengah kesibukan menjadi kunci menghayati kesucian hidup.
