Puncta 18.11.19 Luk 18:35-43: Belajar dari Si Buta

0
634 views
Ilustrasi: Yesus menyembuhkan orang buta. (Ist)

KISAH penyembuhan si orang buta ini menggambarkan kasih Allah yang memprioritaskan orang kecil. Layaknya seorang raja sejati yang memenuhi apa yang dibutuhkan rakyatnya. Orang buta itu digambarkan duduk di pinggir jalan dan mengemis.

Istilah di pinggir sudah menggambarkan status orang yang tidak diperhitungkan.

Orang buta itu digolongkan sebagai kelompok yang dipinggirkan. Pekerjaannya juga sudah jelas sebagai kelompok miskin berkasta rendah.

Orang-orang seperti ini tidak punya harapan untuk tampil di muka umum. Mereka kelompok tertindas dan dipinggirkan.

Oleh karena itu ketika dia berteriak-teriak, orang-orang yang di depan menyuruh dia diam. Teriakannya mengganggu saja. Orang seperti itu harus dibungkam.

Tetapi semakin dilarang, semakin kuat dia berseru. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.”

Terhadap orang-orang seperti itu, hati Yesus justru terpaut. Dia bertanya, “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu.” Jawab orang itu, “Tuhan, semoga aku melihat.”

Yesus mengambil inisiatif untuk menolong. Orang buta itu dapat melihat karena imannya yang kuat. Hal itu ditunjukkannya dengan keteguhannya mendekati Yesus walaupun dihalang-halangi orang banyak.

Yang menarik adalah setelah melihat, ia mengikuti Yesus dan memuliakan Allah. Ini penting karena mengandung pesan kepada pembacanya. Sesudah orang bisa melihat dan berjumpa dengan Yesus, kita diajak untuk mengikutiNya dan memuliakan Allah.

Orang buta itu mengajari kita agar tidak bosan-bosan berseru kepada Tuhan. Hendaknya kita sering menyeru nama Tuhan dalam doa. Orang buta itu memberi harapan bahwa Tuhan pasti akan mendengarkan doa kita. dan ketika doa kita dikabulkan, jangan lupa untuk berjalan mengikuti Yesus dan memuliakan Allah.

Sering kali kalau doa sudah dikabulkan, kita lupa berterimakasih kepadaNya. Bahkan pergi meninggalkan Yesus. Kita lupa diri.

Kadang orang buta yang cacat fisiknya, tetapi mata hatinya sangat peka terhadap kasih Allah. Kita yang bisa melihat justru sering buta hati kita terhadap Allah dan sesama.

Kalau kita buta, marilah kita berseru kepadaNya. Kalau kita melihat, marilah kita mengikutiNya dan selalu memuji Allah.

Malam-malam bulan purnama
Menikmati bintang-bingtang di angkasa
Tuhan mengasihi orang kecil sederhana Kita pun diajak meneladan dan mengikutiNya

Wisma OMI, mengakhiri Week End

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here