Pada suatu waktu, binatang-binatang di hutan bersepakat untuk membuka sebuah sekolah untuk anak-anak mereka. Mereka menyelenggarakan pertemuan. Tanpa ragu-ragu mereka setuju bahwa saat ini sudah menjadi “keharusan” bahwa setiap warganegara hutan harus belajar tentang segala hal. “Kita harus mengikuti contoh dari umat manusia,” kata mereka, “pendidikan integral adalah keharusan.”
Mereka merancang “rencana khusus” pendidikan bagi semua binatang. Setiap binatang, baik besar maupun kecil, harus mempelajari semua ketrampilan kebinatangan. Semua binatang muda—tanpa kecuali—akan diajar terbang, berlari, berenang, memanjat pohon, meloncat, membuat sarang, menggali lubang, menyanyi, bersiul, dan sebagainya. Semua akan menerima sebuah pendidikan yang komplit dan utuh (integral).
Pada hari pertama sekolah dibuka, terdengar guru berkata kepada murid-muridnya. “Anak-anakku tercinta, di sekolah ini aku akan mengajari kalian semua hal. Setiap dari kalian akan dapat terbang seperti elang, berlari seperti kijang, bernyanyi seperti burung muri, memanjat pohon seperti monyet. Itu semua pasti menyenangkan.”
Setelah beberapa hari, terdengar suara guru mengajar seekor kura-kura. “Ayo lari! Lebih cepat, lebih cepat lagi! Masak kamu tidak dapat berlari seperti si kijang?”
“Guru, aku tidak dapat. Aku tidak mampu!”
“Kamu sungguh tak berguna! Ayo, coba sekali lagi! Tidakkah kamu bisa lari untuk mendapatkan hadiah? Kulihat kamu itu malas, tidak taat perintah, tidak mau kerjasama. Aku tidak akan meluluskan kamu!”
Akhirnya, kura-kura gagal dalam mata pelajaran lari. Dia tidak mencapai nilai lulus. Dia gagal, maka dia keluar dari sekolah itu.
Hari berikutnya, terdengar guru berteriak kepada gajah kecil. “Ayo ke sini. Tunjukkan bagaimana kamu telah belajar memanjat pohon ini! Cepat, ayo panjat! Kenapa kamu tidak bergerak sedikitpun, wahai tulang yang malas? Kamu sungguh tak berguna. Kamu tidak akan pernah dapat belajar apapun.”
Singkat cerita, anak gajah itupun gagal di kelasnya dan dikeluarkan dari sekolah. Demikian pula elang gagal karena tidak dapat berenang. Dan monyet juga gagal karena tidak dapat terbang. Dan kuda gagal karena tidak dapat menyanyi merdu.
Di akhir tahun ajaran, semua binatang dikeluarkan dari sekolah itu. Semua telah gagal! Dan akhirnya, sekolah itupun tutup.
Sejak kejadian itu, kehidupan di hutan kembali seperti sedia kala. Setiap binatang mempraktekkan dan menyempurnakan ketrampilan masing-masing, namun kali ini tidak lagi sama seperti di sekolah, karena sekolah selama ini hanya mengajarkan satu hal saja: bahwa setiap binatang gagal, bahwa mereka semua drop-out.
(terjemahan bebas dari “Animal School” dalam Parables and Fables for Modern Man Vol IV, karangan Peter Ribes SJ, 1991, hlm.14-15)
izin share ya mo…
silakan mas