SEORANG bijaksana berkata, “Tak ada orang yang pernah mencapai kematangan rohani sejati sampai menemukan bahwa melayani orang lain lebih mulia daripada melayani diri sendiri.”
Banyak pengusaha sukses di dunia saat ini telah menunjukkan kedermawanannya. Mereka menyisihkan sejumlah besar kekayaan yang dimiliki untuk membangun karya kasih bagi kemanusiaan.
Sebut saja Henry Ford, pengusaha otomotif terkenal dunia.
Suatu ketika Henry bepergian ke London. Ketika tiba di Airport, kepada seorang petugas reservasi hotel, ia memesan kamar hotel yang murah.
Petugas resevasi hotel memandang penuh tanda heran, ketika Henry Ford menyebutkan namanya sebagai pemesan.
Tanpa menunggu waktu lama, petugas itu berkata heran, “Tuan Ford, kedatangan Anda kemari justru sudah diberitakan di media masa Inggris. Saya sudah membaca dan melihat wajahmu di surat kabar kemarian. Sebagai seorang industrialis besar, mengapa Anda memesan kamar hotel seperti ini? Apakah Anda tidak takut keselamatan dan kesehatan Anda sendiri?”
Tanpa menunggu penjelasan Mr Ford, dia berkata lagi, “Saya juga tahu, putra Anda sering kemari. Ia biasa memesan hotel berbintang dengan kamar executive demi kenyamanan dan keamanan.”
Dengan tenang, Henry Ford menjawab:
“Iya. Putraku itu pemuda cemerlang. Ia masih baru sekali dan belum sungguh-sungguh mengenal dunia. Bagi saya, tidak menjadi persoalan di mana saja saya bisa tidur, meski di kamar hotel yang paling sederhana. Yang penting ada sesuatu untuk meletakan badan, saya akan tetap seorang Henry Ford. Tidak akan membuat dan memberi perbedaan sedikit pun soal di mana saya tinggal dan apa yang saya miliki.”
Mampu memberi hidup
Orang hebat dikenal dan dikenang selalu. Mereka dikenal bukan karena penampilan, kekayaan atau tempat tinggal yang didiami. Mereka dikenal melalui kepribadian dan karya kemanusiaan yang mereka berikan untuk orang lain.
Orang hebat tidak pernah memperkenalkan diri atau berusaha memperkenalkan diri kepada orang lain.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk terus-menerus menampilkan diri apa adanya. Meski suatu ketika kita menjadi orang besar dan terkenal, penampilan kita semestinya tidak berubah.
Henry Ford menampilkan diri apa adanya. Ia hidup sebagai manusia biasa yang punya watak yang mantap. Ia tidak berubah meski sudah menjadi orang yang terkenal seantero jagat.
Kebahagiaan manusia bukan terletak pada status diri. Namun kebahagiaan itu terjadi ketika orang mampu memberi hidupnya bagi orang lain. Orang mampu membahagiakan orang lain. Tentu saja hal ini tidak mudah.
Mengapa? Karena banyak orang ingin membahagiakan dirinya terlebih dahulu.
Mari kita terus-menerus berusaha untuk membahagiakan orang lain melalui cara hidup kita yang ugahari.
Dengan cara ini, banyak orang akan menemukan sukacita dan bahagia dalam hidup mereka.
Tuhan memberkati.