82 Mahasiswa Seminari Tinggi Pineleng Siap Diutus Pelayanan Natal di Tiga Provinsi

0
892 views
Mahasiswa peserta pelatihan.

“TINGKATKAN karya serta karsa membangun dunia, walaupun rintangan menghadang di jalan, majulah terus, kita ’kan menang, jangan bimbang.”

Demikianlah penggalan lagu yang dibawakan dalam pembukaan Pelatihan Petugas Natal Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP). Acara yang diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STF-SP ini dilaksanakan tanggal 17-18 Desember 2019 di Aula STF-SP.

Menurut aturan yang ada di STF-SP, mereka yang akan diutus untuk tugas Natal adalah mahasiswa (frater dan katekis) tingkat 3 ke atas. Maka dari itu, kegiatan pelatihan ini lebih dikhususkan untuk tingkat 3, karena ini adalah tugas Natal pertama mereka.

Pemateri dalam pelatihan ini adalah Pastor Bonefasius Boro Bin Ola Pr, biasa disapa Pastor Boni dan dibantu oleh beberapa frater tingkat mayor.

Sesi pertama di hari pertama diberikan oleh para frater mayor.

Dengan pengalaman yang didapatkan selama berpastoral, frater-frater mayor menunjukan bagaiman cara memimpin ibadah yang baik dan benar, sesuai dengan aturan liturgi dan bagaimana mempersiapkan perayaan itu.

Selain itu, para frater tingkat mayor juga membagikan pengalaman mereka ketika berada di tengah umat. Proses ini dimaksudkan agar mahasiswa peserta pelatihan tahu hal apa saja yang biasa terjadi di tengah umat dan bagaiman menindakinya.

Sesi berikutnya diberikan oleh Pastor Boni.

Pastor memberi tekanan lebih pada soal bagaimana berkotbah kepada umat. Dalam proses perkuliahan, para mahasiswa sudah mendapatkan pembekalan berkotbah oleh dosen yang lain dalam mata kuliah Homiletika.

Pelatihan yang diberikan oleh pastor ini tidak bermaksud untuk mengoreksi apa yang sudah didapatkan dalam kuliah, tetapi justru memperkaya kemampuan mahasiswa dalam menyusun sebuah khotbah dan membawakannya.

Hari yang kedua, pastor membagikan pengalamannya ketika berada di tengah umat. Pastor menguraikan apa saja yang biasanya terjadi ketika berada di tengah umat dan bagaimana menghadapi hal itu.

Paparan materi oleh fasilitator.

Sama seperti sesi yang pertama di hari pertama, baik sharing pengalaman dari para freater mayor dan juga pastor diharapkan agar mahasiswa semakin siap ketika turun ke umat menghadapi kenyataan yang ada dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Delapan kelompok

Setelah itu, peserta dibagi dalam delapan kelompok.

Dalam kelompok, masing-masing peserta tampil membawakan khotbah yang telah dibuat dan peserta yang lain memberikan koreksi dan masukan.

Yang dikoreksi bukan hanya soal isi kotbah tetapi cara pembawaan. Selain itu, masing-masing peserta dalam kelompok saling memberi masukan mengenai apa saja yang perlu disiapkan sebelum pergi tugas.

Setelah selesai berproses dalam kelompok, Seksi Kerasulan BEM STF-SP mengumumkan tempat tugas masing-masing peserta.

Sebanyak 82 mahasiswa yang terdiri dari frater dan katekis akan diutus ke berbagai paroki di wilayah Keuskupan Manado yang terdiri dari tiga provinsi (Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah) dan juga di Paroki St. Petrus Jailolo yang adalah bagian dari Keuskupan Amboina.

“Para Frater dan katekis diutus ke tengah-tengah umat adalah sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,” ujar Frater Christiano Mandagi, Ketua BEM STF-SP.

Natal beda

Bagi peserta pelatihan, Natal tahun ini akan berbeda dengan Natal di tahun-tahun sebelumnya. Biasanya Natal diisi dengan acara kumpul bersama keluarga.

Kali ini, Natal akan diisi dengan pengabdian kepada umat. Jauh dari keluarga pasti, tetapi hal ini tidak menghilangkan suka cita Natal karena menjadi mahasiswa STF-SP berarti menjadi pribadi yang siap diutus.

Justru pengabdian seperti ini adalah sumber sukacita dan memang mahasiswa STF-SP harus menjalankan tugas ini dengan suka cita. Sebagai orang yang bersukacita, mahasiswa STF-SP harus menghadirkan sukacita Natal di tengah umat.

“Jangan lupa bahagia, karena jika tugas ini dijalankan tidak dengan kebahagiaan dan menganggapnya sebagai tuntutan maka tugas ini akan terasa berat,” lanjut Christiano.

Dalam proses kuliah, para mahasiswa banyak berhadapan dengan konsep filsafat dan teologi. Konsep-konsep ini diharapkan dapat dikonkretkan ketika turun langsung ke tengah-tengah umat.

Diskusi salah satu kelompok.

Apa yang didapatkan dalam kuliah tidak berhenti pada kuliah saja tetapi harus berbuah dalam kerja nyata. Akan tetapi, perutusan mahasiswa bukan hanya sekedar memberikan apa yang telah didapat ketika kuliah, tetapi mencari dan menerima hal yang baru yang dapat mengembangkan diri mahasiswa.

“Pengutusan ini juga adalah salah satu bentuk atau cara pembinaan bagi mahasiswa (frater dan katekis) dalam mengembangkan diri.”

Ketua BEM STF-SP juga berharap, mahasiswa yang diutus pada perayaan Natal dapat membuat umat menyadari kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka.

Sukacita Natal bukan hanya untuk mereka yang merayakannya dengan berpesta. Belum tentu juga mereka yang berpesta pada hari Natal adalah yang berbahagia. Bisa jadi pesta yang dibuat hanya karena gengsi atau hanya untuk dilihat orang, padahal yang berpesta sendiri tidak bahagia.

Sukacita Natal juga dapat diperoleh dengan kesederhanaan. Kumpul bersama dengan keluarga dan bersama-sama dalam doa adalah sumber sukacita. Tidak perlu ada pesta karena justru dengan berpesta orang sering lupa akan Tuhan.

Ketua BEM STF-SP menambahi, bagi mahasiswa yang akan diutus, jangan membuat keadaan umat menjadi susah. Jangan membuat hal-hal yang tidak pantas, yang justru hanya akan merusak diri sendiri dan nama baik lembaga.

Mahasiswa yang diutus bukanlah raja atau ratu yang harus dilayani. Mahasiswa STF-SP diutus adalah pribadi yang memberi diri sepenuhnya dalam pelayanan kepada Tuhan lewat umat di mana ia akan diutus.

“Bagi mereka yang akan diutus dalam tugas Natal, tetap semangat dan jangan lupa bahagia,” tutup Ketua BEM STF-SP.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here