KEGIATAN susur sungai siswa SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berujung duka mendalam. Para peserta hanyut dan tenggelam saat susur sungai tersebut, enam orang siswa dilaporkan tewas dan empat siswa hilang pada hari Jumat, 22 Februari 2020.
Pada 7 Mei 2017, telah terbit Preventing Drowning: An Implementation Guide (Mencegah tenggelam: sebuah panduan implementasi). Publikasi ini disusun untuk memberikan panduan praktis tentang bagaimana menerapkan intervensi pencegahan tenggelam.
Apa yang sebaiknya kita ketahui?
Tenggelam adalah sebuah proses gangguan pernafasan karena perendaman atau pencelupan dalam cairan, yang dapat menyebabkan luka atau cidera dan kematian.
Laporan global tentang tenggelam (Global Report On Drowning: Preventing A Leading Killer) pada tahun 2015, diperkirakan 360.000 orang meninggal karena tenggelam, sehingga tenggelam merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, karena menjadi penyebab utama ke-3 kematian akibat kecelakaan yang tidak disengaja.
Pada tahun 2015, tenggelam menyumbang lebih dari 9% dari total angka kematian global, penyebab utama kematian akibat cedera yang tidak disengaja, dan mencapai 7% dari semua kematian terkait cidera.
Beban global dan kematian akibat tenggelam ditemukan di semua kelompok ekonomi dan wilayah. Namun demikian, tenggelam mencapai lebih dari 90% kematian yang tidak disengaja di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Lebih dari separuh kasus tenggelam terjadi di Pasifik Barat dan Asia Tenggara.
Selain itu, tingkat kematian tertinggi karena tenggelam terjadi di Afrika, mencapai 15-20 kali lebih tinggi daripada di Jerman atau Inggris Raya. Memang masih ada berbagai ketidakpastian tentang perkiraan kematian global karena tenggelam.
Hal ini mencakup metode kategorisasi data resmi tenggelam yang tidak seragam dan tidak semua memasukkan kasus kematian tenggelam yang disengaja, baik bunuh diri atau pun pembunuhan.
Selain itu, juga kasus tenggelam akibat bencana banjir dan kecelakaan transportasi air, sering tidak didata.
Data kematian karena tenggelam dari sebuah negara dapat dipertimbangkan jika memenuhi kriteria berikut: perkiraan cakupan kematian nasional sebesar 70% atau lebih, penyebab kematian kurang jelas kurang dari 20%, terdapat 10 atau lebih penyebab kematian pada kelompok usia 1-14 tahun, dan data tersedia dari tahun 2007.
Meski data terbatas, beberapa penelitian mengungkapkan informasi mengenai dampak biaya tenggelam. Di Amerika Serikat, 45% kematian karena tenggelam mengenai salah satu segmen populasi yang paling aktif secara ekonomi.
Kasus tenggelam di pesisir Amerika Serikat saja menyumbang US $ 273 juta setiap tahun, untuk biaya langsung dan tidak langsung. Di Australia dan Kanada, total biaya tahunan untuk tenggelam adalah US $ 85,5 juta dan US $ 173 juta.
Laporan The Global Report on Drowning’ tahun2014 menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko utama untuk tenggelam. Hubungan ini sering dikaitkan dengan kelengahan pengawasan pengasuh anak.
Secara global, tingkat tenggelam tertinggi adalah di antara anak usia 1-4 tahun, diikuti oleh anak usia 5-9 tahun. Di wilayah Pasifik Barat, anak yang berusia 5-14 tahun meninggal lebih sering karena tenggelam daripada penyebab lainnya. Tenggelam adalah salah satu dari 5 penyebab kematian tertinggi bagi anak yang berusia 1-14 tahun pada 48 dari 85 negara.
Di Australia, tenggelam adalah penyebab utama kematian akibat cedera yang tidak disengaja, pada anak usia 1-3 tahun.
Di Bangladesh, tenggelam menyumbang 43% dari semua kematian pada anak-anak berusia 1-4 tahun, di China tenggelam adalah penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada anak usia 1-14 tahun, dan di Amerika Serikat: tenggelam adalah penyebab utama kedua kematian akibat cedera yang tidak disengaja pada anak usia 1-14 tahun.
Di Indonesia, data seperti itu rasanya belum tersedia.
Anak laki-laki lebih berisiko tenggelam, tetapi tingkat kematian atau mortalitas anak perempuan secara keseluruhan dua kali lipat. Laki-laki juga lebih cenderung dirawat di rumah sakit daripada perempuan, karena tenggelamnya secara tidak fatal.
Data menunjukkan bahwa tingkat tenggelam yang lebih tinggi di antara laki-laki disebabkan oleh peningkatan paparan terhadap air dan perilaku berisiko seperti berenang sendiri, beraktivitas di sekitar genangan air, minum alkohol sebelum berenang, dan berperahu sendirian.
Pencegahan yang perlu dilakukan adalah menghindari kegiatan susur sungai di musim hujan. Tunjuk petugas sebagai pemantau arus sungai (watcher) yang berada 1 sampai 2 dam di atas area venue susur sungai.
Pemantau akan memberikan informasi tanda awal banjir, secara lokal di Sleman DIY ada istilah:
- lidah ular (ilat ula), yaitu awal pertanda arus sungai naik terancam banjir,
- ular lari (ula playon) kalau permukaan sungai semakin tinggi, dan
- yang terakhir ekor ular (buntut ulo), yang berarti arus sungai sudah tidak mungkin diseberangi lagi.
- Kegiatan susur sungai di bagian hilir harus segera dihentikan (clean up), sebelum tanda tersebut muncul.
Pencegahan tenggelam lainnya adalah jangan meninggalkan anak tanpa pengawasan, di lokasi dekat genangan air, kolam renang tanpa pagar, tidak ada petugas penjaga (lifeguards) atau perenang terlatih. Anak harus diawasi setiap saat ketika mereka berada di sekitar air, termasuk bak mandi, toilet, atau ember penuh air.
Tutup toilet harus dibiarkan tertutup, atau sabuk pengikat anak harus digunakan. Ember dan bathtub’harus segera dikosongkan setelah digunakan, dan dibiarkan kosong jika tidak digunakan.
Semua kolam harus dipagari dengan tepat menggunakan pagar 4-4, yaitu di semua 4 sisi kolam renang dan tinggi 4 ft atau 120 cm, telah terbukti menyebabkan penurunan jumlah kasus anak tenggelam yang signifikan.
Mainan dan benda-benda lainnya yang menarik untuk anak, tidak boleh dibiarkan di area kolam.
Orang tua yang memiliki kolam atau yang membawa anak mereka selama liburan ke kolam renang, didorong untuk belajar resusitasi.
Setidaknya satu orang tua atau pengasuh harus tetap fokus pada anak setiap saat, menghindari kegiatan lain yang mungkin mengganggu konsentrasi, seperti menggunakan telepon dan bercakap dengan orang lain.
Peristiwa hanyut dan tenggelamnya siswa SMPN 1 Turi, Sleman DIY saat kegiatan susur sungai, mengingatkan kita semua akan bahaya tenggelam, khususnya pada anak.
Pencegahan tenggelam pada anak bersifat multisektoral, yang memerlukan koordinasi dan kolaborasi yang lebih besar antara pemerintah, LSM, institusi sekolah dan juga petugas kesehatan.
Sudahkah kita berperan?