INDONESIA sudah resmi terpapar sebaran penyakit infeksi mematikan oleh virus bernama coronavirus alias Covid-19. Presiden Joko Widodo sendiri mengumumkan hal itu sendiri pada hari Senin siang tanggal 2 Maret 2020.
Pasien terpapar coronavirus itu adalah seorang ibu berumur 64 tahun dan puteri kandungnya berumur 31 tahun.
Presiden Jokowi tidak menyebut darimana kedua pasien positif Covid-19 itu berasal. Kedua pasien Covid-19 itu sudah dievakuasi dan mendapat perawatan di RS khusus penyakit infeksi virus.
Dan itu tidak lain adalah RS Sulianto Saroso di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Namun Menkes RI Letjen TNI (Purn) dr. Terawan Agus Putranto memberi sinyal bahwa kedua pasen positif Covid-19 itu berasal dari kawasan permukiman di Depok, Kabupaten Bogor, Jabar.
Berikut ini kami sajikan semacam risalah tentang apa dan bagaimana virus mematikan yang bernama coronavirus atau resmi kini disebut Covid-19 ini.
Asal-muasalnya
Sebaran virus Covid-19 ini untuk pertama kalinya “diketahui” publik lewat “cuitan” seorang dokter ahli mata bernama Li Wenliang (34) di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei di Tiongkok.
Alih—alih pemerintah lokal mengambil tindakan preventif untuk menangkal sebaran virus mematikan ini, dokter ini malah dibungkam dan omongannya lalu diperkarakan.
Ia ditangkap dan secara hukum dinyatakan “bersalah” karena telah menimbulkan kegemparan publik.
Ujung kisahnya berakhir dramatis. Dokter muda ahli spesialis mata ini juga terinfeksi coronavirus dan kemudian meninggal dunia.
Yang menarik perhatian dunia medis adalah sebaran coronavirus ini terjadi dari manusia ke manusia –sesuatu hal yang sangat “baru”.
Terutama kalau mengingat kasus sebaran virus yang juga mematikan seperti SAARS (severe acute respiratory syndrome) atau MERS (Middle East respiratory syndrome) itu terjadi dari hewan ke manusia.
Kali ini, virus Covid-19 “menjebol” tradisi. Menyuntikkan dampak fatalnya dari kontak fisik antara manusia dan manusia. Ujung-ujungnya, kematian menyapa manusia.
Hingga kini dunia medis masih “gelagapan” melawan sebaran virus ganas mematikan ini. Kalau pun ada kabar baik, maka hal itu datang dari Israel.
Menurut otoritas kesehatan Israel, pihaknya sudah berhasil menemukan “rumus” vaksin anti coronavirus. “Dalam kurun waktu setidaknya 90 hari ke depan, vaksin itu siap ada di pasar global,” demikian laporan The Jerusalem Post terbitan edisi awal Maret 2020 ini.
Coronavirus, virus baru macam apakah ini?
Selama ini, orang selalu menempelkan kata bahasa Latin “novel” untuk jenis virus mematikan yang sebelumnya belum pernah “ada” ini.
Kata “novel” berasal dari kata dasar bahasa Latin yakni novus-novum yang artinya baru, anyar.
Dengan demikian, coronavirus yang status keberadaannya masih “serba baru” ini masuk kategori novel. Lantaran belum pernah “ditemukan”. Apalagi juga belum pernah ada “rumus” atau kiat medis untuk menangkalnya dan menyembuhkan pasien yang sudah positif terpapar coronavirus ini.
Secara umum, coronavirus masuk dalam kategori jenis penyakit “flu” yang diawali dengan infeksi tenggorokan, batuk-batuk, dan demam atau badan meriang. Namun, ini tak seperti penyakit “flu” biasa.
Orang kena flu biasa bisa sembuh lantaran daya tahan tubuh meningkat, banyak istirahat, dan minum air putih banyak-banyak.
Sementara, coronavirus bisa berlanjut pada tahapan berikutnya yang tidak pernah disangka-sangka: kematian. Tentunya, didahului dengan sesak nafas atau malah kesulitan bernafas (pneumonia), gagal fungsi ginjal, tumpukan cairan dalam paru-paru.
Sejauh mana sehingga coronavirus ini berbahaya dan sangat mematikan?
Para dokter dan ahli kesehatan di seluruh dunia memastikan, coronavirus (Covid-19) ini jauh lebih berbahaya disbanding SARS.
SARS yang merebak di seluruh dunia muncul pada tahun 2002. Dari jumlah total pasien yang positif terpapar virus SARS, hanya 10% darinya tidak berhasil sembuh dan berakhir dengan kematian.
Hingga kini, para ahli kesehatan bidang epidemic masih mencoba mencari tahu sejauh mana prosesnya sehingga Covid-19 menjadi s begitu mematikan.
Dari jumlah total kasus coronavirus, hanya 2% saja yang yang berakhir dengan kematian.
Jumlah total kasus Covid-19 di seluruh dunia sekitar 86 ribu.
Deteksi dini atas kasus ini menjadi susah dilakukan, karena biasanya tidak ada gejala fisik yang mencolok selain demam ringan, sedikit batuk-batuk, dan sulit bernafas. Begitu kondisinya memburuk, orang barulah mencari “pertolongan” dengan pergi ke dokter atau periksa kesehatan di RS.
Bagaimana sebaran virus itu terjadi?
Dibandingkan virus coronavirus jenis lain, coronavirus kategori “novel” bernama Covid-19 ini lebih gampang menyebar. Bahkan, kalau dulu hanya dari binatang ke manusia, kali ini dari manusia ke manusia melalui kontak fisik langsung atau “menyentuh” cairan tubuh –lendir berupa dahak, atau residu bersin—yang menempel di sebuah benda dan itu tersentuh oleh badan kita.
Yang paling mencemaskan tentu saja, gejala sakit yang pada umumnya “biasa-biasa” saja dan bisa semakin menjadi parah, saat mana pasien sendiri malah tidak menyadarinya.
Deteksi dini atas SAARS lebih mudah dikenali karena gejala tubuh sakit itu tampak dan badan langsung “KO”.
Satu kasus di Wuhan memperlihatkan “kecemasan” ini. Seorang perempuan pasien positif Covid-19 tanpa dia sadari sendiri dan juga oleh keluarganya telah menulari lima orang anggota keluarganya. Padahal, dia juga tidak pernah batuk-batuk.
Hingga hari Senin tanggal 2 Maret ini, jumlah kasus Covid-19 di Tiongkok sudah mencapai angka 79.932. Di luar Tiongkok tercatat sebanyak 8.439 kasus.
96 kasus terjadi di Hong Kong. 10 Kasus di Macau.
Siapa yang paling rentan kena?
Menurut laporan Washington Post terbitan edisi hari Senin (2/3/2020), pasien paling rentan terkena serangan virus Covid-19 adalah orang tua.
Masuk dalam kategori rentan adalah mereka yang punya riwayat penyakit diabetes dan darah tinggi. Dibandingkan kaum perempuan, kaum lelaki lebih rentan terinfeksi coronavirus.
Tentang bagaimana proses masuknya virus dalam tubuh dan proses penyembuhannya, Washington Post melaporkan tidak ada “pola” teratur dan tetap.
“Semua tergantung dari kondisi tubuh dan derajad daya tahannya,” ungkap Allison McGeer, seorang ahli epidemi penyakit menular karena virus dari Universitas Toronto, Canada.
Gejala awalnya seperti apa?
Secara umum, gejala awal terkena infeksi coronavirus adalah kesulitan bernafas. Juga batuk-batuk dan tersengal-sengal dalam bernafas. Demam ringan sering mengikutinya.
Model gejala fisik ini bisa bervariasi. Semua tergantung umur dan sistem kekebalan tubuh manusia.
Mereka yang punya riwayat penyakit diabetes, jantung bermasalah, virus Covid-19 akan menyebabkan terjadinya beberapa organ penting manusia mengalami kegagalan fungsi.
Dalam beberapa kasus, dampaknya memang tidak selalu “heboh”. Ini dialami oleh Carl Goldman (60) dari California, AS.
“Saya punya riwayat terkena coronavirus, namun tak heboh-heboh amat,” tulis Washington Post yang mengutip “kicauan” Carl.
Bronkhitisnya jauh lebih menyakitkan dan merepotkan, demikian kata Carl.
Catatan kasus di sejumlah negara
- Amerika Serikat – 76 kasus.
- Tiongkok – 79.932 kasus.
- South Korea – 3.736.
- Italy- 1.694.
- Iran- 978.
- Japan – 256.
- France – 130.
- Germany- 130.
- Singapore – 106.
- Spain – 84.
- Bahrain- 47.
- Kuwait -45.
- Thailand – 42.
- Taiwan – 40.
- Malaysia – 29.
- Switzerland – 27.
- Australia – 27.
- Canada – 24.
- UAE – 21.
- Iraq – 19.
- Norway – 19.
- Vietnam – 16.
- Austria – 14.
- Sweden – 14.
- Israel – 10.
- Lebanon – 10.
- Netherlands – 10.
- Croatia – 7.
- Greece – 7.
- Ecuador -6.
- Finland – 6.
- Oman – 6.
- Mexico – 5.
- Denmark – 4.
- Pakistan – 4.
- Azerbaijan – 3.
- Georgia – 3.
- Iceland – 3.
- India – 3.
- Philippines – 3.
- Qatar – 3.
- Romania – 3.
- Belgium – 2.
- Brazil -2.
- Egypt -2.
- Russia -2
- Afghanistan -1.
- Algeria -1.
- Armenia -1.
- Belarus – 1.
- Cambodia -1.
- Dominican Republic -1.
- Estonia – 1.
- Ireland – 1.
- Lithuania -1.
- Luxembourg -1.
- Monaco – 1.
- Nepal – 1.
- New Zealand – 1.
- Nigeria – 1.
- San Marino -1.
- Sri Lanka – 1.
(Berlanjut)
PS: Diolah dari The Washington Post.