Melepas yang Sangat Berguna demi Mengikat yang Sepele

3
4,927 views

ADA satu keluarga hendak pindah keluar kota di seberang pulau, karena bapak keluarga tersebut pindah tugas ke kota yang baru itu. Dengan alasan pindah tugas, maka seluruh isi rumah dinas baik perabot maupun binatang peliharaan harus diangkut.

Keluarga tersebut memiliki tiga anak, dua perempuan satu laki-laki. Si laki-laki sedang duduk di kelas dua SMA memiliki anjing peliharaan yang sangat dia sayangi; melebihi bagaimana dia menyayangi papa-mamanya. Ketika mau berangkat pindah, papa-mamanya meminta supaya anjing kesayangannya dijual saja, atau diberikan kepada tetangga, sebab repot membawanya, apalagi di tempat yang baru tidak diperbolehkan memelihara binatang di rumah dinas.

Lalu diminta dititipkan saja kepada omanya, yang berada di kota yang berdekatan dari tempat tinggal lama. Namun ia tidak mau juga. Akhirnya si anak itu bilang sama papa-mamanya: “Ma, Pa, lebih baik aku tidak ikut pindah, aku tinggal sama oma saja dengan si Browny, anjingku. Kalian aja yang pindah”.

Lalu dengan terpaksa orangtuanya akhirnya mengiyakan permintaan putera satu-satunya itu.

Cerita Injil

Dalam Injil Matius: 19:16-26 dijelaskan demikian. Ada seorang pemuda yang kaya datang kepada Yesus mau menanyakan, perbuatan apa lagi yang harus dilakukannya untuk memperoleh hidup yang kekal.

Yesus berkata: “Engkau harus menuruti semua perintah Allah”. Jawab pemuda itu: “Perintah yang mana?” Kata Yesus lagi: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Terikat

Sang pemuda kaya tadi harus mengurungkan niatnya mau memperoleh hidup yang kekal, hanya gara-gara hartanya banyak, karena ada keterikatan pada harta, ada kelekatan terhadap kedagingan, kemewahan, dan kenikmatan hidup. Mencari harta yang sungguh berharga dan sangat mulia harus ditinggalkan, hanya karena ketidakberanian untuk melepaskan keterikatan diri terhadap barang-barang dunia, kenikmatan duniawi.

Sama seperti kita saat ini yang sangat terikat terhadap hal-hal duniawi, kita pun sering tidak bisa melepaskan diri dari keterikatan terhadap hal-hal yang mengenakkan kita. Entah itu hobi, entah makanan kesukaan, entah tontonan yang menarik, dan sebagainya.

Contohnya adalah HP. Cobalah satu hari saja HP tidak kita pegang atau HP kita tidak nampak, entah kemana. Rasanya dunia ini hampa, tak ada artinya, karena kita sudah terbiasa terikat dengan HP. Kita marah-marah, uring-uringan, bingung mau berbuat apa.

Padahal dulu tak ada HP, juga  tak ada masalah. Itu artinya, hidup kita telah diikat oleh barang-barang yang bisa “menjerat” kebebasan kita. Ini baru satu contoh barang saja, tapi bisa mempengaruhi keadaan kita sepanjang hari.

Hal yang sama terjadi pada si anak kelas dua SMA dalam cerita saya di awal tadi, bahwa ia tak mau pindah ikut bersama dengan orangtuanya, hanya gara-gara keterikatannya terhadap anjing kesayangannya. Hal yang lebih indah dan bagus dilepaskan, hanya karena terikat kepada satu hal.

Akan lebih bagus bersama dengan orangtua menikmati dan merasakan kasih sayang mereka, dengan kakak-kakaknya bersama dan bersatu sebagai keluarga yang saling mengasihi daripada jauh dari mereka, hanya gara-gara si Browny, anjing kesayangannya.

Begitu juga si pemuda kaya dalam Injil tadi. Ia tidak mau mencari hal yang paling mulia dalam hidupnya yakni memperoleh hidup yang kekal, hanya gara-gara keterikatan dan kelekatannya kepada harta yang dimiliknya.

Lepas bebas

Hal yang penting dilepaskan hanya gara-gara kelekatan dan keterikatan kepada harta. Kemudian kita juga jatuh pada ‘jurang’ yang sama, hanya gara-gara terikat dan lekat dengan HP, bisa-bisa pekerjaan tak dikerjakan, tugas-tugas sekolah diabaikan, tugas-tugas kampus ditinggalkan, hanya gara-gara HP, barang si kurang ajar itu, semua bisa berantakan.

Maka mulai sekarang marilah kita memperbaharui hidup kita, dengan tidak terikat dan melekat dengan barang-barang yang bisa mengganggu kita untuk mencari dan menggapai hal-hal yang paling berharga dalam hidup kita. Jadikanlah barang-barang yang kita miliki sebagai sarana yang membantu perkembangan diri kita menuju hidup yang mulia dan bermartabat. Barang berharga dan disayangi boleh dimiliki, tapi jangan menjadi penghambat untuk menggapai dan memperoleh hal-hal penting dan berharga dalam hidup kita.

3 COMMENTS

  1. Selalu berkata jujur dan patnang menyerah, walaupun sering melakukan kesalahan tapi tak pernah malu untuk meminta maaf dan terus berusaha untuk bisa menjadi lebih baik.

  2. Setuju kadang keterikatan terhadap sesuatu itu membutakan kita dalam mencari kehendak Allah….
    Salam dari Mks

  3. Bantulah kami Ya Tuhan…agar mampu melepaskan segala ikatan yang membelenggu kami selama ini yang menjauhkan kami dari sesama dan terutama menjauhkan kami dari MU.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here