AKIBAT buruk kecenderungan anak-anak usia sekolah terlalu sibuk mengakses media internet dan alat-alat media komunikasi dan elektronik adalah malas, kurang kreatif, asyik sendiri dan kurang peduli dengan lingkungan sekitar (asyik bermain sendiri). Sebaliknya, nilai-nilai positif tidak terbangun seperti solidaritas, toleransi dan tolong-menolong (sebab mereka lebih banyak asyik dan sibuk dengan diri sendiri), tugas-tugas sekolah dan rumah terabaikan, kehangatan hubungan dengan orangtua makin menipis (sebab mereka lebih banyak mengurung diri di kamar atau keluar ke warung internet.
Selain itu, anak-anak juga akhirnya bermental konsumtif (sebab mereka hanya tahu mengkonsumsi informasi, tanpa mampu berpikir dan bertindak kreatif), keinginan untuk menikmati berbagai jenis makanan yang ditawarkan pasar maupun yang disuguhkan dalam iklan, keinginan memiliki barang elektronik yang terbaru dan canggih.
Karena itu, para orangtua harus memanaje anak-anak agar kepribadian mereka tidak terkungkung oleh kemajuan alat teknologi dan media informasi. Dengan demikian, cara-cara atau strategi yang mesti diterapkan oleh orangtua.
Menurut Sani B. Hermawan, untuk menarik minat baca anak usia sekolah adalah beberapa langkah yang bisa dipraktikkan sebagai berikut:
Pertama, mengajak anak ke toko buku, biarkan dia memilih sendiri buku yang ia inginkan. Tentunya dengan batasan yang disepakati bersama antara anak dan orangtua. Dengan mengajak anak ke toko buku semakin membuka sikap curiosity (keingintahuan)nya terhadap ilmu dan pengetahuan yang terdapat dalam buku-buku yang tersedia di toko buku.
Kedua, ciptakan “perpustakaan” keluarga. Tak perlu terlalu mewah atau megah. Cukup dibuat nyaman dan memungkinkan keluarga untuk mencari buku yang disukai, supaya bisa dibaca kembali. Orangtua sebaiknya membeli dan menyediakan buku-buku yang sangat diminati anak, agar setiap kali anak ingin menjelajahi panorama ilmu pengetahuan, buku-buku yang diinginkan tersedia.
Ketiga, singkirkan penghambat kondisi penanaman minat baca tersebut, seperti games, televisi, komputer, atau perangkat yang bisa mengalihkan keinginan anak untuk membaca. Karena setiap kali anak melihat alat-alat yang disebutkan di atas keinginan untuk menggunakannya pasti langsung muncul, sebab pemakaiannya lebih mudah dibandingkan membaca buku.
Membaca buku sangat membutuhkan konsentrasi dan suasana yang mendukung, beda dengan mengoperasikan alat-alat elektronik tanpa konsentrasi pun tetap bisa menjalankannya. Keempat, ajarkan si anak untuk menyisihkan uang jajannya agar bisa digunakan untuk membeli buku. Untuk memenuhi kebutuhan penyediaan buku yang cukup memadai si anak juga diajak untuk ikut memperhatikannya, agar dalam diri mereka terbentuk rasa memiliki (sense of belonging), karena dari uang kantongnya sendiri sudah dikeluarkan untuk membeli buku demi memenuhi keinginan penjelajahan ilmu pengetahuan.
Kelima, berikan ide kepada anak untuk membentuk kelompok teman yang bisa saling menukar buku bacaan. Agar tujuan penumbuhan minat baca kepada anak tidak berjalan sendiri, ada baiknya si anak juga mengajak teman-temannya untuk membaca buku dan membentuk kelompok minat membaca seperti kelompok pembaca buku-buku komik. Dari kelompok tersebut si anak bisa saling bertukar buku dengan anggota kelompoknya, sebab untuk membeli buku untuk kepentingan sendiri bisa jadi agak berat. Inilah salah satu cara untuk mengatasi terbatasnya buku yang tersedia di “perpustakaan rumah”.
Keenam, saat tahu si anak akan pergi ke tempat jauh atau yang berisiko membuatnya menghabiskan waktu yang lama, seperti saat berkunjung ke dokter, bawakan ia buku bacaan. Ketika anak sudah terbiasa membaca buku, sebaiknya diajarkan juga bagi mereka bagaimana mereka “membunuh waktu luang” agar semakin bermanfaat. Artinya, saat bepergian keluar kota, saat menunggu keberangkatan kereta api atau bis, sebaiknya si anak diingatkan untuk membawa beberapa bukunya, agar ketika terjadi saat-saat menunggu si anak tetap bisa mengisinya dengan membaca buku-buku yang diminatinya (yang dibawa dari rumah).
Ketujuh, ciptakan kebiasaan untuk mendiskusikan tentang topik yang dibaca bersama-sama. Berdiskusi hendaknya dimulai ketika anak-anak sudah banyak membaca buku-buku baik buku fiksi maupun buku ilmu pengetahuan. Dengan demikian pemahaman dan pengertian si anak terhadap topik-topik yang diuraikan dalam buku yang dibacanya semakin dipertajam. Sebab adakalanya si anak kurang memahami inti topik yang dibahas dalam buku yang dibacanya, namun dengan diskusi dengan orangtuanya, maka pemahaman dan pengertiannya semakin diperjelas.
Strategi menimbulkan minat baca
Inilah manfaat yang diperoleh, ketika orangtua bersedia berdiskusi dengan anak-anak yang berminat membaca.
Inilah strategi atau cara-cara yang harus diterapkan oleh orang-orangtua kepada anak-anak secara khusus anak-anak usia sekolah untuk menumbuhkan minat baca. Dengan cara demikian kita sebagai orangtua tidak membiarkan begitu saja, anak-anak terbawa arus kemajuan teknologi tanpa penanaman nilai-nilai yang positif dalam diri si anak.
Sebab salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dan positif dalam diri anak adalah dengan banyak membaca. Bila hanya mengandalkan akses internet untuk menambah pengetahuan akan menghadapi kendala yang cukup berarti, sebab radiasi yang ditimbulkan layar komputer mempengaruhi daya konsentrasi dan ketahanan anak juga.