- Kis. 7:51 – 8:1a;
- Mzm. 31:3cd-4,6ab, 7b, 8a, 17, 21ab;
- Yoh. 6:30-35
Lectio
30 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.” 32 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” 34 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” 35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Meditatio-ExegeseOrang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.
Stefanus bersaksi dengan gagah berani menghadapi tuduhan kaum Yahudi yang tinggal di perantauan, kelompok Libertini (Kis. 6:9) yang berasal dari Kirene, sekarang Libya, dan Alexandria, Mesir. Mereka menuduh bahwa ia menghujat Musa dan Allah, serta mewartakan bahwa Yesus, Orang dari Nazaret, akan merubuhkan Bait Suci dan mengubah adat-istiadat yang diwariskan Musa (Kis. 6:11-14).
Disertai Roh Kudus, Stefanus membela diri berdasarkan pada pengalaman imannya akan karya Allah sebagai Penyelamat. Karya itu dimulai dari penampakan diri-Nya kepada Abraham di Mesopotamia. Ia juga mendampingi bangsa itu melewati masa-masa sulit saat mulai diperbudak, setelah Yusuf mangkat.
Dan dengan cara yang dahsyat dan ajaib Allah membebaskan bangsa itu dari perbudakan Mesir melalui Musa. Tetapi justru bangsa itu memberontak melawan-Nya, menolak Musa dan menyembah lembu emas dan dewa-dewa asing (bdk. Kis. 6:2-43).
Kemah Allah kemudian dibawa masuk ke tanah terjanji di bawah kepemimpinan Yosua. Perang memperebutkan wilayah itu berlangsung terus hingga masa Daud. Tetapi, Salomo-lah yang diperkenankan Allah mendirikan Bait Suci bagi-Nya. Tetapi, Yang Maha Tinggi tidak tinggal diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia.
Selanjutnya, bangsa itu berpaling dari Allah nenek moyang mereka. Maka, Ia terus mengingatkan dengan mengutus para nabi-Nya. Sayang, mereka semua dibunuh dengan keji (bdk. Kis. 6:44-52a).
Stefanus tidak menyebut nama Yesus di hadapan majelis itu. Ia mengganti nama-Nya dengan Orang Benar, yakni Ia yang dibenarkan oleh Allah. ”Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya” (Kis 6:52b-53).
Stefanus bersaksi tidak hanya dengan mulut, tetapi juga dengan darah. Mereka menyeretnya ke luar kota Yerusalem dan melemparinya dengan batu. Peristiwa perajaman selalu dimulai dengan pelucutan pakaian dan pelemparan batu pertama oleh para saksi (bdk. Yoh. 8:7). Pakaian itu kemudian diletakkan dan dijaga oleh seorang pemuda, Saulus. Kisah ini pasti membekas di benaknya.
Kelak, 20 tahun setelah peristiwa itu, Saulus berjumpa dengan Pribadi yang diimani Stefanus sebagai Orang Benar. Dan ia berjerih susah untuk Orang Benar itu. Bagi-Nya, Saulus, yang kemudian mengambil nama Paulus bersaksi (Fil. 1:21), “Bagiku hidup ini adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”, mihi enim vivere Christus est et mori lucrum
Tanda apakah yang Engkau perbuat?
Orang-orang yang mengikuti Yesus dan telah dipuaskan dengan dengan roti gagal memahami tanda yang dibuat Yesus. Tanda, σημειον, semeion, merupakan benda atau tindakan yang menunjuk bahwa seseorang berasal dan memiliki kuasa dari Allah.
Yesus membuat tanda ketika Ia menggandakan 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan 5000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Mereka gagal mengenali Yesus berasal dan memiliki kuasa dari Allah.
Yang mereka rindukan adalah tokoh besar di Perjanjian Lama, Musa. Musa mendatangkan sepupuh tulah kepada seluruh Mesir, istana dan rakyat. Mereka mengira Musa memberi makan leluhur mereka dengan manna. Mereka mengira bahwa manna adalah ‘roti dari sorga’.
Mungkin mereka mengutip kalimat pembenaran dari Neh. 9:15 atau Mzm. 78:24 atau Keb. 16: 20, “Telah Kuberikan kepada mereka roti dari langit untuk menghilangkan lapar…”. Maka, mereka bertanya, “Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?”
Roti yang dari Allah turun dari surga dan memberi hidup kepada dunia
Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan cara menjawab yang unik. Ia menunjukkan dua pokok gagasan:
- yang memberi roti bukan Musa, melainkan Allah, Bapa-Ku;
- manna diberikan, tetapi itu terjadi di masa lalu dan yang makan roti dari langit itu semuanya mati di padang gurun (Yoh. 6: 49).
Sedangkan Yesus memusatkan perhatian pada masa kini, karena sekarang Bapa-Nya memberikan roti yang benar dari sorga.
Yesus bermain-main dengan kata ‘memberi’ – untuk Musa diberi penanda bentuk masa lalu; sedangkan untuk Bapa-Nya diberi penanda masa sekarang – yang berarti dimulai dari dulu-kini-akan datang.
Sabda-Nya dalam Latin Vulgata, “Non Moyses dedit vobis panem de caelo, sed Pater meus dat vobis panem de caelo verum.” (Yoh. 6:30).
Kata dasar memberi dalam bahasa Latin dare; yang digunakan untuk Musa menjadi dedit, menunjukkan memberi di masa lalu; sedangkan untuk Bapa-Ku digunakan kata dat, menunjukkan memberi di masa kini.
Maka yang diberikan sekarang adalah Roti yang benar, karena Ia tidak hanya berasal, tetapi diutus atau turun dari surga untuk menyelamatkan dunia. Dan dengan cara itu, setiap makhluk memperoleh hidup. Roti yang benar menunjuk pada diri Yesus sendiri.
Akulah roti hidup
Kata mereka kepada-Nya, “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa” (Yoh. 6:34).
Sama seperti perempuan Samaria, yang meminta air hidup pada Yesus (Yoh. 4:15), mereka mengira roti yang diberikan Yesus adalah makanan yang mengenyangkan perut mereka.
Mereka hanya berpikir tentang bagaimana bertahan hidup sementara, bukan bagaimana cara memperoleh hidup jauh lebih mulia dan abadi.
Yesus menyingkapkan diri-Nya (Yoh. 6:35), εγω ειμι ο αρτος της ζωης, ego eimi ho artos tes zoes, Ego sum panis vitae, “Akulah roti hidup”.
Makan Roti dari surga berarti percaya kepada-Nya, melakukan ajaran-Nya dan mengikuti jalan-Nya hingga kebangkitan-Nya. Ia bersabda, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4:34).
Katekese : Menaruh kepercayaan pada Tuhan. Santo Agustinus, Uskup dari Hippo, 354-430 :
“Jika kamu menaruh kepercayaanmu pada uang, kamu membayar dengan sia-sia barang yang tidak berguna; jika kamu menaruh kepercayaanmu pada jabatan tinggi atau kekuasaan besar pada pemerintahan manusia, kamu membayar dengan sia-sia apa yang tidak berharga. Ketika kamu menaruh kepercayaanmu pada semua hal itu, kamu akan binasa dan dicampakkan, atau mereka akan meremukkanmu ketika kamu hidup, dan apa yang kamu percayai akan menghancurkanmu …
Bagiku, aku tidak tidak menaruh kepercayaanku pada hal-hal yang sia-sia, karena mereka memang demikian atau mereka membalasku dengan kesia-siaan. Aku telah menempatkan kepercayaanku pada Tuhan” (dikutip dari Exposition on the Psalms 31,12).
Oratio-Missio
a. Tuhan, Engkaulah Roti Hidup. Hanya Engkau yang dapat memuaskan kerinduan hatiku. Semoga aku selalu menjadikanMu pusat hidupku dan selalu setia padaMu sepanjang peziarahanku ke tanah yang Engkau janjikan, Firdaus. Amin.
b. Apa yang perlu kulakukan untuk selalu merindukan Ekaristi dan sabdaNya?
Dixit eis Iesus: “Ego sum panis vitae. Qui venit ad me, non esuriet; et, qui credit in me, non sitiet umquam” – Ioannem 6: 35
Kredit foto: https://helpclubformoms.com/day-6-jesus-the-bread-of-life-sustenance-for-the-spirit/
??