Lectio Divina 12.05.2020: Wartakan Damai-Nya

0
376 views
Ilustrasi dari https://www.freepik.com/premium-vector/hands-with-world-peace

Selasa (P)

  • Kis. 14:19-28
  • Mzm. 145:10-11,12-13ab,21
  • Yoh. 14:27-31a

Lectio

27  Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 28  Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.

29  Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. 30  Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. 31  Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.  

Meditatio-Exegese

Damai sejahteraKu

Yesus menganugerahkan damai sejahtera (Yoh. 14:27), ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu”, Pacem relinquo vobis, pacem meam do vobis. Santo Yohanes menggunakan kata ειρηνη, eireinei, pax, syalom.

Yesus tidak menganugerahkan keadaan aman dan tenteram setelah kekacauan karena perang, perselisihan, persetuan berakhir.

Damai sejahtera bukan dibangun berdasarkan ukuran duniawi, seperti Pax Romana, keamanan di seluruh Kekaisaran Romawi, yang dibangun di atas tipu daya, perundingan berat sebelah, darah, pedang, tombak, dan katapult.

Dunia tidak mungkin memberi damai, karena telah menolak Yesus. Damai yang ditinggalkan Yesus untuk para murid mencakup keselamatan atau hidup abadi.

Para nabi bernubuat tentang Raja Damai, Mesias, yang diutus Allah (Yes. 9:5-6). Ia mewartakan damai sejahtera kepada bangsa-bangsa hingga ke ujung-ujung bumi (Za. 9:10). Dan orang yang membawa kabar gembira haruslah orang yang mengabarkan damai dan keselamatan (Yes. 52:7).

Nabi Yehezkiel mewartakan bahwa damai sejahtera erat behubungan dengan perjanjian damai dengan Allah, “Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka” (Yeh 37:26).

Maka menurut Nabi Yehezkiel, damai sejahtera merupakan buah dari kesetiaan untuk berpegang pada perjanjian itu (Yeh 37:27), “Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu”, et ero eis Deus, et ipsi erunt mihi populus.

Perjanjian damai Allah ditandai dengan kehadiran kediaman Allah di tengah umat-Nya.

Damai sejahtera ini dianugerahkan setelah Ia bangkit dari kematian (Yoh 20:26), “Damai sejahtera bagi kamu!”, ειρηνη υμιν, eireinei humin.

Damai sejahtera ini merupakan buah dari kesediaan untuk berpegang pada perintah-Nya dan melakukannya dengan setia atau buah dari kasih kepada Yesus (Yoh 14: 21). Damai sejahtera dari-Nya selalu menjadi sumber suka cita (Yoh 15: 11; 16:20.22.24; 17:13).

Santo Caesarius dari Arles, 470-542, Uskup di Perancis, melukiskan beberapa keutamaan pokok yang mendidik tiap murid Tuhan untuk menjadi umat yang membawa damai sejahtera: “Damai menjadikan budi tenang, jiwa teduh, hati sederhana, mengikat kasih dan bersahabat dengan amal kasih. Damai menghapus kebencian; menghentikan perang; memadamkan amarah; memupus kesombongan; mengasihi yang rendah hati; mendamaikan yang bermusuhan; dan membuat yang bermusuhan berjabat tangan.

Karena damai selalu membawa suka cita pada tiap orang. Damai tak pernah mencari apa yang menjadi milik orang lain atau mendaku segalanya sebagai milik sendiri. Damai mengajar orang untuk mengasihi karena ia tak pernah tahu bagaimana menjadi marah, atau membusungkan dada atau terbakar oleh kesembongan.

Damai selalu lembut hati dan rendah hati pada siapa pun, karena ia memiliki keteduhan dan keterangan dalam dirinya sediri. Ketika damai sejahtera Kristus diwujud-nyatakan oleh seorang murid Kristus, damai disempurnakan oleh Kristus sendiri.

Jika seseorang mengasihi damai, ia akan menjadi pewaris Allah; sedangkan dia yang menolaknya, ia memberontak melawan Kristus.

“Ketika Tuhan Yesus Kristus kembali kepada Bapa, Ia meninggalkan damai sejahtera pada para mengikutNya karena mereka mewarisi keutamaan yang baik itu; maka, Ia mengajarkan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu”.

Setiap orang yang menerima damai sejahtera ini harus melaksanakannya; dan siapa pun yang menghancurkannya, ia harus membangunnya; dan siapa pun yang kehilangan, ia harus mencarinya.

Karena jika seseorang didapati tidak memelihara damai sejahtera itu, ia tidak akan diakui sebagai ahli waris oleh Bapa dan dicabut hak warisnya atas damai sejahtera dari Tuhan kita” (dikutip dari Sermon 174.1)

Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu

Yesus kembali kepada Bapa agar Ia dapat kembali lagi dalam waktu segera. Kepada Maria dari Magdala, Ia bersabda, “Janganlah Engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa” (Yoh 20: 17). Setelah Ia pergi kepada Bapa, Ia kembali hanya melalui Roh Kudus yang diutus-Nya (bdk. Yoh 20:22).

Supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa

Penguasa dunia telah datang dan hendak mengakhiri hidup Yesus. Ia akan dibunuh. Seolah-olah sang penguasa kejahatan berkuasa atas-Nya.

Sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang begitu dramatik justru membuktikan bahwa Ia selalu setia melaksanakan kehendak Bapa-Nya dan mengasihi-Nya hingga tuntas.

Sabda-Nya, “Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yoh. 12:47); “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yoh. 10:28).

Murid Yesus mewartakan damai sejahtera. Bukan tentang doktin, ajaran, hukum atau organisasi. Mereka mewartakan dan mewujudkan: kasih, agape, yang dirindukan dalam lubuk hati manusia terdalam.

Katekese

Mengikuti Kristus. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430

“Datang. Ikutlah Aku,” sabda Tuhan. Apakah kalian mengasihi? Ia telah bergegas. Ia telah terbang mendahului. Pandang dan lihatlah di mana. Hai, orang-orang Kristiani, tidakkah kalian tahu kemana Tuhan kalian pergi? Aku bertanya pada kalian: Tidakkah kalian ingin mengikuti-Nya ke sana? Melalui pengadilan, penghinaan, salib dan kematian. Mengapa kalian enggan? Lihat, jalan itu telah ditunjukkan-Nya untuk kalian” (dikutip dari Sermon 345,6)

Oratio-Missio

  • Tuhan, semoga damai sejahtera-Mu selalu tinggal padaku. Semoga aku selalu tinggal dalam damai-Mu melalui iman dan tindakan untuk melakukan kehendak-Mu. Amin.
  • Apa yang perlu kulakukan untuk menghadirkan damai sejahteraNya dalam keluarga dan komunitasku?

Pacem relinquo vobis, pacem meam do vobis – Ioannem 14: 27

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here