Bodhol

0
153 views
Ilustrasi: Lampu teplok (Eko Wahyono)

BEBERAPA hari lalu sahabat lama menulis pertanyaan, “Apakah ada yang masih punya barang ini?” Pesan ini tertulis di bawah foto lampu minyak, atau dalam bahasa Jawa teplok.

“Masih punya,” balas beberapa teman. Tapi, tanpa bukti yang difoto sering dianggap cuma candaan, bahkan, hoax.

Aku masih punya satu. Teronggok di dekat rak buku. Saat kulihat, lampu minyakku sudah rusak, wis bodhol dalam bahasa Jawa.

Lampu minyak yang dibeli dari keringat dan jerih susah, ternyata, hanya disia-siakan. Kubiarkan begitu rupa, tanpa perawatan. Karat menyelimuti bagian logam atas. Dudukan untuk sumbu sudah aus. Saat sumbu kecil ditarik dengan sedikit tenaga, semua jebol.

Pemutar sumbu lepas. Patri yang menyambung logam bulat dengan tuas pemutar berkarat. Demikian juga roda gila di dalam sudah macet. Alat yang dulu bisa menaikkan dan menurunkan sumbu sudah kehilangan fungsi.

Di kesempatan lain, seorang teman mengirim pesan : Lagi metu manasi mobil. Accu iso tekor nek ngak digawe. 750ewu, yen accu rusak. Saya sedang keluar, sambil memanaskan mobil. Accu bisa kehabisan strum. Rp.750 ribu harus keluar kantong, bila accu rusak.

Hidup bodhol, rusak. Kubiarkan. Tak kurawat. Makan biaya.

Tapi, hari ini patut bersuka cita. Dicipta-Nya hari baru. Elok.

Hæc est dies quam fecit Dominus; exsultemus, et lætemur in ea.

O Domine, salvum me fac.

Inilah hari yang diciptakan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya.

Tuhan telah menyelamatkannaku.

23.05.2020. bm-1982.

selamat idul fitri. mohon maaf atas segala khilaf.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here