Renungan Harian 25 Mei 2020: Restu

0
694 views
iasi: Pengantin sungkemn kepada orangtuanya by ist
  • Bacaan I: Kis. 19: 1-8.
  • Injil: Yoh. 16: 29-33.


DALAM perayaan upacara perkawinan, baik dalam Perayaan Ekaristi maupun Ibadat Sabda, sejauh yang saya alami, saat yang paling mengharukan adalah saat sungkeman (mohon restu kepada orang tua).

Memang benar saat mengucapkan janji perkawinan juga mengharukan, tetapi tidak banyak terjadi.
 
Mohon restu bukan hanya soal mohon izn dari orang tua, tetapi lebih dari itu, mohon berkat dan doa dari orang tua.

Dari satu sisi, pengantin tahu dan sadar bahwa perjalanan hidup perkawinan tidak selamanya mudah dan indah; maka doa dan berkat dari orangtua amat dibutuhkan sebagai pegangan dan kekuatan.

Di sisi lain, orang tua sudah mengalami bahwa perjalanan perkawinan sungguh tidak semudah dan seindah yang dibayangkan; maka mereka memberikan doa dan berkat.

Sebagaimana selalu terucap dari para orangtua: ”Perjalanan hidup perkawinan tidak mudah, banyak suka duka dan tidak jarang menderita, tetapi jangan takut, doa dan berkat bapak ibu menyertai kalian.”
 
Dari doa dan berkat yang terucap dari orang tua, terungkap penegasan dari mereka bahwa perjalanan perkawinan yang berat dan rumit, serumit dan seberat apapun, pasti akan bisa dilalui, karena mereka sudah dan sedang menjalaninya.
 
Sebagaimana Sabda Tuhan hari ini yang merupakan penutup dari “pesan perpisahan” Yesus kepada murid-muridNya, sejauh diwartakan Yohanes 16: 1-33, memberikan peneguhan kepada para murid.

“Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
 
Yesus menegaskan kepada para murid, penderitaan pasti akan dialami, tetapi jangan takut Aku selalu menyertai dan menguatkan kalian. Aku telah mengalami dan telah melewati penderitaan itu, maka kalian pun pasti akan mampu.
 
Dengan kata lain, Yesus mau menegaskan dan memberi jaminan kepada para murid ”jangan takut dan khawatir, tidak ada penderitan yang tidak akan tertanggungkan. Jangan gentar dan ragu. Aku selalu menyertai.”
 
Kalau demikian apa yang membuat aku takut, khawatir, gentar dan ragu, saat berhadapan dengan penderitaan dalam peziarahanku mengikuti Tuhan?
 
Iwan Roes RD.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here