- Bacaan I: Kis. 25: 13-21.
- Injil: Yoh. 21: 15-19.
SANTO Ignatius Loyola dalam Latihan Rohani mengajarkan agar dalam memilih apa pun, hendaknya disadari mana yang merupakan sarana dan mana yang merupakan tujuan. Hal itu penting agar kita tidak terjebak lebih mementingkan sarana dari pada tujuan.
Secara khusus dalam tuntunan untuk memilih pilihan hidup, yang pertama dan utama disadari dan diyakini adalah tujuan manusia hidup (diciptakan). Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah agar jiwanya diselamatkan.
Maka bentuk pilihan hidup apa pun, apakah aku memilih hidup berkeluarga, hidup membujang atau menjadi imam, biarawan dan biarawati karena aku sadar dan yakin bahwa dengan pilihan itu aku akan lebih memuji, menghormati dan mengabdi Allah.
Saya yakin meski banyak orang tidak mengenal Latihan Rohani, sebagian besar orang mendasarkan pilihan hidupnya pada dorongan dan kehendak untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah.
Banyak orang mengatakan bahwa pilihan hidupnya sebagai ibadah.
Semua itu sumbernya adalah pengalaman akan cinta Allah yang begitu dahsyat, sehingga memunculkan hasrat yang berkobar-kobar untuk mencintai Allah.
Sebagaimana dalam Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Yohanes, Petrus mendapatkan perintah menggembalakan domba-dombaNya setelah ia menjawab: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu. Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”
Itu adalah jawaban Petrus yang ketiga atas tiga kali pertanyaan Yesus apakah ia mencintaiNya.
Dalam peziarahan, menghidupi pilihan seringkali tidak kita tunjukan bahwa hidup kita itu adalah pujian, penghormatan dan pengabdian pada Allah. Tidak usah bicara soal yang “lebih” (magis), yang minimal saja belum dapat terpenuhi.
Pertanyaannya apa yang salah? Pilihannya yang salah? cara menghidupi yang salah? atau pertimbangan sejak awal yang salah?
Bagiku yang menjadi persoalan utama adalah hasratku yang berkobar-kobar untuk mencintai Allah meredup, bahkan sering kali hilang. Hasrat yang berkobar-kobar untuk mencintai Allah adalah dasar ketika aku membuat pilihan.
Pertanyaan besar bagiku, dan selalu terus aku perjuangan adalah bagaimana menjaga dan mengembangkan hasrat yang berkobar-kobar untuk mencintai Allah.
Jangan-jangan aku seringkali dan atau telah mengganti Allah dengan ilah-ilah yang lain.