Kiong Koe Berkicau: Meninggalkan Teladan Kebaikan

0
149 views
Ilustrasi (Ist)

Kis 11:21b-26;13:1-3

PENANGGALAN liturgi Gereja Katolik hari ini adalah “pesta” Barnabas Rasul. Sejarah sepak terjangnya bisa kita baca dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik dalam bacaan harian pertama hari ini.

Menurut kesaksian iman umat yang mengenalnya, dia dikenal sebagai guru Injil dan kebaikkan. Kedua julukan ini, oleh kebanyakan orang di sepanjang zaman disebut keteladanan.

Menurut Kitab Kebijaksanaan, menjadi bapak keteladanan dalam banyak hal bisa menjadi pesona atau pesolek bagi kehidupan  banyak orang. 

Di perikop teks Kebijaksanaan berkata, “Jika ada keutamaan maka diteladan, jika sudah lenyap maka dirindukan orang. Selama-lamanya ia jaga sambil memakai karangan, karena telah menang dalam gelanggang pertandingan yang tak bercela.” (Keb 4:2).

Orang baik seperti Rasul Barnabas telah lama tiada. Namun, keteladanan kehidupan iman tidak ikut terkubur bersama dengan kematiannya.

Mungkin inilah yang dimaksud oleh Aiko Kibo seorang perempuan Indigo Jepang yang berkata, “Keteladanan dalam hal kebaikkan tidak pernah akan mati sekalipun manusianya mati. Keteladanan kebaikkan yang ditinggalkan orang sebelum meninggal diibaratkan seperti bunga mawar yang terus-menerus mekar dan memberikan harum mewangi kepada kayalak ramai.”

Pendapat Aiko Kibo ini, senada dengan apa yang dikatakan oleh Kitab Kebijaksanaan tadi. Orang yang berteladan dalam kebaikkan selalu dikenang dan dirindukan orang.

Sekalipun yang menaburnya telah minggat “ke dunia seberang”. Memori akan sikap dan tindakan kebaikkan yang pernah ditaburnya akan terus tumbuh dan tetap hidup disepanjang masa.

Eleasar pahlawan iman yang mati karena disiksa. Dia yang berbuat baik dalam hal iman akan Allah telah menjadi bumerang bagi mereka yang mencintai kejahatan. Ketika dia masuk ke  tempat penyiksaan dan ikhlas mati karena iman pada saat kenaikkannya dia berkata begini, “Aku pun meninggalkan suatu teladan luhur bagi kaum muda untuk dengan sukarela yang mulia mati bagi hukum Taurat yang mulia dan suci itu. kematianku sebagai teladan keluhuran budi dan sebagai peringatan kebajikan, tidak hanya untuk kaum muda saja, tetapi juga bagi kebanyakan orang dari bangsaku.” (bdk. 2 Mak 6:28,31).

Jadi, orang baik dan pahlawan iman itu, bisa saja disiksa dan nyawanya diambil orang tetapi teladan kebaikkannya tidak bisa dikuburkan bersama dengan kematiannya. Selalu ada hal baik yang tertinggal dan tumbuh dalam memori orang untuk terus  diingat dan selalu ada dalam ruang dan waktu  sebagai orang berteladan kebaikkan.

Tuhan Yesus sebagai Gurunya orang bijak terus  membina kita untuk tidak alpa berbuat baik dalam banyak hal. Teruslah berbuat baik karena kelak hal itu akan menjadi kenangan keteladanan kebaikkan bagi banyak orang.

Untuk mendukung kita dalam berbuat baik Dia berpesan begini, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:14-15).

Teman seperjuangan dan seperjalanan Rasul Barnabas yaitu, Rasul Paulus bernasehat begini untuk kita, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1Tim 4:12).

Renungan: “Bila esok Anda mati, Anda mau dikenang sebagai apa?”

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here