Tahun A-2. Minggu Biasa XIII
Sabtu, 4 Juli 2020.
Bacaan: Am 9:11-15; Mzm 85:9.11-12.13-14; Mat 9:14-17.
Renungan:
SETELAH mewartakan kehancuran dan pembuangan bangsa Isreal dengan kata-kata yang sangat keras, Amos menyampaikan firman Tuhan akan pemulihan Israel : “Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Isreal; mereka akan membangun kota-kota yang lengang dan mendiaminya. Mereka akan menanamu kebun-kebun anggur dan minum anggurnya. Mereka akan membuat kebun buah-buahan dan makan buahnya.” Walaupun karena sikap kristisnya, Amos dimusuhi oleh Raja, para nabi kerajaan dan bangsanya; namun dengan kasih Amos menghibur dan membalut luka bangsanya. Sikap Amos ini menjadi tanda sikap Allah yang mencintai Israel: mengingatkan, menegur, menunjukkan konsekwensi dosa, menghibur, membalut luka dan memulihkan.
Sikap yang sama juga kadang kita praktekkan dalam hidup berkeluarga kita. Mengasihi berarti tidak membiarkan pasangan atau anggota keluarga kita berbuat dosa. Mengasihi itu itu menegur, mengingkatkan, menunjukkan resiko atas tindakan dosa. Sikap ini kadang membuat kita tidak disenangi, dibenci, ditinggalkan dan dimusuhi. Namun perlu kita ingat, kasih tidak membuat kita dikuasai perasaan yang sama.
Mengasihi berarti menghibur, membalut luka dan membantu pemulihan bagi pasangan dan anggota yang berbalik dari kesalahan dan bertobat. Hal ini dapat terjadi jika hati kita tidak dihiasai oleh luka, dikuasai oleh sakit hati dan keinginan untuk menuntut kompensasi.
Menjadi nabi untuk keluarga dan komunitas menuntut cinta yang besar dan sikap tanpa pamrih serta bebas dari kepentingan.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana Amos mengungkapkan hati Allah yang mengasihi Israel.
Refleksi:
Apakah aku menjadi nabi dalam hidup berkeluargaku dengan cinta yang besar, hidup benar dan tanpa pamrih?
Doa:
Ya Bapa, ajarilah kami untuk menjadi nabi yang hatinya penuh dengan kasih.
Perutusan:
Mengasihi itu berarti mengingatkan, menegur, menunjukkan konsekwensi dosa, menghibur, membalut luka dan memulihkan.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)