Lectio Divina 06.07.2020 – Iman Menyelamatkanmu

0
576 views
Imanmu menyelamatkanmu by cathecist

Senin (H)

  • Hos. 2:13,14b-15,18-19
  • Mzm. 145:2-3,4-5,6-7,8-9
  • Mat. 9:18-26

Lectio

18  Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” 19  Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.

20  Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. 21  Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” 22  Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

23  Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, 24  berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia. 25  Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. 26  Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.

Meditatio-Exegese

Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau

Perikop yang disajikan Santo Matius menyingkapkan perjuangan yang tak kenal lelah dan putus asa untuk meminta pertolongan Yesus. Mereka terus mencari Yesus walau dihadang kesulitan.

Mengalami sakit pendarahan dalam jangka waktu yang lama, 12 tahun, membuat seolah harapan untuk sembuh hilang. Selama kurun waktu itu, perempuan tua itu mengalami pengucilan, karena ia dinyatakan najis dan orang yang bersentuhan dengannya juga dinyaakan najis (bdk. Im 15: 19.25). 

Ketika ia melihat Yesus, iman dan harapannya menyala-nyala. “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh,” mengungkapkan sikap batin yang pantang menyerah dan harapan yang tak pernah putus. Mengetahui iman, harapan dan kasih perempuan itu, Yesus membangkitkan harapannya, “Teguhkanlah hatimu.”

Ungkapan, “hai anak-Ku”, menyingkapkan bahwa Yesus  merengkuh mereka yang dianggap najis dan disingkirkan oleh komunitas yang seharusnya berbelas kasih padanya. Yesus mencari, menemukan dan membawa pulang ke kandang setiap domba yang hilang.

Terlebih, Yesus menyalakan dan memulihkan iman perempuan yang sakit itu. Padanya Ia menyingkapkan wajah Allah yang berbelas kasih, Misericordiae Vultus. Ia bersabda (Mat. 9:22) , “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”,  fides tua te salvam fecit.

Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur

Yesus mengabaikan keraguan dan tertawaan orang banyak. Ia bersabda, “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Orang tertawa karena tahu bagaimana membedakan orang mati dan orang tidur. Kematian sering kali menghambat orang untuk melewati ambang batas keraguan dan tetap berpegang pada iman yang sejati.

Dalam Perjanjian Lama, Kitab Kejadian, Abraham dan Sara juga tertawa atas rencana Allah yang ditujukan padanya. Mereka tidak percaya akan sesuatu yang tidak mustahil dilakukan Allah (lih. Kej. 17:17; 18:12-14; Luk. 1:27).  Kematian juga menjadikan orang najis (Im. 21:11).

Melihat kepercayaan ayah gadis itu yang tidak mempedulikan pandangan orang tentang dirinya, Yesus masuk ke rumah pemimpin sinagoga Kapernaum. Memegang tangan anak itu. Dan bangkitlah anak itu.

Santo Markus menambahkan sabda Yesus, “Talita kúm!”, “Hai anakKu, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”  (Mrk. 5:41). Orang mengimani Yesus sebagai Tuhan atas kehidupan dan Ia mengatasi maut, kematian.

Katekese

Anakku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:

“Maka, apa yang dilakukan Mesias? Ia tidak membiarkan perempuan itu pergi dengan tangan kosong dan membiarkan dia menjadi pusat perhatian orang banyak dan membuatnya kembali bergaul dengan orang banyak. Ia memiliki banyak alasan untuk melaksanakan karya ini.

Beberapa orang mengira bahwa ‘Ia melakukan hanya karena suka akan pujian – sebaliknya, mengapa ia tidak membiarkannya tetap tersembunyi?’ tetapi apa pun yang mereka kemukakan siapa yang mengatakan ini? Bahwa Ia harus membuatnya diam, bahwa Ia harus mengabaikan kebutuhannya, dan mengabaikan banyak mukjizat, semua karena Ia suka dengan pujian? Betapa sesat pikiran ini, karena diilhami oleh penyesat yang paling hina.

“Maka apa maksud-Nya menjumpai perempuan itu? Pertama, Yesus ingin mengakhiri ketakutannya. Ia tidak menghendaki ia terus terperangkap dalam ketakutan. Ia memberi kebebasan dalam lubuk hatinya agar tidak mengganggu, seolah-olah ia telah mencuri sekeping hadiah. Kedua, Ia mengoreksi pandangannya bahwa ia tidak memiliki hak untuk tampil.

Ketiga, Ia menjadikan iman yang dihayatinya disaksikan orang banyak.  Ia mendorong orang lain untuk meneladan kepercayaannya. Keempat, kuasaNya menghentikan sumber pendarahan merupakan tanda lain akan kuasaNya atas seluruh ciptaan. Dan terakhir, apakah engkau ingat pemimpin sinagoga itu? Ia sekarang menghadapi titik nadir keputus-asaan, bahkan hidupnya terancam hancur. Secara tidak langsung Yesus mengingatkannya akan apa yang Ia sabdakan pada perempuan itu” (dikutip dari The Gospel Of Matthew, Homily 31.2)

 Oratio-Missio

  • “Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.” (Mzm 91:3-4).
  • Apa yang perlu kulakukan untuk tidak meragukan Yesus?

Confide, filia; fides tua te salvam fecit – Matthaeum 9:22

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here