Selasa (H)
- Mi.7:14-15.18-20
- Mzm 85:2-4.5-6.7-8
- Mat.12:46-50
Lectio
46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 47 Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” 48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?”
49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 50 Sebab siapapun yang melakukankehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Meditatio-Exegese
Ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia
Menempuh perjalanan 40 km dari Nazaret, ibu dan sanak saudaraNya, hendak menemui Yesus di Kapernaum. Tidak berani masuk ke rumah Yesus, mereka meminta seseorang menyampaikan pesan, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau” (Mat 12:47).
Tanggapan Yesus sangat menyentak jiwa, karena Ia seolah-olah tidak mengakui atau menyangkal mereka (Mat 12:48), ”Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Quae est mater mea, et qui sunt fratres mei?
Klan/keluarga besar/suku menjadi landasan hidup bersama pada jaman Israel kuno. Di dalam komunitas klan, bangsa Yahudi menjalin relasi antar anggota, saling melindungi, mendapatkan jaminan atas pemilikan tanah, penerusan tradisi dan identitas.
Relasi antaranggota komunitas yang erat menjadi wujud nyata kasih pada Allah dan pada sesama. Mempertahankan klan sama nilainya dengan mempertahankan Perjanjian.
Pola hidup komunitas berbasis klan makin pudar menjelang abad pertama Masehi. Saat Herodes Agung (37 – 4 SM) dan anaknya, Herodes Antipas (4 SM – 39 M), berkuasa, kehidupan ekonomi keluarga mereka makin sulit karena pungutan pajak minimal rangkap tiga – kerajaan, Bait Allah dan kekaisaran Roma. Apalagi bila ditambah beban hutang.
Pengaruh budaya Greco-Romawi makin menggerus nilai religius dan komunal. Ditambah, keluarga-keluarga wajib menampung tentara Yahudi yang bergerilya melawan Romawi. Pasti mereka rentan ditangkap prajurit Romawi. Maka, perlahan masing-masing keluarga dan anggota klan tercerabut dari akar budaya dan iman mereka. Masing-masing hanya memikirkan keselamatan sendiri.
Praktik keagamaan yang mementingkan kesalehan pribadi menghancurkan pememunuhan perintah keempat, menghormati ayah dan ibu, yang menjadi pilar keluarga (bdk. Mrk. 7:8-13). Solidaritas sosial yang hancur menyebabkan penyingkiran, marginalisasi: perempuan, anak-anak, orang Samaria, orang asing, penderita kusta, orang yang kerasukan, pemungut cukai, orang sakit, orang lumpuh dan orang yang sakit ayan.
Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga
Yesus membuka lebar kedua tangan dan hati-Nya untuk menyambut siapa pun juga yang menjadikan Kerajaan Allah rumah barunya. Dalam komunitas baru semua diterima menjadi anggota keluarga. Dan pusat hidup komunitas baru ini adalah Yesus. Yang disingkirkan dan ditolak diterima oleh Allah (bdk. Luk 14:12-14).
Dalam komunitas ini, pilihan perhatian utama dan pertama dijatuhkan pada kaum miskin, the preferential option for the poor, agar “Tidak ada orang miskin di antara kamu” (Ul. 14:4). Melakukan kehendak Bapa di surga adalah sama dengan mengikuti Yesus.
Ia menjatuhkan pilihan utama dan pertama pada kaum miskin, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40).
Maka, bila hendak menjadi saudara-saudari Yesus, tiap murid-Nya harus melaksanakan kehendak Bapa-Nya di surga (Mat. 12:50), ”Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Quicumque enim fecerit voluntatem Patris mei, qui in caelis est, ipse meus frater et soror et mater est.
Katekese
Ibuku karena iman, Santo Gregorius Agung, 540-604:
Jika seseorang menjadi saudara-saudari Tuhan dengan mengimani-Nya, kita harus bertanya bagaimana orang dapat juga menjadi ibu-Nya. Kita harus sadar bahwa seseorang yang menjadi saudara dan saudari Tuhan Yesus Kristus dengan mengimani-Nya bisa menjadi ibu-Nya dengan cara mewartakan-Nya.
Pewartaan itu dilakukan dengan cara membawa Tuhan dan menaruh-Nya di hati orang yang mendengarkan-Nya. Dan orang itu menjadi ibu-Nya jika melalui suaranya kasih Tuhan ditumbuh-kembangkan di hati dan budi sesamanya (dikutip dari Forty Gospel Homilies 3.2).
Oratio-Missio
- Engkau telah berkenan kepada tanah-Mu, ya TUHAN, telah memulihkan keadaan Yakub. Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Sela. Engkau telah menyurutkan segala gemas-Mu, telah meredakan murka-Mu yang menyala-nyala.Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami (Mzm 85:1-4).
- Apa yang perlu kulakukan supaya aku disapa Yesus “dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”?
Quicumque enim fecerit voluntatem Patris mei, qui in caelis est, ipse meus frater et soror et mater est – Matthaeum 12: 50