Renungan Harian 25 Juli 2020: Padhasan

0
464 views
Ilustrasi - Tandon air bernama padhasan by ist


Pesta St. Yakobus, Rasul
Bacaan I: 2Kor. 4: 7-15
Injil: Mat. 20: 20-28
 
SUATU hari ibu membeli padhasan. Ibu meminta bapak menyiapkan dudukan untuk meletakkan padhasan. Ibu meminta agar nanti padhasan diletakkan di sudut kanan rumah kami, dengan tujuan agar kami, dapat mencuci tangan dan kaki setelah bepergian 

Setelah menyiapkan dudukan untuk padhasan, bapak mengecat seluruh permukaan padhasan dengan semen.

Padhasan dicat dengan semen dengan tujuan agar padhasan lebih kuat dan tidak ada air yang merembes keluar. Setelah padhasan selesai dicat, bapak meletakkan padhasan itu di dudukan yang telah tersedia. Meskipun demikian padhasan itu belum diisi air, karena catnya belum kering.
 
Ketika melihat padhasan dicat dengan semen, ibu marah ke bapak, karena tidak setuju padhasan itu dicat dengan semen. Menurut ibu, dengan dicat membuat warna gerabahnya jadi hilang dan tidak indah. Sedang menurut bapak kalau tidak dicat air akan merembes ke luar dan padhasan tidak kuat. Maka pilihannya adalah padhasan kuat atau padhasan indah.
Ibu tetap memilih padhasan tidak dicat, dan agar tidak pecah diisi air setengah saja.
 
Akhirnya ibu membeli padhasan baru dengan pesan bahwa padhasan baru itu hanya boleh diisi air setengah. Akibatnya padhasan itu harus sering diisi air karena selain sering digunakan nampaknya ada air yang merembes ke luar. Tetapi bagi ibu hal tersebut tidak menjadi masalah karena padhasan itu tetap kelihatan indah.
 
Pada suatu ketika, Budhe (kakaknya bapak) yang sedang bertamu melihat air di padhasan tinggal sedikit, meminta mbak Tutik (pengasuh kami) untuk mengisi padhasan sampai penuh. Dan terjadilah kekhawatiran bapak, padhasan itu pecah karena tidak kuat menahan tekanan volume air.
 
Merenungkan surat Paulus yang kedua kepada Umat Korintus: ”Harta pelayanan sebagai rasul kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah itu berasal dari Allah.” mengingatkan saya pada pengalaman di atas.

Ada dua pilihan apakah aku memilih penampilan diriku yang indah dan megah dengan konsekuensi hanya bisa menampung  sedikit rahmat dan ada kemungkinan merembes dan hilang.

Atau aku memilih penampilan yang tidak indah tetapi bisa menampung banyak rahmat dan tidak merembes.
 
Dalam kenyataan sering kali aku lebih mementingkan penampilan yang indah, yang mudah dilihat dan dipuji, dari pada mementingkan isinya.

Rahmat Tuhan sering aku abaikan karena mengejar indahnya penampilanku.
 
PS: Padhasan adalah bejana dari gerabah (tanah liat) bagian bawah ada lobang kecil untuk keluarnya air. Lobang itu biasanya ditutup bambu atau kayu, bila air tidak dialirkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here