PADA bagian ke-dua catatan tentang Uskup Emeritus Amboina Mgr Andreas P.C. Sol MSC, kami kisahkan makna di balik tembang “Troubadour” yang dilantunkan dengan semangat oleh Uskup tua itu.
Cerita Troubadour ada di Seminari Menengah Kakaskasen. Kisah itu mengatakan bahwa ia adalah seorang pengembara, sekaligus oleh orang-orang sekampungnya di Prancis, Troubadour sering diminta untuk menghibur orang-orang dengan membawakan cerita-cerita tutur, lagu-lagu, dan puisi-puisi tentang cinta dan perdamaian ketika tv dan koran-koran masih jauh dari peradaban di Eropa, begitu Uskup Sol bercerita.
Suatu waktu dalam sebuah tonil (sandiwara) di Seminari Menengah, Uskup Sol yang ternyata pintar bernyanyi didaulat untuk berperan sebagai Troubadour yang berkeliling bernyanyi memberi penghiburan lewat cerita dan puisi-puisi cinta dan perdamaian. Troubadour ini pun lalu berkeliling desa-desa Prancis mewartakan cinta dan perdamaian dengan caranya. Dari situ, ia dan keluarga serta anjingnya mendapat rezeki dari kebaikan orang-orang yang tersentuh dengan pesan-pesan cinta dan perdamaiannya.
Pesan tonil itu, ujar uskup Sol mengenang masa kecilnya, yaitu diutusnya seorang Troubadour ke dunia tidak untuk berperang secara fisik melainkan untuk “memerangi kejahatan” dengan cinta dan perdamaian. Dalam misi “memerangi kejahatan” ini, sang pengembara ini toh tetap meggembleng integritas dirinya dengan cita-cita perjuangan ibu pertiwi dan para sahabatnya yang terus menantikan kepenuhan cinta dan perdamaian dari tangan Troubadour.
Dan itulah juga, imbuh uskup, Troubadour modern yang diemban oleh para Imam MSC (karena momen pesta misa pertama para MSC Minggu, 12/2). “Bahwa mereka bisa menjadi pewarta cinta dan perdamaian kepada semua orang,” ujar uskup. Dalam apostolat itu, mereka tetap menjaga integritas dengan Tarekat MSC dan Gereja Kristus sebagai bunda pertiwinya dan semua konfraternya yang mendukungnya dalam semangat untuk meraih keberhasilan misi cinta dan perdamaian, ujar Uskup Sol membawa kita ke dalam alam spiritualitas.
Karena kisah Troubadour diangkat dalam tonil, maka beberapa ayat sedikit disesuaikan, menurut Uskup Sol. Bagi mereka yang berminat syairnya, di sini diberikan seluruh bait (dengan terjemahan bait I sampai III ala kadarnya: bait IV PR kita untuk menerjemahkannya…). Kalau tidak sempurna terjemahnnya mohon dimaklumi karena “hangtua” so cape. Dalam tonil tempo doeloe yang diperankan oleh Mgr. Sol, hanya dua bait yang si kecil Andreas Sol lantunkan ketika berperan sebagai Troubadour di Seminari Menengah di Belanda.
I
Brûlant d’amour en partant pour la guerre
Un Troubadour ennemi du chagrin
Pensoit ainsi à son vieux camarades
Tous les matines en chantant ce refrain:
(versi Mgr. Sol: en les quitant répétait ce refrain):
“mon brar à ma patrie
mon coeur pour mon ami
mourir galment pour la Gloire et l’Amour
c’est le devoir d’un vaillant troubadour.”
II
Dans le bivouac le Troubadour fidèle
Le casque au front, la guitar à la main,
Dans son delire, à son vieux camarades
(à sa jeune bergére)
Chantoit ainsi le joyeux refrain:
“mon brar à ma patrie
mon coeur pour mon ami
mourir galment pour la Gloire et l’Amour
c’est le devoir d’un vaillant troubadour.”
III
Dans les combats deployant son courage,
La courage au coeur, la glaive à la main,
Etoit le même au milliue de carnage,
Chaque matin, en chantant le refrain:
“mon brar à ma patrie
mon coeur pour mon ami
mourir galment pour l’honneur et l’Amour
c’est le devoir d’un vrai Troubadour.”
IV
Ce brave, helas! Deployant son courage
Aux ennemis en bravant le destin.
Il respiroit sur la fin son ame.
Nommant sa belle, en chantant le refrain:
“mon brar à ma patrie
mon coeur pour mon ami
mourir galment pour l’honneur et l’Amour
c’est le devoir de vrai Troubadour.”
Terjemahan
I
Terbakar oleh cinta saat menuju perang
Seorang Troubadour (tampil) pantang kesedihan apa pun.
Sambil memikirkan para sahabatnya
Sepanjang malam, ia melantunkan refrein ini:
(Versi Mgr Sol: ketika meninggalkan mereka, ia berulang kali melantunkan refrein ini)
“Lenganku kubaktikan bagi negeriku,
Hatiku bagi para sahabatku.
Gugur penuh bakti demi kemuliaan dan cinta,
itulah tugas seorang Troubadour yang gagah berani.”
II
Dalam penderitaan, Troubadour teguh setia
Dengan topi di kepala, gitar di tangan,
Dalam kegembiraan luar biasa atas para sahabatnya,
Ia meyanyikan refrein penuh sukacita:
“Lenganku kubaktikan bagi negeriku,
Hatiku bagi para sahabatku.
Gugur penuh bakti demi kemuliaan dan cinta,
itulah tugas seorang Troubadour yang gagah berani.”
III
Dalam mewujudkan keperkasaan perang,
Keberanian ada dalam hati dan pedang di tangan,
Setiap pagi melantunkan refren ini:
“Lenganku kubaktikan bagi negeriku,
Hatiku bagi para sahabatku.
Gugur penuh bakti demi kemuliaan dan cinta,
itulah tugas seorang Troubadour yang sejati.”
piye nyanyine? sayang cuma syairnya. mestinya ditambah dengan kuncinya.
golek dewe.