Artikel Kesehatan: Penghambat ASI Eksklusif

0
412 views
Ilustrasi

LAPORAN WHO, UNICEF, dan Jaringan Makanan Bayi  atau the International Baby Food Action Network (IBFAN) pada Rabu, 27 Mei 2020 mengungkapkan bahwa banyak negara masih gagal melindungi orang tua dari informasi yang menyesatkan, tentang susu formula sebagai pengganti ASI. Selain itu, juga rekomendasi dalam mendorong semua ibu untuk terus menyusui selama pandemi COVID-19.

Apa yang perlu dicermati?

Dari 194 negara yang dianalisis dalam laporan tersebut, 136 negara memiliki beberapa bentuk tindakan hukum terkait dengan Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes) dan resolusi selanjutnya yang diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia. Saat ini, terdapat 44 negara yang telah memperkuat legislasi internal tentang pemasaran susu formula selama dua tahun terakhir.

Namun demikian, pembatasan hukum di sebagian besar negara tidak sepenuhnya mencakup pemasaran yang terjadi di fasilitas kesehatan. Hanya 79 negara yang melarang promosi pengganti ASI di fasilitas kesehatan, dan hanya 51 negara yang memiliki ketentuan yang melarang distribusi pasokan gratis atau berbiaya rendah dalam sistem perawatan kesehatan.

Hanya 19 negara yang melarang sponsor pertemuan asosiasi profesi ilmiah dan kesehatan oleh produsen pengganti ASI, yang meliputi susu formula bayi, susu formula lanjutan, dan susu tumbuh dewasa, yang dipasarkan untuk digunakan oleh bayi dan anak hingga usia 36 bulan.

WHO dan UNICEF merekomendasikan agar bayi diberikan ASI secara eksklusif dan tidak diberi makan apa pun kecuali ASI selama 6 bulan pertama, setelah itu terus disusui dengan makan makanan yang bergizi dan aman, hingga usia 2 tahun atau lebih.

Bayi yang diberi ASI eksklusif 14 kali lebih kecil kemungkinannya meninggal dunia sebelum usianya yang pertama, daripada bayi yang tidak disusui. Namun demikian, pada awal 2020 hanya 41% bayi berusia 0–6 bulan yang disusui secara eksklusif. Pada hal, tingkat yang telah ditetapkan oleh WHO setidaknya 50% pada tahun 2025.

Pemasaran yang tidak tepat, berlebihan dan berualng-ulang dari industri susu formula sebagai pengganti ASI, terbukti terus melemahkan upaya untuk meningkatkan tingkat menyusui secara global. Apalagi adanya krisis COVID-19 yang juga berperan dalam meningkatkan ancaman dan penghambat pemberian ASI eksklusif.

Sebaliknya, layanan perawatan kesehatan untuk mendukung ibu menyusui secara eksklusif, termasuk konseling dan dukungan laktasi menjadi terganggu akibat pandemi COVID-19.

Langkah pencegahan infeksi COVID-19, seperti harus berjarak fisik membuat konseling di komunitas dan layanan dukungan ibu menyusui menjadi hilang, sehingga merupakan celah yang dimanfaatkan oleh industri susu formula sebagai pengganti ASI yang memanfaatkan kondisi pandemi COVID-19, dan mengurangi kepercayaan ibu dalam keberhasilan menyusui.

Secara tegas, Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI sudah melarang semua bentuk promosi susu formula sebagai pengganti ASI, termasuk iklan, hadiah kepada petugas kesehatan dan distribusi sampel gratis.

Label pembungkus juga tidak boleh mencantumkan klaim kehebatan dan menyertakan gambar yang mengidealkan susu formula bayi. Sebaliknya, label harus mencantumkan pesan tentang kelebihan ASI eksklusif dan risiko tidak menyusui (superiority of breastfeeding over formula and the risks of not breastfeeding).

Ketakutan penularan COVID-19 menutupi pentingnya menyusui, bahkan banyak regulasi negara yang mengatur ibu terkonfirmasi COVID-19 dan bayinya dipisahkan sejak saat lahir, sehingga membuat proses menyusui dan kontak kulit ke kulit menjadi sulit, bahkan tidak mungkin. Semua regulasi tersebut sebenarnya atas dasar yang tidak ada buktinya.

Virus COVID-19 aktif, sampai saat ini belum terdeteksi berada di ASI ibu dengan COVID-19 yang dikonfirmasi ataupun baru dicurigai. Karena itu, tampaknya tidak mungkin bahwa COVID-19 akan ditularkan melalui menyusui atau dengan memberikan ASI. Oleh karena itu ibu dengan COVID-19 yang dikonfirmasi atau sementara dicurigai, tetap dapat menyusui bayinya.

Saat ibu akan menyusui, maka ibu mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air atau gunakan antiseptik berbasis alkohol dan terutama sebelum menyentuh bayi. Ibu mengenakan masker medis selama kontak dengan bayi, termasuk saat menyusui.

Saat bersin atau batuk ditampung ke dalam tisu. Kemudian segera buang dan cuci tangan lagi. Membersihkan permukaan benda dan disinfektan secara rutin setelah menyentuhnya.

Laporan WHO, UNICEF, dan IBFAN pada Rabu, 27 Mei 2020 mengingatkan kita semua, agar segera mengkoreksi promosi susu formula sebagai pengganti ASI dan ketakutan akan adanya penularan COVID-19, oleh karena keduanya merupakan penghambat keberhasilan pemberian ASI eksklusif, yang telah terbukti sangat bermanfaat bagi bayi.

Sudahkah kita bertindak bijak?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here