FAJAR mulai mengintip, mengejar mentari yang masih enggan memamerkan kilaunya. Dalam hitungan menit, tiba-tiba berlari mengejar hari dan menembus bingkai kaca jendela berbentuk lingkaran yang berukuran minimalis, terpantul persis ke segala penjuru kamar Keyke.
Setiap sudut dipenuhi pajangan lukisan keluarga, mulai dari orang tua hingga kakek dan neneknya. Semua lukisan ditata dengan rapi dilengkapi dengan kain hijau sebagai dekorasinya.
Sementara Keyke, pelukis terkenal di kotanya sedang asyik menyelesaikan satu karya baru pesanan klien minggu lalu. Jarinya yang lentik dipadukan tangan kurusnya yang terampil memadukan warna-warni cat dan mengulasnya pada kanvas.
Sepotong kata bijak yang dihadiahkan orang tanpa nama selalu disematkan pada lukisannya. Berbulan-bulan lamanya Keyke menerima kata bijak yang singkat di depan rumahnya. Himpunan rasa penasarannya diluapkan dalam doa kepada Tuhan dan Bunda Maria agar dipertemukan dengan orang pemilik kebajikan.
Keyke memanjangkan sabar agar Tuhan tidak mengabaikan doanya. Apakah Keyke bertemu dengan pemilik kebajikan yang dikenal sebagai orang tanpa nama itu?
Senja, Keyke menyukai saat itu untuk melepaskan lelah sekedar duduk di teras rumah menatap pelataran kota yang buas. Keyke telah menghabiskan empat tahun dari hidupnya menjadi pelukis wajah di kota metropolitan itu.
Dia dikenal sebagai pelukis yang unik sejak 375 hari terakhir ini karena selalu menitipkan satu quote berupakata bijak yang inspiratif, dia menggoreskan kalimat itu pada lukisannya.
“Mereka yang tetap berdiri setelah diterpa badai, tidak akan goyah oleh angin.”
“Satu kebaikan akan melahirkan kebaikan yang lain.”
“Meskipun kamu merasa sedih, jangan pernah putus asa. Dan meskipun kamu terjatuh, jangan pernah hancur.”
“Setiap seniman mencelupkan kuas ke dalam jiwanya sendiri, dan melukiskan sifatnya sendiri ke dalam gambarnya”
Beberapa kalimat itu hanya bagian kecil dari ratusan kalimat bijak yang dia terima setiap harinya. Kalimatbijak yang dia terima tertulis di secarik kertas putih, diletakkan persis di depan rumah Keyke tanpa tahu siapa dan bagaimana wajah orang yang melakukannya.
Uniknya lagi, setiap hari dia mendapatkan kalimat yang berbeda dan inspiratif. Keyke akhirnya tergerak membagikan kata-kata bijak itu kepada semua orang lewat lukisannya.
Keyke dikenal sebagai seorang gadis berparas cantik dengan rambut blondenya. Meski menyandang sebagai pelukis wajah terkenal, dia termasuk tipikal gadis yang sulit bergaul dengan orang-orang seusianya sehingga sebagian orang menyebutnya sebagai gadis yang berkepribadian introvert sejati.
Dia senang menghabiskan sisa waktunya dengan berdiam sendiri di rumah, mulai dari membaca, menulis, dan melukis. Namun, tak banyak orang yang mengetahui bahwa Keyke seorang pendoa yang tekun.
Dia senang memulai dan mengakhiri aktivitasnya dengan melayangkan sejumput doa kepada Tuhannya.
Hari-hari Keyke diseliputi dengan tanda tanya tentang orang yang mengirimkan kata-kata bijak itu. Semuanya berawal ketika Keyke ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sebagai yatim piatu, tepat di usianya yang ke 18 tahun.
Kala masih hidup, ayahnya bekerja sebagai tukang lukis wajah dan kurator di sebuah museum seni, sedangkan Ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Kedua orangtuanya meninggal dunia setelah menderita penyakit kritis, saat Keyke masih duduk di bangku SMA. Sebagai anak semata wayang, Keyke tinggal bersama neneknya, dia berjuang sendiri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Maka, Keyke pelan-pelan menggunakan alat-alat lukis ayahnya dan mengembangkan hobbi melukisnya yang akhirnya menjadi mata pencahariannya.
Kata-kata bijak yang dia terima setiap hari itu mengembalikan semangat Keyke dari pilu dan kesedihan yang mendalam. Ketika tak ada lagi orang yang menguatkan dan menasihatinya, kata-kata bijak yang dari orang tak dikenal datang menyapanya setiap hari.
Dari hasil penjualan lukisannya, Keyke berhasil menyelesaikan pendidikan dari perguruan tinggi. Meski dikenal sebagai gadis yang pendiam dan pemalu, dia mampu meraih nilai summa cum laude dari universitas tempat dia belajar.
Bahkan dia terdaftar menjadi salah seorang mahasiswa penerima bea siswa untuk melanjutkan pendidikan lanjutan ke jenjang yang lebih tinggi.
Keyke bergelimang rasa haru, senang, bercampur sedih. Beberapa bulan ke depan, dia akan pindah ke kota yang lain untuk melanjutkan pendidikannya. Dia ingin sekali bertemu dengan orang yang mengisi hari-harinya dengan kata-kata bijak dan inspiratif.
Selain itu, dia berfikir bahwa dia tidak akan mendapat kata-kata seperti itu lagi di tempat yang baru nantinya. Keyke ingin sekali memberikan hadiah yang istimewa kepada orang itu. Dia ingin melukis wajah orang tersebut dengan lukisan terindah yang pernah dia buat sepanjang hidupnya.
Keyke menghela nafas panjang. Di sudut kamar yang mungil, dia menatap patung wajah Yesus dan bunda Maria. Dengan penuh ketulusan, dia memohon kepada mereka agar diberi kesempatan untuk bertemu dengan malaikat pemilik kebajikan itu.
Keyke juga menyapa Santo Antonius dari Padua, dia dikenal sebagai Santo yang memiliki kuasa istimewa untuk menemukan kembali barang-barang yang hilang.
Keyke berdoa agar sang Santo menemukan orang yang menjadi malaikatnya selama ini dan mempertemukan dengan dirinya. Dia menganggap bahwa dia sedang kehilangan orang bijak, itulah sebabnya dia ingin menemukannya bersama Santo Antonius.
Suatu pagi yang cerah, dia sengaja duduk di teras rumahnya untuk merampungkan satu gambar. Seorang lelaki yang menunggui pesanannya dengan sabar memperhatikan Keyke yang tenang dan diam menyelesaikan lukisannya.
Si lelaki yang nyaman mengenakan kaos oblong putih dan jeans itu menatap seakan sedang melihat pemandangan danau berwarna hijau di hadapannya. Sorot matanya meredup dalam kesunyian sehingga suara piring berjatuhan memecah lamunannya memandang Keyke.
Tak ada sepatah kata pun keluar dari bibir Keyke, dia sudah terbiasa asyik dengan dirinya sendiri apalagi saat melukis. Dia cukup melemparkan senyum sumringah kepada setiap pemesan lukisan setelah menyelesaikannya dan mengulurkan beberapa lembar uang.
Upaya Keyke mencari malaikat kebajikan tidak berhenti hanya dalam doa saja. Dia menyelesaikan tujuh lukisan yang indah. Kali ini dia berangkat menyusuri toko-toko kecil dan menawarkan lukisan-lukisannya itu kepada orang-orang.
Dia selalu bertanya kepada setiap orang yang ingin membeli lukisan itu, apakah Anda pernah membaca quote ini?
Sambil menunjukkan kalimat yang dia tulis pada lukisannya, sebab dia berfikir bahwa siapa pun yang pernah membaca quote tersebut akan mampu membantunya. Tetapi kali ini usaha Keyke gagal, hingga semua lukisan habis terjual, dia belum menemukan malaikat kebajikan itu.
Hari berganti, Keyke mengulangi hal yang sama. Kali ini dia pergi ke toko yang sedikit lebih jauh dari tempatnya melewati deretan kios penjual buku dan penjual jajanan, banyak orang terlihat sibuk keluar masuk.
Dengan langkah pendek, Keyke memasuki lorong demi lorong dengan membawa kanvas, cat warna-warni, dan perlengkapan lukisan lainnya. Dia ingin segera melukis wajah orang itu saat bertemu nantinya. Namun, usaha Keyke kali kedua ini tetap alpa, dia tidak menemukannya juga.
Keyke gadis yang cerdas dan pantang menyerah. Kegagalan kemarin tetap tak bisa menghapus harapannya. Dia mengulangi usaha yang sama, kali ini ke mall yang besar dan terkenal di kota metropolitan itu.
Sambil menjajakan lukisannya kepada orang-orang yang hilir mudik, keluar masuk silih berganti. Dia mengelilingi toko demi toko, mulai dari toko accessoris, fashion, sepatu, dll. Sebagian orang merasa janggal melihat sosok Keyke seorang gadis cantik yang membawakan beberapa lukisan dan perlengkapannya.
“Aku merasakan sesuatu yang berbeda di tempat ini. Ada suara yang memanggil-manggilku.”
“Keinginan untuk menemukan malaikat kebajikan itu bersinggungan denganku.”
“Aku yakin, aku tidak sedang bermimpi ataupun berimajinasi. Ini sungguh nyata.
Dia sedang dekat. Terasa sangat dekat. Apakah dia ada disekitar ini? Mungkin. Apakah dia perempuan atau laki-laki? Apakah dia masih muda atau tua? Sama sekali aku tidak tahu apa-apa, tetapi aku merasa dekat dengannya yang sedang kucari.”
Saat mendekati salah satu toko terkenal. Keyke berdiri di pintu toko itu, perlahan-lahan memasukinya. Beberapa perempuan sedang asyik memilih pakaian, hanya punggungnya yang dia lihat. Keyke memberanikan diri untuk menemui penjaga toko dan bertanya padanya.
“Mba…apakah mba mengetahui bahwa ada orang yang suka memberikan kata-kata bijak?”
“Oh, saya pernah mendengar cerita bahwa ada orang tua yang senang menitipkan kata-kata bijak.”
Dengan penuh semangat Keyke menemukan sinyal positif dari si perempuan itu.
“Mohon mba….saya mohon dengan sangat berikan saya alamat lengkap orang tua itu.”
“Yah, sebentar…saya mencari alamat orang tua itu.”
Dalam hitungan menit, Keyke menerima alamat tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih yang berlimpah, Keyke beranjak pergi. Dengan langkah cepat, dia berlari menemui orang tua tersebut menuju alamat yang diberikan perempuan penjaga toko.
Dengan transportasi yang cukup sulit, akhirnya Keyke tiba di alamat yang dituju. Keyke dengan penuh semangat dan rasa haru yang tak terkatakan.
Dia kemudian memasuki lorong demi lorong, hingga tiba di sebuah rumah kecil beralas kardus. Rumah itu terletak di bawah kolong jembatan, beberapa kilo meter dari pusat kota. Keyke masuk ke rumah tersebut dan menyapa sang nenek dengan sopan dan lembut.
“Nek…mohon maaf, apakah saya boleh bertanya sesuatu?”
“Iya nak.”
“Apakah nenek yang bernama….”
“Ya benar, Nak. Ada apa, Nak?”
“Nek, apakah nenek mengenal saya?”
“Iya Nak, saya mengenalmu.”
“Apakah nenek mengetahui nama saya?”
“Iya Nak, kamu bernama Keyke, kan.”
“Apakah nenek yang mengirim kata-kata bijak setiap hari kepada saya?”
“Iya Nak, saya yang melakukannya padamu.”
“Mengapa nenek tidak pernah menampakkan wajah nenek kepada saya dan bertemu dengan saya?”
“Ibumu adalah orang yang sangat dekat dengan saya semasa hidupnya. Dia pernah berpesan, bila aku telah tiada jadilah penasihat kepada putriku dengan memberikan kata-kata bijak setiap harinya, sama seperti yang saya lakukan kepada Ibumu saat masih hidup.”
Sontak Keyke memeluk erat-erat sang nenek sambil menangis penuh haru. Pelukan erat bagaikan seorang putri kepada ibu kandungnya.
“Nek, setiap hari aku menggoreskan kata-kata bijak nenek pada lukisanku.
Setiap orang selalu menantikan kata-kata bijak dari lukisanku. Itu menjadi keunikan dari lukisanku sehingga mereka tak pernah bosan memesan lukisan padaku.
Sebagai tanda terima kasihku, aku ingin memberikan lukisan terbaik untuk Nenek sebagai hadiahku buat Nenek. Apakah kata-kata bijak yang akan ku sematkan pada lukisan wajah nenek?”
“Terimakasih cucuku yang baik, aku ingin engkau menjadi pelukis kebajikan di dunia ini.” Ketika kita telah tiada, maka kita akan dikenang dengan kata-kata bijak yang kita berikan kepada orang lain.
“Apabila engkau ingin melukis wajahku dan menggoreskan kata-kata bijak pada lukisan itu, sematkanlah kata-kata ini, busy bee happy bee,” ungkap sang
nenek yang masih kental dengan bahasa Inggrisnya.
“Nek, apa maksud dari busy bee happy bee?”
“Yahhh, arti sebenarnya adalah lebah sibuk lebah bahagia. Tetapi kita tidak boleh mengartikan seperti itu. Makna dari busy bee happy bee bagi saya sendiri yakni isilah hidupmu dengan kebahagiaan, maka sesibuk apa pun kamu dalam menjalankan aktivitasmu, tetaplah berbahagia. “
“Nenek berpesan kepada kamu Nak agar kamu menjadi orang yang bahagia dalam hidupmu. Kebahagiaan itu pilihan, hidup kita hanya sementara di dunia ini, maka kita harus bersyukur. Syukur itu terungkap lewat kebahagiaan kita. Saat kita bahagia, kita akan mudah memancarkan kebahagiaan kepada orang lain.”
“Wah….ternyata nenek hebat, aku tak akan pernah melupakan nasihat Nenek ini.”
“Iya Nak, aku ingin kamu datang ke gubuk Nenek ini tepat di hari ulang tahun nenek bulan Agustus nanti, Nenek senang kalau kita bisa merayakannya bersama-sama disiini dalam doa. Nenek mau bersyukur karena Nenek tetap sehat di usia yang sudah senja ini.”
“Baik Nek,” ucap Keyke sebagai bentuk ketaatannya.
Keyke meraih tangan sang nenek yang dia beri nama malaikat kebajikan itu. Dia menggenggam tangannya erat-erat.
Tepat pada 19 Agustus tahun itu, sang nenek merayakan ulang tahun yang ke 74. Dada Keyke terasa meledak. Mata seperti beku salju dan mulut tak henti menyebut nama Tuhan. Ya, wajah itu. Wajah yang tak akan sanggup dia lupakan. Wajah malaikat yang mengajarkan Keyke menjadi perempuan pelukis.
Dengan langkah mantap, Keyke memasuki rumah sang nenek. Keyke memberikan hadiah lukisan wajah sang nenek dengan kata-kata bijak yang di sematkan pada lukisan itu. Keyke juga memberikan lukisan berupa genggaman erat kedua tangan mereka karena dia berharap ingin tetap menggenggam erat kebajikan yang di wariskan oleh sang nenek.
“Terima kasih, Nek,” seru Keyke pada nenek tua itu. Ia balas dengan anggukan dan beranjak pulang. Dari belakang rambutnya yang sudah memutih mengingatkan Keyke untuk tetap mampu bahagia dalam hidupnya. Demi dia Keyke mengayuh ribuan kilometer sepedanya.
Sr. M. Angela Siallagan FCJM