NAMANYA singkat saja. Yohanes Bayu Samodro MPd. Hari Senin siang ini (10/8/2020), Bayu resmi didapuk menjadi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik yang baru. Ia menjadi sosok pilihan Presiden Joko Widodo.
Hari Senin siang ini, bertepatan dengan Pesta Peringatan Santo Laurentius, Bayu akan dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI oleh Menteri Agama Jenderal (Purn.) Fachrul Razi. Bukan oleh Presiden Jokowi sebagaimana muncul di jalur WA.
Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI adalah pejabat eselon satu. Maka, yang melantik adalah Menteri. Bukan presiden.
Hasil lelang jabatan
Yohanes Bayu Samodro terpilih melalui mekanisme lelang terbuka. Prosesnya panjang dan berliku. Sesuatu yang sungguh-sungguh baru. Penuh dinamika.
Bayu terpilih menjadi Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 143/TPA Tahun 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Agama, tertanggal 3 Agustus 2020.
Pengambilan sumpah dan janji jabatan Bayu yang akan berlangsung Senin siang (10/8/2020) akan didampingi oleh Romo Ewaldus Ewal Pr, Pelaksana Sekretaris Eksekutif KWI.
Sosok Bayu Samodro
Bayu lahir di Jakarta, 48 tahun lalu. Hidup dan karirnya berada di jalur dunia pendidikan.
Sebelum akhirnya mengampu jabatan sebagai Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI mulai Senin tanggal 10 Agustus 2020 ini, Bayu menjabat Kepala Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Yayasan Hati Suci (d.h. Perkoempoelan Ati Soetji). Kantornya ada di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Yayasan ini bergerak di bidang karya amal mengelola anak-anak terlantar yang berdiri sejak lebih dari 100 tahun lalu. Dirintis oleh Ny.Auw Tjoei Lan (Ny Lie Tjioan Tjoen, Kapitan Tionghoa di Batavia).
Ny. Lie dikenal sebagai tokoh penerima penghargaan bintang Ridder in de Orde van Oranje Nassau, penghargaan kenegaraan tertinggi di Hindia Belanda tahun 1935.
Bayu Samodro menyelesaikan studi jenjang S-1 nya Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FKIP Unika Atma Jaya Jakarta tahun 1995. Berlanjut dengan program studi jenjang S-2 Program Magister Administrasi/Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Indonesia tahun 2002.
Aktif di Dewan Harian Paroki Alam Sutera
Bayu, panggilan akrabnya, menikah dan memiliki empat orang anak. Keluarga ini menjadi umat Gereja Santo Laurentius Paroki Alam Sutera, Tangerang.
Bayu menjadi anggota Dewan Paroki Harian selama dua kali periode (2012-2018).
Bersama tokoh lainnya, dia ikut menggagas, merintis, dan membangun Gereja Santo Laurensius Alam Sutera hingga gereja paroki baru ini resmi berdiri tahun 2012.
Selama berkarya sebagai pengurus DPH Gereja Santo Laurensius Paroki Alam Sustera, Bayu juga aktif melayani kepentingan paroki sebagai pengurus tingkat Dekenat Tangerang dan karya-karya lain di tlatah pastoral Keuskupan Agung Jakarta.
Lainnya adalah keterlibatan Bayu mewakili Gereja Katolik dalam kegiatan dan dialog lintas agama di wilayah Tangerang dan Tangerang Selatan.
THS-THM
Bayu aktif bergabung dalam Organisasi Pencaksilat Pendidikan Tunggal Hati Seminari – Tunggal Hati Maria (THS-THM). Inilah sebuah organisasi pembinaan dalam Gereja Katolik yang berbasis pembinaan mental-spiritual melalui pelestarian budaya leluhur bangsa Indonesia: pencak silat.
Melalui organisasi yang ditekuninya lebih dari 30 tahun ini, Bayu memperoleh kesempatan bersentuhan dengan banyak ormas-ormas Katolik, hirarki Gereja Katolik dan juga segenap ormas non Katolik di Indonesia.
Kepercayaan besar
Bayu mengaku sangat bersyukur akhirnya memiliki kesempatan berkarya sebagai pelayan masyarakat di tingkat nasional. Harapannya adalah memberikan pelayanan terbaik bagi umat Katolik di Indonesia.
Baginya, tugas pengutusan baru ini adalah kepercayaan yang diberikan oleh lebih dari tujuh juta umat Katolik di Indonesia. Kepercayaan untuk melayani mereka agar menjadikan umat Katolik bagian integral dari Bangsa Indonesia dan turut berkiprah dalam mengembangkan manusia Indonesia yang semakin berkualitas.
Lelang jabatan terbuka
Sebagai salah satu kandidat dari kalangan non-ASN ini, Bayu telah melampaui berbagai tahapan seleksi sejak April 2020. Diawali dari 22 kandidat terbaik untuk posisi Dirjen Bimas Katolik yang lolos seleksi administrasi mengikuti CAT (Computer Assisted Test), yaitu tes yang biasa digunakan untuk menguji para Calon Pegawai Negeri Sipil.
Bayu berada di urutan ke-3 sehingga berhak mengikuti seleksi berikutnya bersama ke-5 kandidat lainnya.
Dalam kelompok enam kandidat terbaik ini, Bayu kemudian mengikuti seleksi berikutnya berupa penulisan makalah bertema rencana aksi yang akan dilakukan jika terpilih menjadi Dirjen Bimas Katolik.
Makalah delapan halaman karya Bayu diberi judul mentereng. Dalam Bahasa Latin. Judulnya Ut Ameris Amabilis Esto. Artinya, ramahlah, maka kamu akan dicintai.
Tulisan ini dengan sendirinya juga menyiratkan tentang apa yang akan dilakukannya dalam menjalankan tugasnya sebagai Dirjen Bimas Katolik.
Tentu saja, berdasarkan semangat sinergis antara Pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Agama dan pihak hirarki Gereja Katolik dalam hal ini Konferensi Waligereja Indonesia sebagai “representasi” 37 Keuskupan di Indonesia.
Dirancang, dijalankan dengan tepat sasaran
Bagi Bayu, program Bimas Katolik harus senantiasa dirancang dan dilaksanakan bersama dengan Gereja Katolik, agar dapat lebih tepat sasaran dan bermanfaat bagi umat.
Setelah mengikuti tes penulisan makalah, Bayu mengikuti asesmen secara daring bersama seluruh enam kandidat terbaik dari masing-masing posisi dalam Kementerian Agama RI lainnya. Yakni, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktur Jenderal Bimbingan Masyrakat Hindu, dan Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan.
Asesmen yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut berlokasi di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Bagi para kandidat di Jabodetabek ini, asesmen ini meliputi antara lain simulasi, psikometri, presentasi program, dan wawancara kompetensi.
Tahap akhir proses seleksi adalah wawancara bersama Panitia Seleksi dari Kemenag dan Panitia Seleksi Khusus dari tim Konferensi Waligereja Indonesia.
Hasil keseluruhan proses seleksi yang telah memperoleh rekomendasi dari KASN tersebut membawa Bayu masuk dalam tiga kandidat terbaik. Dari tiga kandidat inilah, satu orang akan diputuskan menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh TPA (Tim Penilai Akhir) yang dipimpin Presiden RI.
Kilas balik sejarah
Bayu menjabat sebagai Dirjen Bimas Katolik menggantikan Drs. Eusabius Binsasi yang telah memasuki purna bakti di bulan Juli 2019 lalu. Sebelum terpilih Dirjen Bimas Katolik yang baru, tugas-tugas administratif yang ditinggalkan Dirjen sebelumnya dilaksanakan oleh tiga orang secara bergantian. Dan yang terakhir adalah Dr. Aloma Sarumaha. Jabatan resminya adalah Sekretaris Dirjen Bimas Katolik.
Bayu adalah Dirjen Bimas Katolik yang ke-8 atau yang ke-11. Ini bila dihitung sejak institusi Ditjen Bimas Katolik masih berupa Bagian Departemen Agama. Ia akan melanjutkan para pendahulunya seperti nama-nama berikut ini
Kepala Bagian Agama Katolik:
- RJ. Djojoatmodjo (1946-1951).
- Ch. J. Widisiswaya (1952-1960).
- M. J. Oentoe (1960-1963).
Dirjen Bimas Katolik
- B. Kwari Sosrosoemarto (1965-1974).
- Ign. Djoko Moeljono (1974-1986).
- Ign. Imam Kuseno Mihardjo (1986-1997).
- J. T. Sukotjo Atmodjo (1997-2000).
- Stef Agus (2000-2008).
- Semara Duran Antonius (2011-2013).
- Eusabius Binsasi (2014-2019).
Empat gagasan dasar
Empat gagasan dasar yang akan dikembangkan dalam tugasnya sebagai Dirjen Bimas Katolik periode 2020-2025 adalah:
- Menyederhanakan proses administrasi yang sederhana dan memerdekakan.
- Merubah persepsi umat bahwa agama sebagai sarana dan bukan tujuan.
- Menyusun program katekese berbasis teknologi informasi.
- Menempatkan kurikulum Pendidikan Agama Katolik sebagai katekese yang holistik dan kontekstual
Melalui ke-4 gagasan dasar ini, diharapkan akan tercapai kerjasama yang saling membangun antara Gereja Katolik dan Pemerintah RI menuju cita-cita pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijopranata SJ, yang dikenal dengan semboyannya ”100% Katolik – 100% Indonesia”.
Bersama para Gembala Gereja Katolik, ia ingin menjadikan umat Katolik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan peradaban bangsa Indonesia memasuki era millennial 4.0.
Tentu saja dengan tetap mempertahankan ideologi Pancasila sebagai satu-satunya asas, UUD 1945 sebagai landasan hukum, dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Proficiat Pak Bayu Samodro.
Proficiat pak Bayu,semoga hubungan antar manusia BERAGAMA makin harmonis.Semua agama yg diakui pemerintah,benar2 bisa beribadah sesuai keyakinannya.Selamat bertugas.TYM
Proficiat Mas Bayu atas amanah jabatannya saya jadi ingat pernah latih THS-THM di Charitas Lebakbulus.