Selasa, 11 Agustus 2020
PW Santa Klara dari Assisi, Perawan
Bacaan Injil: Mat 18: 1-5.10,12-14
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 18:3)
Saudari/a ku ytk.,
BACAAN Injil pada peringatan wajib Santa Klara hari ini mengingatkan kita untuk membangun sikap pertobatan dan rendah hati. Sikap tobat memerlukan kerendahan hati. Tuhan Yesus mengajak kita untuk belajar dari anak kecil dan menjadi seperti anak kecil, agar bisa masuk Kerajaan Sorga.
Anak kecil adalah pribadi yang polos, lugu, dan tergantung dari orangtuanya. Dia mengandalkan orang dewasa di sekitarnya. Di sanalah tampak kerendahan hati. Bukan ambisi, tapi rendah hati.
Saya teringat saat perarakan Sakramen Mahakudus dalam Misa Kamis Putih, ada seorang bapak yang bingung mencari anaknya yang masih kecil. Beberapa saat dia mencari anaknya di sekitar gereja. Ia tidak menemukannya. Ia begitu kaget begitu melihat anaknya. Ternyata anaknya mengikuti perarakan Sakramen Mahakudus. Ia di belakang saya.
Waktu itu saya membawa Sakramen Mahakudus. Ia begitu asyik dan menikmatinya. Ia memegang-megang kasula saya. Mungkin dia kagum dan tertarik. Ia terlihat begitu lugu dan polosnya. Saya pun tidak merasa terganggu. Dan saya dengar dari bapaknya, anak kecil itu memang sudah bercita-cita ingin menjadi imam.
Anak kecil biasanya dikenal polos dan mudah kagum. Mereka juga tidak terbebani oleh berbagai kekhawatiran, karena mereka percaya kepada orang tuanya, bahwa segala sesuatu yang diminta pasti akan dicukupi. Dalam Injil hari ini kita sebagai pengikut Kristus diingatkan untuk melepaskan berbagai macam kekhawatiran, ketakutan, kecemasan dan kelekatan duniawi.
Semangat dan keutamaan itulah yang saya bayangkan dihayati oleh Santa Klara (1193-1253), Fransiskanes pertama dari Assisi. Dia lahir di Asisi, Italia. Klara artinya terang, cahaya, bersih, cemerlang. Ia hidup pada zaman Santo Fransiskus dari Asisi. Klara menjadi pendiri ordo religius “Ordo Santa Klara (Klaris)”.
Tidak lama kemudian, Agnes sang adik datang menemui Klara. Karena tertarik dengan cara hidup kakaknya, Agnes pun akhirnya bergabung. Dan akhirnya ibunya juga bergabung setelah menjanda.
Santo Fransiskus menempatkan mereka menjadi inti sebuah biara baru di San Damiano, dekat Asisi. Klara diangkat sebagai pemimpin biara San Damiano. Biara ini menjadi perintis ordo wanita-wanita miskin, yang lazimnya disebut Ordo Suster-suster Klaris.
Saya bersyukur diberi kesempatan Tuhan beberapa kali bisa berziarah di Basilika Santa Klara, yang letaknya di dekat Basilika Santo Fransiskus di Asisi tersebut. Basilikanya sangat tenang, damai, sejuk dan nyaman untuk berdoa. Apalagi saat datang ke biara San Damiano yang dihiasi aneka pohon Zaitun, membuat hati damai dan maknyessss.
Santa Klara sungguh percaya dan mengandalkan Tuhan. Ada peristiwa yang menarik: Pada suatu hari sepasukan tentara yang kasar datang untuk menyerang Asisi. Mereka telah merencanakan untuk menyerang biara terlebih dahulu.
Meskipun sedang sakit parah, Klara minta untuk dibopong ke altar. Ia menempatkan Sakramen Mahakudus di tempat di mana para prajurit dapat melihat-Nya. Kemudian Klara berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan para biarawati.
Dia berdoa: “Ya Tuhan, sudilah melindungi para biarawati yang saat ini tidak dapat aku lindungi.” Suatu suara dari hatinya terdengar berbicara: “Aku akan selalu menempatkan mereka dalam perlindungan-Ku.” Bersamaan dengan itu, suatu kegentaran hebat meliputi para tentara dan akhirnya mereka segera lari pontang-panting meninggalkan biara itu.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikap Anda ketika menghadapi permasalahan dalam hidup ini? Santa Klara, doakanlah kami.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.# Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)