Gerhana Tuhan di Mata Manusia

0
157 views
Mother's Day: Gerhana by Romo Mudji Sutrisno SJ

GERHANA matahari adalah hilangnya matahari dari pandangan mata manusia karena terhalang oleh bulan. Matahari itu selalu ada namun tidak terlihat sesaat karena bulan menutupinya.

Gerhana Tuhan adalah tersembunyinya Tuhan dari harapan dan kasih manusia bahkan dipandang tiada karena ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk melihatnya dengan iman. Sesuatu itu bisa apa saja. Misalnya penderitaan, paham-paham kehidupan atau kenikmatan.

Tuhan selalu ada. Dia tak pernah tidak ada. Sebab, Tuhan bukan ciptaan waktu, melainkan Pencipta dan Penguasa waktu. Apakah manusia menganggap Dia ada atau tidak ada, Dia selalu ada. Jika manusia menanggap Dia tiada, itulah pengalaman yang kusebut “gerhana Tuhan” dalam hidup seseorang.

Gerhana bisa membawa manfaat atau bencana bagi manusia, tergantung bagaimana manusia melewati dan memaknainya.

A. Manfaat Gerhana Tuhan
Iman manusia dimurnikan. Seperti terang lilin nampak jelas dalam kegelapan, maka Tuhan dirasa makin diperlukan, Firman-Nya makin didahagakan, Wajah asli-Nya makin dicari ketika seseorang menderita dalam gerhana. Seseorang dihentak oleh pengalaman yang tidak biasa. Nalarnya digoncang dari rutinitas. Tuhan palsu buatan intelektualnya dienyahkan. Kenyamanan doktrinal diusik. Di situ arogansi spiritual dinetralkan. Hingga manusia sadar pada keterbatasan dirinya dan takjup pada Tuhan Mahamisteri. Inilah “malam gelap” rohani yang membuat orang-orang suci mengalami peningkatan hidup rohani.

B. Dampak Buruknya
Jika manusia tetap sombong, tidak sabar, tidak dewasa melalui pengalaman gerhana Tuhan, maka dia akan lari dari usaha pencarian iman dan jatuh pada penyembahan dewa dewa palsu. Dua dampak yang menghimpit iman orang benar.

  1. Ateisme dan sejenisnya
    Orang membuang dirinya sendiri dari belaskasih Tuhan. Memvonisnya sebagai absurd dan berpikir serta bertindak berdasarkan apa saja yang tidak berhubungan dengan Tuhan. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak lagi dilihat sebagai anugerah Tuhan, melainkan sebagai rival iman.
  2. Fanatisme doktrin agama secara membabi buta
    Manusia jenis ini tidak mau lelah membersihkan dirinya dari kepalsuan. Tuhan dan pengalaman iman tidak berdinamika dan Tuhan seolah bukan Roh yang hidup dan menyejarah. Ritual dan doktrin dijadikan format yang memenjara iman manusia sehingga manusia tidak lagi terus menerus memperbaharui cara berimannya. Orang-orang semacam ini kehilangan dialog dengan Tuhan dan sesama. Bahkan memberangus apa saja yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Inilah arogansi kerohanian yang justru menjauhkan seseorang dari inti keimanan. Dia menyembah tuhan ciptaannya sendiri dan kehilangan kemampuan mencari dan mendekati Wajah Tuhan yang penuh kasih dan suci.

Bagi orang benar, Tuhan sudah ditemukan dan diimani tetapi Tuhan tak juga bisa digenggam oleh sebuah doktrin sebab Tuhan sekaligus Misteri yang lebih besar dari nalar manusia. Dia ada dalam akal budi manusia sekaligus melampauinya.

Itulah sebabnya orang-orang suci berseru “Wajah-Mu kucari ya Tuhan”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here