Rabu, 19 Agustus 2020
Bacaan Injil: Mat 20:1-16a
“Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Mat 20:15)
Saudari/a ku ytk.,
IRI hati adalah salah satu dari 7 dosa pokok. Dosa pokok adalah dosa yang dapat menyebabkan dosa-dosa yang lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain.
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 1866, Santo Yohanes Kasianus dan Santo Gregorius Agung mengajarkan 7 dosa pokok, yaitu: kesombongan, ketamakan, iri hati, kemurkaan, percabulan, kerakusan, dan kelambanan atau kemalasan.
Iri hati (bahasa Latin: invidia) adalah suatu kekecewaan atau kecemburuan atas keuntungan orang lain, menghendakinya secara tidak terbatas, dan memiliki sendiri hartanya atas cara yang tidak adil. Santo Gregorius Agung mengatakan bahwa iri hati menimbulkan kedengkian, fitnah, hujat, kegirangan akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya (KGK no. 2539). Lawan dari iri hati adalah kebaikan hati atau kemurahan hati.
Bacaan injil hari ini menampilkan sikap orang-orang upahan di kebun anggur yang mengeluh dengan upah yang diterima, sekaligus menampilkan pribadi sang pemilik kebun anggur yang murah hati. Mereka yang bekerja sejak pagi mengeluh dan merasa iri hati dengan orang yang berkerja hanya mulai sore hari. Upahnya sama, sedinar sehari.
Tadi diceritakan dalam injil: “Ketika mereka menerima upah sedinar, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: ‘Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.”
Ada dua hal yang menarik dari perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur ini.
Pertama, sikap manusia. Pekerja itu melambangkan manusia. Manusia memiliki sifat iri kepada Allah dan sesama. Manusia iri karena Allah mencintai semua manusia dan ingin menyelamatkannya.
Selain iri kepada Allah, manusia juga iri kepada sesama. Kita terkadang tidak suka dengan orang berdosa yang tiba-tiba bertobat dan menjadi lebih baik dari diri kita. Umat Kristiani yang sejak kecil sudah menjadi pengikut Yesus, kadang sulit untuk menerima orang baptisan baru, yang iman dan pengetahuanya jauh lebih maju. Bahkan dia lebih dipercaya menjadi pengurus lingkungan/paroki. Selain sifat iri, manusia juga menuduh Allah bersikap tidak adil.
Kedua, sikap Allah. Sikap Allah bertolak belakang dengan sifat manusia. Manusia bersifat iri hati dan menuduh Allah sebagai pihak yang tidak adil. Padahal Allah bertindak dengan adil. Keadilan Allah ditunjukkan dengan adanya kesepakatan di awal (upah sedinar sehari).
Ada ahli Kitab Suci yang mengatakan bahwa sesungguhnya upah yang dimaksudkan di sini adalah ganjaran atau hadiah dari Tuhan, yakni ketika kita masuk surga kelak. Yang terpenting adalah kita semua umat Allah, bisa masuk surga. Jangan kita pikirkan, mengapa orang yang tiba-tiba dibaptis lalu meninggal dan bisa masuk surga, diperlakukan sama dengan orang yang sudah sejak kecil menjadi orang Katolik?
Hal ini hanya bisa dipahami bila kita mengenal dan meyakini bahwa Allah adalah Bapa yang Murah hati. Murah hati berarti apa yang kita terima dari Allah bukan karena kebaikan (budi baik) kita, tetapi semata-mata karena kebaikan dan belas kasih Allah. Kita menerima anugerah keselamatan bukan karena jasa kita, melainkan karena kemurahan hati Allah.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana situasi batin Anda akhir-akhir ini? Lebih diwarnai bersyukur atau mengeluh? Jika iri hati sedang Anda alami, apa yang perlu Anda lakukan?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)