Renungan Harian 26 Agustus 2020: Kuburan

0
1,089 views
Ilustrasi - Kuburan seperti kaum Farisi (Ist)

Injil: Mat. 23: 27-32
 
WAKTU masih frater, saya pernah jalan-jalan ke makam Ereveld Menteng Pulo. Makam itu tertata rapi dan indah. Pergi ke makam terasa seperti rekreasi ke sebuah taman yang indah.

Demikian pula ketika saya pergi ke pemakaman Cina, di Cikadut Bandung, komplek pemakaman yang amat indah. Banyak makam yang dinaungi rumah-rumah cukup besar dengan arsitektur khas Cina. Sehingga pergi ke sana serasa pergi ke China Town.
 
Pada masa sekarang ini, sudah banyak makam-makam komersial yang menawarkan keindahan luar biasa. Sehingga makam menjadi tempat rekreasi bagi keluarga yang sanak-saudaranya dimakamkan di tempat itu.
 
Suasana makam yang indah, asri dan menyenangkan dapat menyembunyikan apa yang sesungguhnya tersimpan di dalamnya. Andai semua yang tersimpan di dalamnya dibuka sudah barang tentu membuat banyak orang pergi menjauh menghindari tempat itu.
 
Makam yang indah seringkali dipakai untuk menggambarkan kenyataan diri seseorang. Banyak orang yang menampilkan diri sebagai orang yang baik, anggun dan suci untuk menutupi kenyataan diri yang sesungguhnya.
 
Akhir-akhir ini, Gereja Katolik di Indonesia sedang menjadi perhatian banyak orang, baik orang di luar Gereja maupun di dalam Gereja itu sendiri berkaitan dengan kasus-kasus kejahatan seksual. Apa yang terjadi seperti orang membokar makam dan mempertontonkan kebusukan di dalamnya.
 
Banyak orang mengkritik sikap Gereja secara khusus para pejabat Gereja yang seolah-olah mengubur dalam-dalam berbagai kejahatan seksual yang terjadi dalam Gereja dengan membangun makam-makam yang indah.
 
Saat ini, Gereja belajar untuk menatap kenyataan yang sungguh-sungguh pahit. Akan tetapi pada saat yang sama, Gereja belajar untuk semakin terbuka dan akuntabel.

Gereja malu, sedih dan menangis dengan semua peristiwa ini. Menangis bukan karena kebusukannya dibongkar; tetapi malu, sedih dan menangis karena keberpihakan kepada para korban.
 
Gereja membuka diri untuk dibongkar, dan dengan semua dibongkar pada saat yang sama Gereja menunjukkan bahwa benar ada kebusukan tetapi yang harum mewangi dalam Gereja jauh lebih banyak.
 
Kritik Yesus terhadap orang Farisi sejauh diwartakan Matius adalah kritik untuk Gereja juga: “ Hai kalian orang-orang munafik, sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih. Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.”

Kriktik yang keras dan menyakitkan, akan tetapi membangunkan diri untuk berjuang menjadi orang-orang yang autentik.
 
Apa yang dialami Gereja dengan peristiwa akhir-akhir ini adalah bagian dari proses pemurnian dan oleh karenanya harus menjadi peristiwa syukur.

Kita harus malu, sedih dan menangis atas kritik tajam dengan dibongkarnya kebusukan ini.

Akan tetapi malu, sedih dan menangis bukan karena kebusukan kita dibongkar tetapi ada banyak korban yang selama ini tidak mendapatkan perhatian, kasih dan perlindungan dari kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here