TETANGGA satu RT, satu paroki, satu lingkungan tapi rasanya sudah setahun tak bertemu. Saling menanyakan kabar saat bertemu di pasar. Rasa lega mendengar keluarga masing-masing tetap sehat.
Pertemuan kecil di pasar kecil. Di bawah kompleks tak disia-siakan Bu Bejo untuk menceritakan kondisi saudaranya yang sakit koronawati. Berdasar jenis kelamin penderita.
Topik beralih ke keputusan Bu Bejo diam-diam pergi ke luar mencari makanan kesukaannya selagi anak-anaknya pergi. Pembelaan-pembelaan pendek Bu Bejo untuk menguatkan alasannya.
Menanggapi sharing-sharingnya hanya dengan senyum-senyum saja. Bukan benar atau salah. Belajar untuk mengerti situasinya. Yang biasa sibuk diusia produktif lalu menjadi berkurang kegiatannya setelah pensiunan.
“Klik” di hatinya
Bersua dengan pribadi yang dirindukan itu menyenangkan. Ada sesuatu yang mengisi bagian di hati. Perjumpaan membawa orang keluar dari situasi terbatas dalam diri seperti Bu Bejo. Ia menyimpan perkara keluarga dan dibagikan kepada pribadi yang dia rindukan. Yang bisa dipercaya.
Waktu singkat, namun mampu mengikat topik-topik penting yang tak mungkin ia bagikan begitu saja dengan orang-orang yang ia jumpai.
Percaya
Ia percaya dengan siapa bisa berbagi. Namun tidak bisa semua hal dibagikan. Bagaimana pun juga, lingkup pribadi perlu dijaga. Cukup pribadi dengan Tuhan. Bukan pula segala hal dibagikan di media sosial.
Rasa aman dan dihargai membuat seseorang bersedia membagi kisahnya kepada yang bisa dipercaya. Tuhan mampu memenuhi syarat itu secara sempurna.
1 Tawarikh 28:9 …, sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu. Tetapi jika engkau meninggalkan Dia, maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.
Habis manis sepah dibuang
Ada alasan di balik meninggalkan relasi yang telah sekian lama dibangun. Kehangatan sapaan dan kemurahan hati yang bisa diberikan berubah menjadi sebuah senyuman segaris dan secepat iklan pasta gigi.
Merawat anggota keluarga yang sakit bagi Bu Bejo adalah hal yang wajar sebagai saudara sekandung. Beberapa waktu terakhir berubah. Bukan lagi murah hati, tetapi pelit hati. Kunjungan harian menjadi kunjungan bulanan. Telepon dan kiriman pesan tak ada lagi.
Kekecewaan hati Bu Bejo sejak mengetahui saudaranya mengidap sakit covid-19 dan yang bersangkutan memilih dirawat di rumah sakit berkamar VIP. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga semakin memprihatinkan. Bukan karena pelit tetapi butuh penyesuaian anggaran yang ada.
Sudah ada penjelasan namun yang sakit tidak bisa menerima kenyataan.
Kata Bu Bejo, “Haduuhh… parah”.
Gengsi ambil peran
Jalan komunikasi terus dipilih oleh anak-anaknya ibu yang sakit. Mengakui semakin menipisnya keuangan sedangkan hidup masih terus berlanjut. Memberi pilihan tempat untuk pemulihan. Melalui komunikasi yang alot hanya karena tak mau di tempat yang ia anggap murah.
Tawaran akhirnya diterima dengan keterpaksaan. Dirawat di rumah yang disediakan salah satu instansi.
Perubahan terjadi
Secara fisik tempat untuk isolasi sederhana jauh dari kesan mewah. Namun atmosfir yang ada memberikan rasa bahagia.
Senam bersama, bernyanyi bersama, bercerita hal-hal yang ringan dan makan makanan sehat. Kesembuhan terjadi setelah melewati beberapa hari perawatan.
Amsal 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
Melatih membiasakan
Proses kehidupan yang berlangsung melibatkan banyak pihak dan aspek kepribadian. Setiap orang memiliki usaha melakukan yang terbaik. Takaran dari hal terbaik tidak bisa disamakan.
Kurang bijak bila memberi label a, b, c, pada pribadi tertentu.
Ada alasan dan kejadian yang melatarbelakangi sikap-sikap yang dilakukan.
Lebih baik membiasakan diri merubah diri meski sulit. Merubah diri untuk memulai komunikasi, memulai melihat kenyataan diri, memulai melepas keegoan diri, merubah diri untuk lebih percaya pada Tuhan, dan masih banyak hal kebaikan lainnya.
Setiap hari sedikit demi sedikit. Berlatih kebajikan bersama Tuhan.