Beato Carlo Acutis: Siapa Dia Itu Sebenarnya?

0
5,556 views
Makam Beato Carlo Acutis. (Ist)

AKHIR-akhir ini, nama Carlo Acutis mendadak viral di kalangan umat Katolik di Italia. Tidak hanya itu saja. Kini, bahkan hampir seluruh dunia -termasuk Indonesia- juga mengakrabi namanya.

Pekan lalu, remaja Carlo Acutis ini telah dibeatifikasi tanggal 10 Oktober 2020 di Basilika Santo Fransiskus Assisi. Ia mendapat sorotan sebagai contoh aktual. Bahwa kekudusan atau menjadi orang kudus di zaman millenial ini adalah mungkin.

Apalagi, ia adalah seorang remaja yang nota bene sama seperti remaja pada zaman ini yang hidup dengan teknologi yang canggih.

Teknologi di tangan orang baik

Remaja Carlo Acutis dapat menghayati kekudusan lewat kehidupan sehari-hari. Ia memanfaatkan teknologi yang ada ini demi kebaikan bersama.

Juga demi kemuliaan Tuhan. Ia ahli komputer dan internet. Suka menggunakan media ini untuk membantu kaum remaja dan umat seluruhnya untuk lebih mengenal dan mencintai Ekaristi.

Ia membuat web dan situs yang mengumpulkan semua mukjizat Ekaristi yang pernah ada dan diakui oleh otoritas Gereja.

Semua tak lain adalah hanya untuk Tuhan yang hadir senantiasa dalam Gereja-Nya. Terutama lewat Ekaristi dan membantu yang lain untuk menghayati makna Ekaristi.

Carlo Acutis meninggal pada umur 15 tahun, karena leukimia yang dideritanya. Kepergiannya membuat banyak orang yang pernah mengenalnya lalu meninggalkan kenangan menggugah dan mempesona. Lewat kesaksian otentik selama hidupnya di dunia ini.

Carlo sangat ahli di bidang teknologi informatika. Sahabat-sahabatnya mengakuinya sebagai seorang yang jenius di bidang ini.

Carlo walaupun tidak studi khusus tentang informatika, namun ketertarikannya membuatnya mampu belajar secara otodidak.

Ia tertarik dengan program-program komputer, pengolahan film, situs dan web. Tujuannya agar kabar sukacita sampai kepada mereka yang membutuhkannya. Kepada anak-anak dan kepada lansia.

Carlo adalah seorang remaja yang beriman dan mempersembahkan penderitaannya bagi Paus dan bagi Gereja.

Proses beatifikasi Beato Carlo Acutis. (Istimewa)
Banyak orang ikut menghadiri proses beatifikasi Beato Carlo Acutis. (Istimewa)

Orang lain melanjutkannya

Setelah ia meninggal, apa yang sudah direalisasikan dalam hidupnya lalu dilanjutkan. Banyak pameran tentang Ekaristi kemudian terjadi di berbagai paroki dan santuari. Baik di Italia maupun di negara lainnya.

Banyak kalangan, baik remaja, kaum muda, anak-anak, orang tua dan lansia yang bedevosi kepadanya. Kesaksian hidupnya yang nyata menggerakkan banyak orang untuk semakin mencintai Ekaristi dan berdoa Rosario.

Carlo adalah seorang remaja normal sebagaimana teman-teman sebayanya, namun dengan suatu hidup yang harmonis terutama lewat persahabatannya dengan Yesus.

Sebagaimana kewajiban dari seorang anak kepada orangtua dan sebagai seorang pelajar, Carlo mampu menemukan waktu untuk memberi katekese kepada anak-anak yang sedang mempersiapkan diri untuk komuni pertama.

Menjadikan dirinya seorang voluntir bagi pelayanan untuk memberi makan di Biara Kapusin dan para suster Santa Teresa dari Calcutta atau Kolkata sesuai namanya sekarang.

Ia senantiasa mengunjungi dan menyapa orang-orang miskin yang hidup di wilayahnya, membantu ana-anak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

Menjadi rasul dengan menggunakan media internet, pawai dalam memanikan saksofon, gemar bermain sepakbola. Membuat dan mengolah program-program komputer, bermain dengan videogame, playstation, menonton film, berkeliling dengan hewan peliharaannya, anjing dan kucing.

Ia selalu bersatu dengan Yesus. Inilah program hidupnya, demikian ditulisnya ketika masih berumur tujuh  tahun.

Dan mulai saat itu ia sangat setia dengan program hidupnya sampai kepada akhir hidupnya pada tanggal 12 oktober 2006 di Rumah Sakit San Gereardo di Monza, Italia.

Cinta akan surga

Sejak dari kecil, Carlo telah menunjukkan perhatian yang besar akan “surga”. Ia senantiasa memusatkan hidup pada iman dan cinta akan Sakramen Ekaristi. Ia menerima Komuni Pertama pada umur tujuh tahun.

Ia tidak pernah ketinggalan menghadiri Sakramen Ekaristi setiap hari dan adorasi ekaristi; sebelum atau sesudah Perayaan Ekaristi dan juga mendaraskan Doa Rosario setiap hari.

Carlo antara lain menulis demikian.

“Ketika kita menempatkan diri di bawah sinar matahari, kulit kita akan berubah kecokelatan. Tetapi ketika kita menempatkan diri di hadapan Yesus Ekaristi kita akan menjadi kudus.”

Bagi Carlo, Ekaristi adalah “jalan tol” menuju surga dan kendaran yang paling tangguh untuk cepat menjadi kudus.

Makam Beato Carlo Acutis. (Istimewa)

Ada kalimatnya yang sangat terkenal:

“Kita semua lahir orisinal, asli. Tetapi banyak mati sebagai fotocopi. Untuk tidak meninggal sebagai fotocopi,” kata Carlo, “menerima sumber dari sakreamen-sakramen yang adalah kendaraan paling tangguh untuk bertumbuh dalam keutamaan, tanda efektif dari belas kasih yang tak terhingga dari Allah bagi kita. Syukur atas Ekaristi.”

Carlo telah memberi peneguhan, dan semangat untuk tidak takut berhadapan dengan tantangan yang ada yang sering kali menawarkan idolatira.

Nutrisi jiwa

Ekaristi memberi nutrisi dalam dirinya suatu keinginan yang luar biasa untuk menyesuaikan diri dengan suara Tuhan, dan senantiasa hidup dalam kehadirannya.

Carlo berhasil membawa gaya hidup lewat “sekolah” Ekaristi: berada di sekolah, di tempat jajanan dengan sahabat-sahabatnya atau di pusat-pusat kota sebelum memulai pertandingan sepak bola, atau menggunakan komputer, menjadi “Injil” yang hidup.

Carlo telah berhasil dengan cara yang luar biasa, sekalipun hidup dalam keseharian sebagaimana yang lain, mendedikasikan dirinya, tahap demi tahap, sampai pada akhirnya tahap paling tinggi di mana semua manusia dipanggil: berbahagia besama Allah.

Carlo jatuh cinta kepada Allah, dia telah hidup lewat kehadirannya dalam hidupnya di bumi ini dan mencari dalam semua dengan berbagai cara untuk membagikan kepada yang lain agar semua dapat menemaptkan Allah sebagai tempat pertama dalam hidup.

Persis sebagaimana dikatakan oleh Carlo: “Bukan aku tetapi Allah. Bukanlah kasih sendiri, tetapi kemuliaan Allah. Kesedihan adalah pandangan yang terarah kepada diri sendiri, kegembiraan adalah pandangan yang terarah menuju Allah.

Tersentuh oleh belas kasihan

Menurut kesaksian orang-orang yang pernah mengenalnya, Carlo adalah seorang anak yang sangat peka. Ia selalu menyisihkan uang jajannya, untuk kemudian membeli sesuatu bagi para pengemis yang lewat di sekitar kediamannya.

Ia juga telah membuat seorang karyawan yang berasal dari India bernama Rajeish mengimani Kristus. Pertemuan dengan Carlo telah menggugah hatinya dan mempesonakannya.

Carlo berkata: Jika kamu ingin bahagia, dekatlah selalu dengan Yesus”.

“Carlo seorang kudus dan penuh kasih telah menarik saya untuk mengenal Yesus”, demikian Rajeish memberi kesaksian.

Ibu kandung Carlo ikut memberi kesaksian. Cara hidup Carlo telah membuat dia dan seluruh keluarga semakin beriman.

Bu Antonia berkisah, ketika ia memberi hadiah kepada Carlo, ia selalu meminta lebih.

Dan ketika ditanya, Carlo menjawab bahwa sahabatnya membutuhkannya. Setelah ditelusuri, Carlo ternyata memberi kepada pengemis yang sering lewat di sekitar tempat tinggal mereka.

Kompleks makam Beato Carlo Acutis di Assisi, Italia. (Istimewa)

Carlo juga sangat berdevosi kepada orang-orang kudus. Orang kudus yang menginspirasinya adalah santo Fransiskus Assisi, Santo Francesco dan Yacinta (gembala pada kisah penampakan Bunda Maria di Fatima), Santo Domenico Savio, Santo Luigi Gonzaga, Santo Tarsisius.

Carlo selama musim panas setiap tahunnya selalu mengunjungi Assisi. Baginya Assisi menjadi tempat yang menyenangkan. Bahkan ia pernah mengatakan kepada orangtuanya, jika ia meninggal ingin bisa dimakamkan di Assisi.

Di Assisi ia selalu mengunjungi santuari-santuari dan gereja-gereja serta biara-biara. Ia selalu menyempatkan diri untuk berdoa dan berada di depan Tabernakel.

Riwayat hidup

1991

Lahir 3 Mei 1991 di London di dalam Klinik “Portland”. Dari pasutri orangtua bernama Andrea Acutis dan Ny. Antonia Salzano.

18 Mei: Menerima Sakramen Babtis dihadiri oleh kakek dan nenek dari kedua orangtuanya. Huga bibi Adriana di dalam Gereja Maria Berdukacita “Our Lady of Dolours”

8 September: Carlo pindah ke Milan dengan kedua orangtuanya. Ia lahir di London karena pekerjaan orangtuanya.

1995

Mengikuti sekolah sejenis PAUD di Parco Pagani, Milan.

1997

Mulai mengikuti sekolah dasar di Institut San Carlo tetapi setelah tiga bulan, pindah ke Institut Tommas yang dikelola oleh para Suster Marcelline dan menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di tempat ini.

1998

Pada tanggal 16 Juni di Perego, Carlo menerima Komuni Pertama di biara para Suster Romite, Santo Ambrosius.

2003

Pada tanggal 24 Mei menerima Sakramen Krisma di paroki asalnya: Santa Maria Segreta.

2005

Mulai sekolah menengah atas di Institut Paus Leo XIII milik para Yesuit.

Selasa tanggal 10 Oktober, Carlo meminta untuk menerima Sakramen Perminyakan Orang Sakit dan komuni.

2006

Rabu 11 Oktober, Carlo mengalami koma, karena mengalami leukimia jenis M3 yang tampak gejalanya hanya dalam waktu 5 hari sebelumnya. Para medis mengatakan bahwa ia meninggal pada pukul 17.00 karena aktivitas otak telah berhenti.

Semula, keluarga ingin mendonasikan organnya kepada seorang anak muda yang membutuhkan. Tapi gagasan tidak mendapat izin, karena organ Carlo sudah terkontaminasi penyakit yang dideritanya.

Kamis 12 Oktober pada pukul 06.45, jantung Carlo berhenti berdenyut.

Sabtu 14 Oktober: Misa requiem di Paroki Santa Maria Segreta. Banyak umat yang hadir. Koran-koran harian terkemuka di Italia memberitakan kepergiannya.

2007

Pada bulan Januari, tubuh Carlo dipindahkan dari kuburan di Ternego ke kompleks kuburan di Assisi.

2010

Setelah empat tahun meninggalnya Carlo, lahirlah adik-adik Carlo: Michele dan Francesca (kembar).

2012

Pada 12 Oktober dibukalah secara resmi proses beatifikasi dan kanonisasi Carlo menjadi hamba Tuhan (servo di Dio).

2013

Pada 13 Mei sampailah pengesahan nihil obstat dari Tahta Suci untuk beatifikasi dan kanonisasi Carlo.

2016

Pada 24 November: ditutup di Keuskupan Agung Milan, dengan kehadiran Cardinal Scola, proses diosesan untuk beatifikasi dan kanonisasi servo di Dio Carlo Acutis.

2018

Pada 5 Juli Paus Fransiskus menggakuinya sebagai Venerabile Carlo.

2019

Pada 23 Januari dibukalah makam dan jazad Carlo.

6 April: Jazad Carlo dipindahkan ke Santuari penanggalan (spogliazione) di Assisi di dalam Gereja Maria Maggiore.

2020

21 Februari, Paus Fransiskus mengakui mukjizat yang terjadi melalui pengantaraan Carlo Acutis. Satu mukjizat terjadi atas seorang anak berusia 6 tahun bernama Mateus dari Brasil. Ia menderita sakit pankreas dan mengalami kesembuhan melalui pengantaraan Carlo Acutis pada 12 Oktober 2010.

10 Oktober, perayaan beatifikasi Carlo Acutis di Basilika Santo Fransiskus Assisi lewat kehadiran Kardinal Agostino Vallini.

Perayaan Beato Carlo Acutis dalam liturgi Gereja Katolik adalah setiap tanggal 12 oktober.

Dua kalimat yang sangat menggugah kita dari sang beato millenial ini.

  • Kita semua lahir orisinal, tetapi banyak di antara kita yang mati sebagai fotokopi.
  • Ekaristi adalah jalan tol menuju surga.

Kesaksian hidup nyata

  • Kesaksian hidup nyata melalui kehidupan sehari hari.
  • Meluangkan waktu setiap hari untuk berdoa rosario, mengunjungi hosti suci di tabernakel dan menerima Ekaristi.
  • Dari relasi yang intim dengan Yesus dan Bunda Maria, Carlo mampu memberi kesaksian nyata bagi sesama.
  • Menggunakan teknologi untuk kerasulan Ekaristi dan Mariana.
  • Memberi derma dengan menyisihkan apa yang diterima dari orang tua, tanpa sepengetahuan mereka.

Banyak orang bertobat karena kesaksian hidup Carlo yang nyata.

Semoga kita pun terinspirasi oleh teladan hidup beato Carlo Acutis. Menjadi santo adalah mungkin di zaman ini.

Beato Carlo Acutis, doakanlah kami. Amin.

Fr. Fictorium Natanael Ginting OFMConv

Diolah dari berbagai sumber.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here