PAROKI Maria Bunda karmel Mansalong sudah memasuki permemungan Tahun Solidaritas.
Tahun solidaritas ini ingin mengajak seluruh umat Keuskupan Tanjung Selor dan khususnya umat Allah Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong untuk saling bersolider satu sama lain. Dalam hidup menggereja sebagaimana Yesus Kristus yang telah bersolider dalam hidup dan karyanya hingga wafat di salib.
Hal ini ditandai dengan prosesi salib dari stasi ke stasi.
Paroki Mansalong punya 42 stasi. Mulai dari hilir hingga hulu. Masih ditambah dengan umat di kamp.
Setiap Stasi mendapat jatah 9-10 hari lamanya. Selama hari tersebut, umat diajak membangun iman mereka dengan mendaraskan doa dan puji-pujian. Dengan fokus permenungan tema umum: “Inilah Aku, utuslah Aku”.
Tema khusus: Lihat kayu Salib di sini tergantung Yesus Kristus penyelamat Dunia.
Sejak tanggal 18-29 Oktober 2020, salib ditahktakan di pusat paroki dan tanggal 29 oktober 2020 salib akan diarakke wilayah hilir.
Tidak mudah
Bukanlah perkara gampang melakuan prosesi salib menelusuri jalan darat dan sungai.
Belum lagi mental dan karakter umat yang masih jauh dari harapan. Apalagi ini menjadi pengalaman pertama untuk umat Paroki MBK Mansalong.
Bertolak dari pengalaman di tingkat keuskupan. Di mana saya berasal: Keuskupan Pangkalpinang, tingkat nasional, dan skala Asia dalam Prosesi Salib Orang Muda.
![](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2020/10/WhatsApp-Image-2020-10-26-at-13.51.01-1-1024x768.jpeg)
Sebagai imam misionaris, saya mencoba mempersiapkan umat wilayah hilir agar menyambut salib Yesus (mangun Yesus) sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Ya seperti Yohanes yang mempersiapkan jalan bagi Yesus, demikianlah saya .Dalam semangat misi, saya berdoa: “Tuhan, biarlah Engkau tetap bertahta di tempat-Mu yang tinggi dan hambamu yang hina dina ini menjadi kecil di hadapanmu.”
Dalam sosialisasi di wilayah hilir, sayatidak berjalan sendiri, saya ditemani dua umat yang sangat militan yakni Bapak Yaser dan Bapak Otniel.
Keduanya pengurus stasi St. Eugenius Pagar.
Hari-hari sosialisasi
Sabtu, pkl. 10.15 berangkat dari Mansalong ke Pelabuhan Tanjung Langsat.
Pkl.11.20, saya di jemput dengan ketingting. Saya harus menunggu lagi beberapa 30 menit karena yang menjemput masih seorang anak.
Pkl 12.05 berangkat dari Tanjung Langsat, sy menjadi kaget karena di pinggir pantai tidak hanya burung bangau, tapi ada juga buaya dan tiba di Pagar Sungai pkl.13.14.
Pkl. 13.30 makan siang dan kemudian menyusun rencana perjalanan, sosialisasi di Pagar Sungai, Tujung Sungai, Manuk Bungkul, dan Pagar Darat.
Kemudian saya berjumpa dengan pengrajin dan penganyam tas. Luar biasa perjuangan sang perajin.
Dalam keterbatasan dan kekuarangan fasiltas, mereka tetap mengembangkan dan mewariskan tradisi anyaman motif.
Bincang-bincang kurang lebih tiga jam bersama pengrajin dan penganyam tas.
Pkl. 07.00 malam, misa dan sosialisasi Tahun Solidaritas yang luar biasa, walau hujan lebat oleh karena kerinduan akan ekaristi. Banyak umat hadir malam itu.
Minggu, 25 oktober 2020
Pkl. 08.00, saya beranjak dari Pagar Sungai menuju Stasi Manuk Bangkul. Perjalanan memakan waktu 45 menit menggunakan ketinting.
Dari sungai besar Sembangkun masuk ke anak Sungai Manuk Bungkul.
Perjalanan ke anak sungai cukup seru. Kedatangan saya yang suprise membuat umat sangat bahagia. Di sini belum ada gereja, namun untuk berdoa umat selalu melakukannya di bangsal.
Saya merayakan ekaristi di rumah keluarga. Karena yang hadir saat itu cuma 2KK dari 12 kk.
Saya melanjutkan perjalanan ke Tujung Sungai. Makan waktu 25 menit menggunakan ketinting.
Di sini, saya prihatin karena rumah gereja penuh dengan makanan dan cirit kelelawar dan burung. Sangat kotor. Patung Santo Yosep tidak pada tempat
Saya melihat ke ruang sakristi ada sapu. Setelah selesai menyapu gereja, saya bunyikan lonceng.
Semua orang pada heran ada apa?
Ketika mereka datang dan tahu ada pastor hendak merayakan ekaristi, mereka senang hati.
Video prosesi salib bisa diakses di sini:
Semangat berkarya abang, n sehat selalu …