Puncta 23.11.20: Oniomania atau Gila Belanja

0
341 views
Ilustrasi -- Berbelanja. (Romo Koko MSF)


Lukas 21:1-4

GALERI Lafayette Paris adalah pusat wisata belanja terkenal di seluruh dunia. Orang Indonesia pasti pernah masuk di sana, terutama ibu-ibu yang suka memburu merek-merek terkenal.

Ada Luis Vuitton, Channel, Hermes, Long Champ, juga Dior. Banyak sekali orang Asia datang ke tempat ini, termasuk orang Indonesia.

Gairah belanja ibu-ibu bisa dipuaskan di sini. Ada empat lantai gerai yang memajang barang-barang bermerek. Ibu-ibu seperti menemukan surga di area ini.

Kendati harganya mahal dan harus antri berdesak-desakan –karena gerai Luis Vuitton membatasi pengunjung– tidak menyurutkan gejolak mau meraup semua barang.

Hati-hati mungkin kita sudah masuk kategori “oniomania” atau compulsive buying disorder, sebuah penyakit mental.

Di tempat ini kita mau menghambur-hamburkan uang berapa saja sangat mudah dan cepat. Semakin banyak menenteng barang mahal di tangan semakin bergaya hidup kita. Gak pikir uang dikuras habis, yang penting nafsu terpuaskan.

Ratusan juta bisa habis dalam sesaat. Tetapi kalau kolekte di misa ziarah, seratus ribu rupiah itu sudah dianggap sangat banyak.

Berbeda seratus delapanpuluh derajat kondisi itu dengan bacaan Injil hari ini. Yesus memperhatikan orang-orang memasukkan persembahan mereka ke peti derma. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.

Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberikan persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberikan dari kekurangannya, bahkan ia memberikan seluruh nafkahnya.”

Kadang kita memberi Tuhan dari sisa-sisa yang kita punya sebagai persembahan. Uang kolekte duaribuan yang “kluwuk-kluwuk” kumal masih banyak dimasukkan ke kotak kolekte.

Orang semakin kaya semakin sayang dengan hartanya. Ia ingin menggenggam sendiri harta miliknya. Dia berpikir aku yang mencari dengan jatuh bangun berjerih payah. Bukan Tuhan yang memberi dengan kelimpahan.

Sedang janda miskin itu merasa semua hartanya itu berasal dari Tuhan. Ia merasa dikasihi oleh Tuhan. Harta itu adalah anugerah Tuhan.

Maka dia mensyukurinya dengan mempersembahkan semuanya bagi Tuhan. Janda miskin itu tidak kawatir, Tuhan pasti akan memberi. Ia berserah total pada penyelenggaraan-Nya.

Orang kaya itu merasa bahwa segala hartanya adalah hasil usahanya sendiri. Maka dia ingin menyenangkan dirinya sendiri dengan memburu barang-barang yang mahal.

Dia tidak merasa bahwa itu berasal dari Tuhan. Dia tidak berpikir untuk memberi persembahan kepada-Nya. Tuhan hanya diberi sisa-sisanya sama seperti kalau kita memasukkan uang ke kotak di toilet.

Bagaimana kita minta banyak kepada Tuhan dengan doa-doa yang panjang dan setengah memaksa, tetapi hanya memberi sedikit sebagai persembahan?

Kalau kita ingin mendapat banyak seperti ibu-ibu yang gila belanja itu, maka kita juga harus berani mengeluarkan yang banyak pula sebagai persembahan.

Apa yang kita persembahkan itu menunjukkan siapa diri kita dan bagaimana sikap hati kita kepada Tuhan. Mari kita belajar ikhlas dan murah hati seperti janda miskin itu.

Pagi-pagi gerimis diiring lagu romantis.
Hati gembira sambil makan ketela.
Belajar dari janda miskin si pengemis.
Ia rela mempersembahkan segalanya.

Cawas, Kristus Sang Raja…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here