Renungan Harian 23 November 2020: Orang Kaya

0
373 views
Ilustrasi.


Bacaan I: Why. 14: 1-3. 4b-5
Injil: Luk. 21: 1-4
 
MALAM itu kami mengadakan rapat pembangunan. Rapat ini adalah rapat rutin setiap akhir bulan untuk membicarakan berbagai hal berkaitan dengan pembangunan pastoran.

Sebagaimana biasa dalam rapat kami mendengarkan laporan tentang perkembangan  pembangunan, laporan berbagai macam kendala yang harus diselesaikan dan yang paling terakhir adalah laporan tentang dana.
 
Setiap kali kami mendapatkan sumbangan dalam jumlah besar, kami selalu bersyukur dan kagum dengan orang-orang yang menyumbang dalam jumlah besar.

Malam itu salah satu tim dana menyampaikan bahwa ada amplop sumbangan dari seorang ibu. Kami mengenal ibu yang memberi sumbangan itu adalah seorang janda yang hidup amat sederhana, dan untuk kehidupan sehari-hari selain berjualan, beliau selalu mendapatkan bantuan dari seksi sosial paroki.
 
Amplop itu belum dibuka karena tim dana tidak berani membuka dan berpikir sumbangan itu lebih baik dikembalikan mengingat keadaan beliau. Kami memutuskan untuk membuka amplop sumbangan beliau dan ternyata jumlah uang dalam amplop itu Rp 2 juta rupiah.

Jumlah yang cukup besar bahkan amat besar untuk ibu itu. Setelah ditimbang-timbang kami memutuskan untuk mengembalikan sumbangan itu karena menurut kami akan lebih berguna untuk kehidupan ibu itu.
 
Ketika saya bertemu dengan ibu itu untuk mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan sumbangannya dan bermaksud untuk mengembalikannya, ibu itu berkata:

“Romo, mohon agar berkenan menerima sumbangan Oma, meskipun amat sedikit. Ketika romo mengumumkan pembangunan pastoran dan mengumpulkan dana, oma sedih karena oma tidak punya apa-apa. Ingin ikut andil tetapi untuk hidup sehari-hari saja oma dibantu paroki.
 
Romo, karena oma ingin sekali ikut andil, maka oma memutuskan menyisihkan sedikit uang oma. Oma pikir, cukup bisa makan sekali sehari dan sisanya oma kumpulkan. Mungkin hanya sekali oma bisa memberikan sumbangan, tetapi oma bahagia bisa ikut andil dalam pembangunan pastoran. Maka oma berharap dengan sangat agar romo berkenan menerima sumbangan oma.”
 
Saya pulang ke pastoran tanpa terasa air mata saya berlinang.

Saya telah bertemu dengan orang yang luar biasa; orang yang secara materi memang miskin tetapi beliau bagi saya adalah orang yang kaya; dan yang lebih membuat hati saya sedih, pastoran yang bagus itu dibangun dari uang orang yang rela makan sekali sehari.
 
Bagi saya, oma itu adalah janda miskin yang dalam sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan oleh St. Lukas. Orang yang memberikan persembahan amat besar. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku memberikan persembahan yang terbaik bagi Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here