Donasi Amal untuk Keuskupan Agats di Papua: Tanah Rawa Berlumpur, Jalan di Atas Papan Kayu

0
1,286 views
Nuncio Dubes Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo dengan umat Keuskupan Agats di Papua saat hadir merayakan 50 tahun Keuskupan Agats. (Courtesy of Komsos KWI)

BERIKUT ini profil wilayah pastoral Keuskupan Agats di Asmat, Papua yang ditandai dengan tekstur tanah rawa dan lumpur. Karena itu, bangunan dan jalan selalu berdiri di atas tanah berlumpur itu dan tidak menapak di tanah.

Wilayah Keuskupan Agats ini berada 1-2 meter di bawah permukaan laut. Hanya sedikit wilayah yang punya tekstur tanah kering.

Selebihnya, semuanya adalah tanah berlumpur. Karena itu, semua akses “jalan” berupa sungai dan perairan pantai. Tidak ada jalan raya sebagaimana ada di Jawa.

Kaum religius yang berkarya di Keuskupan Agats adalah para suster dari:

  • Ordo Sancta Ursula atau Ursulin (OSU);
  • Kongregasi Fransiskanes Sambas (KFS);
  • Kongreasi Suster Fransiskan Santo Georgius Martir (FSGM).
  • Kongregasi Suster Puteri Reinha Rosari (PRR).
  • Kongregasi Suster Tarekat Maria Mediatrrix (TMM).

Para imam yang bekerja di Keuskupan Agats adalah:

  • Imam-imam lokal diosesan baik dari Keuskupan Agats maupun dari keuskupan lain;
  • Maryknoll (MM);
  • Ordo Salib Suci (OSC).
Bapak Uskup Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM saat merayakan misa bersama umat Stasi Sagare. Lokasi stasi ini terbilang paling jauh dari pusat kota. Butuh waktu perjalanan naik speedboat selama 4-5 jam dari Paroki Atsj tergantung permukaan air sungai tengah pasang atau surut. Sementara, Paroki Atsj sendiri baru bisa dicapai setelah 4-5 jam naik speedboat dari Ibukota Kabupaten Asmat. (Mathias Hariyadi)

Kawasan ini sangat terpencil. Juga udik dalam pengertian jauh dari keramaian.

Dari Timika masih harus terbang selama 1 jam dengan pesawat kecil. Dengan jumlah penumpang tidak lebih dari 8 orang. Bagasi maksimum tidak boleh lebih dari 800 kg.

Kapal juga melayani rute Timika-Asmat dengan lama perjalanan sekitaran 9-10 jam.

Pesawat AMA (Associated Mission Aviation) jenis Pilatus berhasil tiba mendarat di ‘lapangan terbang seadanya’ beralasankan rumput dan sandaran baja di pedalaman Bandara Ewer. Pesawat capung tipe Pilatus buatan Swiss milik Associated Mission Aviation mendarat di Bandara Ewer tanggal 18 Juni 2013. (Mathias Hariyadi)

Ewer, lapangan terbang di tengah hutan

Begitu mendarat di lapangan terbang perintis di tengah hutan bernama Ewer, maka masih butuh waktu sekitar 45 menit naik speedboat menuju pusat kota Asmat di mana Kantor Keuskupan Agats berlokasi.

Jarak tempuh dari pusat kota menuju paroki di luar Asmat misalnya ke Paroki Asji butuh waktu sedikitnya 4-5 jam perjalanan menyusuri aliran sungai selebar 500 m -1 km dengan speedboat.

Pesawat ultra light jenis Pilatus yang melayani rute Timika ke Bandara Ewer. (Mathias Hariyadi)
Bandara Ewer di pedalaman Agats dimana landas pacu beralaskan tanah keras dan berumput, di ujung akhir ada lapisan baja buatan seorang bruder Agustinian asal Amerika. Foto ini dibuat penulis Juni 2013. (Mathias Hariyadi)

Dari pusat kota Atsj menuju stasi-stasi –misalya Stasi Sagare- yang paling jauh, maka masih butuh waktu 5 jam lagi naik speedboat.

Biaya operasional sangat tinggi

Biaya operasional yang sangat tinggi dalam reksa pastoral dan kunjungan ke paroki dan stasi di luar Asmat menjadi tantangan besar bagi Keuskupan Agats di Papua Selatan ini.

Itulah sebabnya, Bapak Uskup Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM -mantan Minister Provinsial Ordo Fransiskan Hina Dina– memberi gambaran riil kondisi keuskupannya.

Bapak Uskup Diosis Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM (baju kotak-kotak biru dan bertopi) tengah menjajal kebolehannya menjadi seorang motoris saat speedboat Keuskupan Agats melaju kencang menyusuri pinggiran sungai dalam perjalanan dari Sawaerma menuju Asmat di bulan Juni 2013. (Mathias Hariyadi)

Kesimpulannya, mari kita bantu Keuskupan Agats di Papua Selatan ini.

Lantaran kondisinya sungguh sangat terpencil dari segi lokasi geografis. Juga sangat berat karena harus menghadapi tantangan medan alam yang penuh risiko.

Donasi untuk Keuskupan Agats di Papua

  • BRI Unit Asmat Cabang Timika a.n Keuskupan Agats.
  • Norek:  4977-01-00000-2536. (Angka nol ada 5 digit)
  • Berita: Amal kasih.
  • Tambahkan angka 1 setiap kali transaksi, misalnya Rp 100.001,00.

atau

  • BCA Kwitang Jakarta a.n. Aloysius Murwito (Nama uskup tanpa embel-embel Mgr).
  • Norek: 6860-236 620.
  • Berita: Amal kasih.
  • Tambahkan angka 1 setiap kali transaksi, misalnya Rp 100.001,00

Mohon berkenan memberi konfirmasi ke nomor kami WA 0812-1214-8336 agar kami bisa segera memberikan info donasi amal kasih ini ke Keuskupan Agats c.q. Sr. Agnetin FSGM di Agats selaku Ekonom dan Bendahara Keuskupan Agats.

Tujuannya demi memudahkan rekap histori transaksi untuk misi peruntukan amal kasih ini.

Misa di Stasi Sagare Keuskupan Agats bersama Bapak Uskup Keusupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM. (Mathias Hariyadi)
Ilustrasi: Kolekte dalam sebuah misa bersama Mgr. Aloysius Murwito OFM di Stasi Sagare, lebih dar 8-9 jam perjalanan naik speedboat dari pusat kota Asmat. (Mathias Hariyadi)
Speedboat menjadi moda transportasi andalan di Asmat. (Mathias Hariyadi)
Umat Katolik di Stasi Sagare Keuskupan Agats – Papua.
Bapak Uskup Keuskupan Agats Mgr Aloysius Murwito MSF berjalan di atas jalan papan di kompeks Keuskupan Agats di Kota Asmat, Papua. (Mathias Hariyadi)

Berikut ini video profil Keuskupan Agats di Asmat, Papua yang disampaikan oleh Bapak Uskup Mgr. Aloysius Murwito OFM dan harapan beliau agar ada banyak orang bersimpati dengan Keuskupan Agats di Papua.

Kredit: Komsos Keuskupan Agats di Papua.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here