Selasa, 29 Desember 2020
Bacaan Injil: Luk. 2:22-35
“Mereka mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati” (Luk 2:24)
Saudari/a ku ytk.,
SAAT saya berkarya di salah satu paroki, ada seorang bapak yang setiap saat membawakan beberapa iris ketela goreng ke pastoran. “Romo, ini hasil kebun sendiri. Berkenan diterima njih”.
Ada juga sebuah keluarga yang setiap bulan seusai misa Minggu sore memberikan dana untuk seminari. “Romo, titip njih. Ini rezeki keluarga untuk dana seminari”.
Saya kagum dan salut dengan keluarga itu. Hati mereka tulus. Mereka berjiwa sosial. Mereka tidak berasal dari keluarga yang kaya raya. Tetapi mereka tulus memberikan sesuatu kepada Gereja untuk ungkapan syukur kepada Tuhan.
Dalam hal persembahan, yang penting bukan banyak sedikitnya yang dipersembahkan, tetapi ketulusan dan keikhlasan mempersembahkannya kepada Tuhan.
Keluarga Nazareth adalah keluarga sederhana dan tulus. Saat mempersembahkan kanak-kanak Yesus ke Bait Allah, mereka membawa sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Ini menjadi tanda pasutri Yusuf-Maria dari keluarga sederhana (miskin).
Dalam tradisi Yahudi, jika seseorang itu berasal dari keluarga menengah, mereka akan mempersembahkan seekor domba (Im 12:8). Jika berasal dari keluarga kaya, mereka akan mempersembahkan seekor lembu jantan, tepung, dan anggur (1 Sam 1:24).
Bagi Tuhan yang penting bukan banyak sedikitnya yang dipersembahkan, tetapi ketulusan mempersembahkannya kepada Tuhan. Sedikit ikhlas, syukurlah. Banyak ikhlas, puji Tuhan. Sithik ora ditampik, akeh saya pikoleh, begitu sesanti Bapak Kardinal Darmojuwono.
Mari kita ikhlas memberi, dan tidak owel /pelit untuk persembahan bagi Tuhan dan GerejaNya. Semakin banyak memberi, semakin banyak menerima. Mari juga tulus iklas mempersembahkan anak kepada Tuhan untuk menjadi imam, suster atau bruder.
Berkah Dalem dan salam teplok.# (Y. Gunawan, Pr)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)