Bacaan I: 1Yoh. 5: 5-13
Injil: Luk. 5: 12-16
LETAK kamar saya di pastoran ada di lantai 2, sehingga untuk beberapa urusan harus turun. Beberapa kali kejadian saya harus naik turun dari lantai satu ke kamar di lantai dua.
Hal yang terjadi adalah saya sering lupa dengan beberapa hal. Beberapa kali mau pergi, sudah sampai bawah, ternyata kunci motor belum dibawa.
Kali lain semua sudah siap untuk pergi ternyata belum memakai masker.
Di samping itu beberapa kali kejadian saya baru saja meletakkan barang, tetapi kemudian lupa di mana barang itu saya letakkan.
Saya butuh waktu untuk diam dan mengingat di mana saya meletakkan barang tersebut dan kemudian bisa menemukan.
Kejadian-kejadian seperti itu sering kali membuat jengkel, walaupun saya selalu menertawakan diri sendiri, bahwa sudah mulai pikun.
Tetapi benarkah saya mulai pikun? Kok serem ya.
Saya mulai meneliti ketika saya harus bolak-balik ke atas mengambil barang yang ketinggalan sebenarnya karena apa? Apakah benar saya mulai pikun.
Saya menemukan bahwa ketika saya rusuh, tergesa dan otak penuh dengan harus ini dan itu, maka terjadi sering ketinggalan barang.
Maka saya mulai belajar untuk sedikit melambatkan gerak. Ketika mau pergi mencoba tenang dan meneliti apa yang harus dibawa serta menjalankan langkah-langkah dengan tenang.
Hasilnya menjadi luar biasa karena tidak lagi ada barang yang ketinggalan atau lupa meletakkan.
Namun tanpa saya sadari sering kali dorongan untuk segera ini dan segera itu, lebih kuat daripada kehendak untuk tenang dan sedikit melambat.
Melambat tidak berarti terlambat tetapi lebih sadar dengan apa yang dilakukan.
Pengalaman itu menyadarkan saya betapa banyak hal yang hilang dalam hidup saya karena semua seolah harus segera sehingga ada bagian-bagian yang saya lewati.
Amat sering saya mengalami waktu yang begitu cepat berlalu dan ketika ada teman bertanya seharian ini apa yang saya lakukan, saya merasa kok saya tidak berbuat apa-apa.
Betapa mengerikan bila hidup menjadi seperti ini, kehilangan kesadaran akan gerak langkah hidupku.
Kiranya melambatkan diri dengan belajar hening, menyadari diri dan fokus semakin memperkaya diriku.
Sebagaimana sabda Tuhan hari sejauh diwartakan St. Lukas, Yesus selalu menyediakan waktu untuk sendiri dan berdoa, kiranya Ia melambatkan gerak agar tidak kehilangan arah dan selalu menyadari langkah panggilan dan pengutusan-Nya.
“Akan tetapi Yesus mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.”
Bagaimana dengan aku? Mampukah aku “melambatkan diri”?